96 pada
lembaga atau orang tertentu untuk mengubah dan menentukan hukum, serta
memutuskan perkara. Dengan pembedaan tersebut, Hart berhasil menjelaskan
arti hukum bagi orang yang hidup dalam sistem hukum tertentu. Hukum,
dengan demikian, bukan saja perintah dari luar yang memaksa seseorang
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, melainkan juga standar
otoritatif yang digunakan orang untuk menjustifikasi tindakannya sendiri
dan untuk menilai tindakan orang lain. Lepas
dari sumbangan Hart yang besar pada kajian hukum, ada beberapa
hal dari pemikirannya yang tidak memuaskan dan jika diuji akan terlihat
tidak memiliki dasar. Pertama, klaimnya mengenai hubungan antara hukum
dan moralitas. Hart menyatakan bahwa keduanya tidak memiliki hubungan
mutlak; dan Kedua, klaimnya bahwa pemisahan hukum dan moralitas
akan membantu pengembangan dan kritik atas hukum sementara penyatuan
hukum dan moralitas akan membuat hukum menjadi statis.
3. Moralitas Dalam Teori Hukum Hart
Salah satu tesis yang penting sekaligus kontroversial dari positivisme
Hart adalah tesis pemisahan hukum dan moralitas separation thesis. Apa
maksud Hart dalam tesis tersebut? Apakah tesis pemisahan itu dimaksudkan
sebagai pandangan mengenai hakikat hukum, bahwa dalam kenyataannya
hukum dan moralitas tidak berhubungan dengan mutlak, atau tesis tersebut
ditujukan sebagai dorongan untuk memisahkan hukum dengan moralitas. Jika
melihat kembali beberapa sanggahannya terhadap pandangan yang
97 menegaskan
adanya hubungan mutlak antara hukum dan moralitas tampak bahwa
kedua pandangan ini ada dalam pemikirannya. Hart
menyangkal semua jenis argumen yang dibangun untuk mendukung
pandangan yang menyatakan adanya hubungan mutlak antara hukum
dan moralitas. Dalam sanggahannya tersebut, dapat kita lihat bahwa Hart
sama sekali tidak menyangkal bahwa moralitas memiliki hubungan yang sangat
dekat dengan hukum. Moralitas dapat menjadi kriteria validitas hukum,
memengaruhi penafsiran undang‐undang, dan dapat menjadi landasan
diskresi hakim. Bagaimanapun, fakta‐fakta hubungan hukum dan moralitas
tersebut, bagi Hart sama sekali tidak menunjukkan bahwa keduanya berhubungan
secara mutlak. Bagi
Hart, struktur dasar hukum, sebagaimana yang dijelaskan berkali‐ kali
sepanjang tesis ini, adalah dua jenis aturan, primer dan sekunder. Artinya, di
mana ada sistem hukum, maka di situ pasti ada aturan yang mewajibkan dan
aturan yang menjadi kriteria aturan yang mewajibkan, selain aturan yang memberikan
wewenang untuk mengubah dan memutuskan perkara. Sementara
moralitas bagi Hart, karena tidak berhubungan mutlak dengan hukum,
tidak harus ada dalam semua sistem hukum. Karenanya, Hart tegas‐ tegas
menyatakan bahwa validitas hukum tidak harus bergantung pada moralitas.
Di sisi lain, Hart juga memberikan penjelasan mengenai kaitan hukum
dan moralitas yang mengindikasikan hal berbeda.Tesis pemisahan hukumdan
98 moralitas
bukan sebagai klaim mengenai hubungan hukum dan moralitas, melainkan
sebuah dorongan untuk sepenuhnya memisahkan moralitas dari hukum.
Hart mengajukan beberapa argumen untuk mendukung pendapat
bahwa hukum dan moralitas harus dipisahkan secara tajam. Dua pandangan
tentang hubungan hukum dan moralitas dalam pemikiran Hart membawa
konsekuensi yang tidak dikehendaki oleh Hart sendiri. Jika tesis pemisahan
dipahami sebagai seruan untuk memisahkan hukum dan moralitas, maka Hart
menggugurkan pendapatnya sendiri yang menyatakan bahwa hukum
sekurang ‐kurangnya harus memiliki isi moral minimum karena jika tidak,
hukum tidak memiliki justifikasi untuk dipatuhi. Selain itu, pemahaman tesis
pemisahan sebagai seruan untuk membuang moralitas dari hukum akan
membuat pemikiran Hart terlihat begitu lemah. Akibatnya, Hart sering
diposisikan sebagai positivis naif yang berpandangan bahwa hukum dapat
dipahami hanya melalui struktur formalnya; hukum harus disterilkan dari
pertimbangan ‐pertimbangan moral; atau hukum dan moralitas sama sekali
terpisah. Dalam
pandangan penulis,
Dworkin dan
Fuller terlalu
menyederhanakan pemikiran Hart, sehingga ia memperlakukan Hart sebagai
pemikir hukum yang terkesan anti‐moralitas. Hukum dan moralitas dalam
pandangan Hart adalah tidak mutlak berhubungan, bukan mutlak tidak
berhubungan. Dengan menyatakan bahwa hubungan hukum dan moralitas
tidak mutlak Hart mengakui keduanya bisa memiliki hubungan.
99 Hart
setuju bahwa pertimbangan moral dapat masuk dalam keputusan hukum,
moralitas dapat mempengaruhi hukum, dan keadilan merupakan aspek
penting dalam hukum. Pengakuan ini konsisten dengan tesis pemisahan
sebagai pengakuan bahwa tidak ada hubungan mutlakantara hukum
dan moralitas. Sebaliknya, jika tesis tersebut dipahami sebagai seruan untuk
memisahkan hukum dan moralitas, maka akan bertentangan dengan beberapa
klaim Hart lainnya mengenai hubungan hukum dan moralitas seperti
yang sudah disinggung.
4. Sanggahan Terhadap Tesis Keterpisahan