Berpikir Konsep Berhukum Ideal Berbasis Progresif 1. Dinamika Ilmu Hukum Di Indonesia

185 cabang tersebut. Ilmu hukum yang tidak mampu untuk melihat tempatnya di dalam elevansi sains tersebut akan menjadi ilmu yang tertinggal.

5. Berpikir

secara Holistik Sepanjang sejarah sains terdapat dua kutub yang berseberangan yaitu “mekanisme” di satu pihak dan “holisme” di pihak lain. Mekanisme diisi dengan pikiran‐pikiran yang membelah‐belah, mengiris‐iris, mengkotak ‐kotak dan mereduksi. Dunia menjadi sebuah mesin besar yang tersusun dari unsur dan blok‐blok yang berproses secara mekanistis dan “clock wise”. Dunia ini tersusun dari kotak‐kotak sebagai bagian‐bagiannya dan dapat dikembalikan secara eksak reversible menjadi bagian‐bagian tersebut. Inilah tesis Cartesian dan Newtonian. Sebaliknya, holisme melihat dunia sebagai satu kesatuan dan hanya dapat dipahami dengan seksama dalam konteks kesatuan itu pula. Untuk memahami sesuatu dengan baik, ia tidak dapat dikembalikan kepada bagian‐bagiannya, kendati bagian itu memang ada. Memahami sesuatu dengan baik adalah melihat sesuatu itu secara holistik. Menurut Capra, cara pemahaman yang demikian itu merupakan guncangan besar abad ke‐20. “The great shock of the twentieth century has been that systems cannot be understood by analysis. The properties of the part are not intrinsic properties but can be understood only within the context of the larger whole”. 150 150 Lihat Satjipto Rahardjo, B.Arief Sidharta, Sidharta, Suteki, Khudzaifah Dimyati, FX Ajie Samekto, Refleksi dan Rekonstruksi....hal 640 186 Berpikir tidak lagi menganalisis, yaitu memisah‐misahkan, melainkan menempatkannya dalam konteks keutuhan yang lebih besar. Pemikiran‐pemikiran atau pemahaman holistik seperti itu menyebar ke berbagai disiplin sains, seperti “Gestalt Psychology” psikologi, “Quantum Physics” fisika dan sekarang berpikir ekologis Capra. Dua konsep kunci dalam ilmu ekologi adalah “komunitas” dan “jaringan” network. Kehidupan dilihat sebagai suatu komunitas ekologi, yaitu sebuah kumpulan assemblage organisma‐organisma yang terikat ke dalam suatu kesatuan fungsional melalui saling‐keterikatan mutual relationship. Konsep jaringan menjelaskan, bahwa dalam alam itu tidak ada “atas” dan “bawah”, tidak ada hierarki, melainkan hanya ada jaringan yang diwadahi dalam jaringan yang lain. Realitas sudah tidak lagi dilihat sebagai bangunan dengan sekalian pondasinya, melainkan suatu “interconnected network of concepts and models in which there are no foundations”. Berpikir sistem adalah berfikir kontekstual dan berfikir secara proses process thinking. Kita masih dapat menekuni satu disiplin sains, tetapi tidak dapat lagi memperlakukannya secara otonom penuh, melainkan terlibat dalam jaringan yang besar tersebut. Tidak ada lagi disiplin yang terisolasi, melainkan berada dan terlibat dalam suatu jaringan dan proses. Ilmu hukum mejadi hanyut belaka dalam suatu jaringan besar sains. Ia dapat dibedakan dari disiplin yang lain, tetapi selebihnya, seperti juga 187 disiplin ‐disiplin yang lain, ia hanya merupakan satu noktah kecil di tengah suatu jaringan besar.

6. Ilmu Hukum dalam Jagat Sains dan Kecerdasan Berpikirnya