31 2.
Realitis, ingin tahu, dan ingin belajar. 3.
Pada akhir masa ini adanya minat pada hal-hal dan mata pelajaran khusus. 4.
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang dewasa lain untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.
5. Setelah kira-kira umur 11 tahun anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas
dan berusaha menyelesaikannya sendiri. 6.
Anak memandang nilai angka dalam raport sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar.
7. Anak-anak gemar dalam membentuk kelompok sebaya.
Oleh karena itu sebagai guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan kognitif yang dimiliki anak. Karena tanpa
penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Berdasarkan pendapat ahli di atas siswa kelas V SD termasuk masa anak-anak akhir yang berada pada tahap operasional kongkrit. Pada tahap tersebut
siswa berpikir pada objek yang bersifat konkrit atau dari pengalaman-pengalaman langsung. Pada tahap ini juga siswa sudah memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi belajar. Oleh karena itu tahap tersebut sesuai dengan penelitian bahwa siswa cenderung menyukai pembelajaran yang konkrit dan
berdasarkan pengalamannya.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah 2014 dengan
judul “Penggunaan Metode Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan
32 Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari”
menunjukkan bahwa penggunaan Active Learning Tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Sendangsari
dilihat dari kondisi awal kemudian meningkat pada siklus I dan siklus II. Hasil peningkatan terlihat dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu sebesar 62 kemudian
meingkat pada sklus I menjadi 73. Pada siklus II terjadi peningkatan pada nilai rata-rata menjadi 84. Peningkatan siswa yang mencapai ketuntasan pada pra
tindakan sebesar 37, sedangkan pada siklus I sebesar 63, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 89.
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Fajar Sri Rahayu 2013 dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS bagi Siswa Kelas IV SD Se-
Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo”meunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa pada kelompok yang menerapkan
pembelajaran aktif tipe card sort lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan guru bagi
siswa kelas IV SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikansi 5 derajat kepercayaaan 95 diperoleh t
hitung 2,997 t tabel 1,679. Hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok kontrol, ditunjukkan dari
mean hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 79,13 dan mean hasil belajar yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 68,80.
33
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai rata-rata mata pelajaran IPS pada UTS Semester Ganjil di SD Negeri Krawitan tergolong rendah yaitu 46,69. Dari hasil
observasi pembelajaran pada semester I dengan materi Jenis-jenis Usaha di Indonesia terlihat kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran yaitu siswa
menyimak buku dan tidak ada respon umpan balik selama proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi disebabkan kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran.
Pada semester II dalam kurikulum KTSP di kelas V Sekolah Dasar, materi IPS yang dipelajari adalah tentang sejarah bangsa Indonesia. Materi tersebut
mengisahkan perjalanan peristiwa-peristiwa sebelum dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang dituangkan dalam bentuk cerita dalam buku teks mata
pelajaran IPS. Pada materi tentang peristiwa sebelum dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia tersebut merupakan materi IPS yang bersifat abstrak. Materi
yang dipilih peneliti adalah materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort selama pembelajaran yang dibagi dalam dua siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan. Selama
proses pembelajaran akan diamati dengan lembar observasi dan catatan lapangan, selanjutnya setiap akhir siklus akan diberikan tes akhir siklus untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa. Pembelajaran aktif card sort merupakan salah satu macam teknik dari 101
macam teknik pembelajaran aktif yang disampaikan oleh Mel Silberman. Pembelajaran aktif card sort menggunakan media kartu yang berisi informasi yang
34 dibagikan kepada siswa secara acak, kemudian siswa melakukan usaha bergerak
dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu berkategori sama. Dengan tahapan tersebut maka diharapkan prestasi belajar IPS di kelas V SD
Negeri Krawitan dapat meningkat dengan indikator keberhasilan 75 dari jumlah siswa yang mencapai taraf Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah
ditetapkan yaitu ≥ 60.
Bagan kerangka berpikir dapat dilihat sebagai berikut :
Permasalahan
Prestasi belajar IPS siswa masih rendah, terbukti dengan nilai rata-rata mata pelajaran ips tergolong rendah dari mata pelajaran lain pada Ulangan
Tengah Semester Tahun Ajaran 20162017 yaitu 46,69.
Solusi
Penggunaan pembelajaran aktif card sort dalam pembelajaran IPS.
Hasil
Meningkatnya prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD N Krawitan dengan indikator keberhasilan 75 dari jumlah siswa yang mencapai
taraf Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan yaitu ≥
60.
Gambar 1. Kerangka Berpikir F.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPS dapat ditingkatkan menggunakan pembelajaran aktif card sort bagi siswa kelas V SD Krawitan,
Kabupaten Sleman.
35
G. Definisi Operasional Variabel