Beberapa Asumsi dan Karakteristik Pemikiran Positivisme Hukum

38 konteks yang spasial. Norma yang menentukan perbuatan norma lain disebut superior, sedangkan norma yang dibuat adalah inferior. Tata hukum, khususnya sebagai personifikasi negara bukan merupakan sistem norma yang dikoordinasikan satu dengan yang lainnya, tetapi suatu hirarki dari norma‐ norma yang memiliki level berbeda. Kesatuan norma ini disusun oleh fakta bahwa pembuatan norma, yang lebih rendah ditentukan oleh norma lain yang lebih tinggi. Pembuatan yang ditentukan oleh norma yang lebih tinggi menjadi alasan utama validitas keseluruhan tata hukum yang membentuk kesatuan.

6. Beberapa Asumsi dan Karakteristik Pemikiran Positivisme Hukum

Pertama, dualistis : positivisme yuridis melihat hukum sesuatu selalu bersifat dualistis, misalnya pemisahan antara moral dan hukum, pemisahan dari sudut bentuk form dan isinya materiil, bahkan dari sudut pandang norma adanya sollen keharusan dan sein kenyataan, konsep nilai yang ada dalam norma bersifat benar dan salah. Hal ini mempengaruhi kepada logika atau model penalaran hukum termasuk pendidikan dan praktek hukum yaitu adanya logika OnOff atau logika oposisi binari, seperti benarsalah, yuridisnon yuridis, hitamputih dan seterusnya. Kedua, reduksionis: positivisme hukum baik yuridis maupun sosiologis selalu melakukan penjelasan, bahwa hukum merupakan bangunan yang dapat dipilah ‐pilah mulai dari bagian yang paling besar sampai dengan bagian yang paling kecil. Hal itu dapat dilihat dari pandangan Hans Kelsen, bagaimana 39 hukum direduksi hanya menjadi teks yang dipositifkan, atau oleh Austin dimana hukum hanya dilihat sebagai sebuah perintah yang dibuat oleh mereka yang mempunyai otoritas atau superioritas tertentu. Pemikiran positivisme sosiologis, selalu melihat bahwa sekalipun hukum sebagai gejala sosial, tetap hukum dimaknai sebagai variabel‐variabel kuantitatif, sehingga hukum hanya semata‐mata dipahami sebagai fakta‐fakta konkrit yang dibekukan dan banal. Ketiga, mekanistis: hukum digambarkan secara mekanis, baik dalam bentuk hirarki aturan perundang‐undangan atau juga perilaku masyarakat. Keempat, tertutup, gambaran ini menjelaskan bahwa positivisme hukum menganut sistem hukum yang tertutup closed logical system. Hans Kelsen dengan teori hukum murni adalah contoh paling ekstrem dari sistem yang bersifat tertutup ini. Kelima, aturan dan logika, di dalam sistem hukum yang tertutup berlaku aturan dan logika rules and logic yang non kontradiksi 46 46 Menurut positivisme hukum, khususnya positivisme yuridis dan analitikal positivisme ada beberapa karakteristik yang muncul : 1. Hukum direduksi sedemikian rupa sebagaimana Hans Kelsen mereduksi realitas hukum yang bersifat beragam menjadi tunggal, yaitu realitas hukum yang bersih dari unsur‐unsur non yuridis. Demikian pula John Austin dengan menjelaskan, hukum adalah perintah penguasa yang berdaulat dengan menempatkan lembaga‐lembaga yang superior adalah upaya untuk mereduksi kekuatan ‐kekuatan lain selain negara, terutama kekuatan yang hidup dalam masyarakat yang sangat beragam. Semakin jelas tentang otoritas penafsir sebagai pemegang kebenaran; pejabat resmi yaitu ahli hukum profesional saja yang mengerti dan memahami apa yang ditulis sebagai hukum yang dipositifkan tersebut, di luar itu, yaitu masyarakat dipandang hanya sebagai orang‐ orang bodoh. 2. Legisme hukum yang mensyaratkan bahwa hukum adalah apa yang dinyatakan dalam bentuk hierarki undang‐undang tertulis teks adalah suatu bentuk mekanistik – deterministik yakni keteraturan yang pasti ketertiban dan kepastian yang diterapkan terhadap hukum itu sendiri. 3. Sifat Dualisme terlihat pada pemisahan antara moral dan hukum, pemisahan hukum dari sudut bentuk form dan isinya materiil bahkan dari sudut pandang norma adanya pemisahan antara das sollen dengan das sein. 40 Bagan 2.4 POSITIVISME HUKUM ANALITIS MURNI John Austin: Hans Kelsen: Hukum Keadilan Hukum harus dipisahkan Hukum Norma Hukum Tuhan Hukum yang dibuat Untuk Manusia Manusia utk Manusia Perintah Larangan Kebolehan Hukum yang Hukum yang tidak Sebenarnya Sebenarnya Ground Norm Hukum yang Hukum yang Bukan Dibuat Piramida Stufentheori Dibuat Penguasa oleh Penguasa seperti : Kebiasaan,Adat, atau Abstrak Perintah pengusaha kepada Pekerjanya Hukum = Undang‐undang Norma Syarat hukum harus memiliki: ‐ Command Konkrit Norma ‐ Sanction ‐ Duty to obey ‐ Souverignity Syarat Hukum : teks bebas nilai, moral, keadilan dogmatis‐rasional

7. Konstruksi Epistemologis Model Penalaran Mahzab Positivisme Hukum