UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAK IJO 1 KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA KELAS VB SD

NEGERI DEMAK IJO 1 KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/ 2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mema Rahmaningrum NIM 12108244116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama sehari; tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingintahuan, dia akan

lanjutkan proses belajarnya selama dia masih hidup” (Clay P. Bedford)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan jalan dan kemudahan. Skripsi ini saya persembahkan kepada Bapak Sugeng Prayitno dan Ibu Umi Muslimah yang telah memberikan cinta tak terbatas dan tidak pernah terhenti.


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA KELAS VB SD

NEGERI DEMAK IJO 1 KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/ 2016 Oleh

Mema Rahmaningrum NIM 12108244116

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 Sleman Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1. Teknik pengumpulan data berupa tes hasil belajar, lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar kognitif siswa, sedangkan lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran aktivitas siswa serta aktivitas guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk menganalisis data hasil belajar kognitif dan analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis data hasil observasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif card sort dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan pencapaian KKM pada pra tindakan sebesar 19,35%. Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif card sort pada siklus 1, pencapaian KKM meningkat menjadi 54,83%. Demikian pula setelah dilakukan perbaikan pada tindakan siklus 2, pencapaian KKM meningkat menjadi 87,09%. Selain itu, aktivitas siswa (aspek afektif dan psikomotor) juga mengalami peningkatan dari 73,95% pada siklus I menjadi 91,66% pada siklus II.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayahNya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA

KELAS VB SD NEGERI DEMAK IJO 1 KECAMATAN GAMPING

KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016” ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini ditulis sebagai realisasi untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi, sekaligus diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A., selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di UNY.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dalam perkuliahan dan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar. 4. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

sabar dan ikhlas membimbing saya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

6. Para dosen Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan ilmu dan membekali saya pengetahuan.


(9)

ix

7. Orangtua terutama Ibu yang selalu melantunkan doa untuk putrinya.

8. Ibu Sri Suharsiwi, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri Demak Ijo 1 Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan membimbing saya dalam penelitian di lapangan.

9. Ibu Wahyuni, S.Pd., selaku guru kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 yang telah membantu dan mengarahkan saya dalam penelitian.

10.Teman-teman Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar khususnya angkatan 2012 kelas 7H yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal kebaikan dan dibalas oleh Allah SWT dengan imbalan yang lebih baik. Demikianlah skripsi ini dibuat, semoga dapat bermanfaat untuk semuanya.

Yogyakarta, Februari 2016 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS ... 10

1. Hakikat Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 13

3. Pengertian IPS ... 19

4. Tujuan dan Manfaat IPS ... 20

5. Ruang Lingkup Materi IPS SD ... 22

6. Hasil Belajar IPS SD ... 22

B. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort ... 23

1. Strategi Pembelajaran ... 23

2. Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort ... 25

C. Karakteristik Siswa Kelas V SD ... 33

D. Penelitian yang Relevan ... 34

E. Kerangka Berpikir ... 36

F. Hipotesis Tindakan ... 38

G. Definisi Operasional Variabel ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Desain Penelitian ... 42

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 48


(11)

xi

H. Indikator Ketercapaian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Data Penelitian ... 55

1. Deskripsi Setting Penelitian ... 55

2. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 55

3. Kondisi Awal Pra Tindakan ... 56

4. Data Hasil Penelitian ... 59

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 59

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 60

c. Observasi Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I ... 65

1) Aktivitas Siswa Saat Pembelajaran Siklus I ... 65

2) Aktivitas Guru Saat Pembelajran Siklus I ... 68

d. Refleksi Tindakan Siklus I ... 71

e. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 74

f. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 75

g. Observasi Aktivitas Siswa Dan Guru Siklus II ... 81

1) Aktivitas Siswa Saat Pembelajran Siklus II ... 81

2) Aktivitas Guru Saat Pembelajran Siklus II ... 84

h. Refleksi Tindakan Siklus II ... 91

B. Pembahasan ... 94

C. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

Kesimpulan ... 100

Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes siklus I ... 49

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 50

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 50

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Angket Siswa ... 51

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Angket Guru ... 51

Tabel 6. Hasil Belajar IPS Pra Tindakan ... 57

Tabel 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 67

Tabel 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 68

Tabel 9. Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 69

Tabel 10. Perbandingan Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I ... 70

Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 83

Tabel 12. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 83

Tabel 13. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 85

Tabel 14. Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II ... 85

Tabel 15. Nilai Hasil Belajar Siklus II ... 86

Tabel 16. Perbandingan Hasil Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 87

Tabel 17. Hasil Angket Guru ... 89


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kemmis & Taggart ... 42

Gambar 3. Diagram Pencapaian KKM Pra Siklus ... 58

Gambar 4. Diagram Pencapaian KKM Siklus I ... 70

Gambar 5. Diagram Perbandingan Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I ... 71

Gambar 6. Diagram Pencapaian KKM Siklus II ... 86

Gambar 7. Diagram Perbandingan Hasil Belajar PraTindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 88


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Pertama Kelas VA dan VB ... 107

Lampiran 2. Daftar Nilai UTS Siswa Kelas VB ... 108

Lampiran 3. Daftar Nilai TKM Siswa Kelas VB ... 109

Lampiran 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 110

Lampiran 5. Indikator Butir Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 113

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 119

Lampiran 7. Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 121

Lampiran 8. Lembar Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 125

Lampiran 9. Lembar Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 129

Lampiran 10. Lembar Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 132

Lampiran 11. Lembar Angket Siswa ... 135

Lampiran 12. Lembar Angket Guru ... 136

Lampiran 13. Lembar Hasil Angket Siswa ... 137

Lampiran 14. Lembar Hasil Angket Guru ... 138

Lampiran 15. Jadwal Observasi Pra Tindakan ... 139

Lampiran 16. Jadwal Pelajaran Kelas VB ... 141

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 142

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 149

Lampiran 19. Materi Pembelajaran ... 156

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa ... 160

Lampiran 21. Soal Pra Tindakan ... 161

Lampiran 22. Soal Tes Siklus ... 166

Lampiran 23. Hasil Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 171

Lampiran 24. Media Pembelajaran ... 173

Lampiran 25. Dokumentasi ... 177

Lampiran 26. Hasil Nilai Tertinggi Pre Test ... 183

Lampiran 27. Hasil Nilai Terendah Pre Test ... 188

Lampiran 28. Hasil Nilai Tertinggi Siklus I ... 193

Lampiran 29. Hasil Nilai Terendah Siklus I ... 198

Lampiran 30. Hasil Nilai Tertinggi Siklus II ... 203

Lampiran 31. Hasil Nilai Terendah Siklus II ... 208

Lampiran 32. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 213

Lampiran 33. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 214

Lampiran 34. Surat Rekomendasi Penelitian ... 215


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan akan dapat menciptakan manusia yang berpotensi, kreatif, dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Sebagaimana pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidkan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 (Utomo Dananjaya, 2013: 24) yang menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Sugihartono, dkk. (2012: 3-4) pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam proses pengajaran dan pelatihan juga tidak lepas dari proses belajar. Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar juga


(16)

2

merupakan suatu kegiatan pemrosesan kognitif, keterampilan, dan sikap. Pebelajar (siswa) sepenuhnya harus melakukan upaya mengubah perilaku melalui pengalaman, latihan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dianggap efektif sebagai proses untuk mengubah perilaku. Perlu dipahami bahwa proses belajar yang baik adalah proses belajar yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mempelajari suatu kejadian alam, budaya atau sosial. Proses belajar harus memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mencari sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip dan generalisasi.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang bekaitan dengan isu sosial. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Dokumen Permendiknas (2006) (Sapriya, 2009: 194). Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik.

Dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dinyatakan tujuan pembelajaran IPS (BSNP, 2006) yaitu:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.


(17)

3

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Tujuan IPS tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Di dalam proses pembelajaran sering ditemukan adanya siswa yang kelihatan bosan dan lesu, sedikit sekali dari mereka yang menggunakan pikiran untuk mengerjakan soal, apalagi secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Nana Sudjana (2005: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar orang oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang di tempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau nilai hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut biasanya dilambangkan angka 1-10 atau 10-100 pada pendidikan dasar. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti hasil belajar dalam bentuk penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar biasa diberikan setelah materi yang diberikan telah habis. Tes hasil belajar biasanya dilakukan sebagai upaya guru mengukur tingkat keberhasilan siswa-siswanya. Semakin tinggi nilai


(18)

4

yang didapat mayoritas siswa maka semakin berhasil pula proses pembelajaran.

Berdasarkan pelaksanaan PPL yang dilakukan peneliti di SD Negeri Demak Ijo 1, didapati fakta bahwa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 memiliki hasil belajar yang rendah dibanding dengan kelas yang lain. Maka dari itu peneliti melakukan observasi lebih lanjut di kelas V SD Negeri Demak Ijo 1. Observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SD N Demak Ijo 1 menghasilkan data bahwa hasil belajar siswa kelas V SD N Demak Ijo 1 yaitu kelas VA dan kelas VB masih rendah, terutama pada mata pelajaran IPS (dapat dilihat lampiran 1 hal. 105-108). Akan tetapi, antara kelas VA dan kelas VB hasil belajar yang diperoleh kelas VB jauh lebih rendah dari pada kelas VA. Dari hasil observasi pada saat pembelajaran IPS, didapati hasil bahwa di kelas VA guru telah menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu dengan diskusi dan kuis yang dilakukan pada saat presentasi hasil diskusi kelompok. Guru selalu merubah kelompok siswa sehingga siswa mampu bekerja sama dengan semua teman di kelasnya, selain itu dengan diskusi ini siswa menjadi tidak bosan karena mereka tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru akan tetapi mencari informasi sendiri dengan sumber belajar yang ada. Selain itu siswa juga menjadi aktif dengan kuis yang diadakan oleh guru, karena setiap kelompok yang bisa menjawab kuis akan mendapatkan poin, sehingga mereka berlomba-lomba untuk memperoleh poin terbanyak. Sedangkan di kelas VB, guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu hanya dengan


(19)

5

ceramah dan tanya jawab. Walaupun di kelas VB juga dibentuk kelompok-kelompok siswa, akan tetapi kelompok-kelompok itu tidak pernah berubah, jadi ketika mereka diskusi mereka selalu dengan teman yang sama. Selain itu, guru masih memerintahkan siswa untuk membaca materi secara bersama-sama, padahal mereka sudah berada di kelas atas. Dan dari hasil nilai IPS yang dicapai saat ulangan harian, ternyata hasil nilai ulangan harian kelas VB lebih rendah dibandingkan dengan kelas VA, terutama pada mata pelajaran IPS. Pada materi bab satu tentang Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia tahun ajaran 2015/ 2016, nilai ulangan harian kelas VB lebih rendah dari nilai ulangan harian kelas VA. Dengan jumlah siswa 31 di kelas VB, nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 45,5 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terndah 25. Pada ulangan harian materi bab satu tersebut belum ada siswa yang lulus dari KKM. Karena KKM yang ditentukan yaitu 75 dan semua siswa kelas VB ini mendapatkan nilai di bawah KKM yang sudah ditentukan. Sedangakan hasil ulangan harian pada materi bab satu tentang Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia pada kelas VA lebih tinggi dibandingkan dengan kelas VB, rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 58,97 dengan nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 15, serta ada enam orang siswa yang sudah memperoleh nilai di atas KKM. Adapun nilai rata-rata ulangan harian pertama kelas VA dan VB SD Negeri Demak Ijo 1 dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 107.


(20)

6

Hasil belajar IPS di kelas VB lebih rendah dibandingkan dengan kelas VA dikarenakan siswa kurang memperhatikan dan kurang konsentrasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa merasa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung kurang menarik dan membosankan, yaitu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang ramai sendiri ketika pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar mengajar yang kurang berkesan bagi siswa dapat diakibatkan dari berbagai faktor. Faktor yang menyebabkan kegiatan belajar kurang berkesan bagi siswa salah satunya yaitu minimnya variasi dalam pembelajaran. Guru tidak menggunakan media ataupun sumber belajar yang menarik. Selain itu guru hanya berpaku pada buku LKS siswa. Dan juga, metode yang digunakan guru sebagian besar yaitu ceramah sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, tidak ada siswa yang mau langsung menjawab ataupun maju ke depan. Akan tetapi guru harus menunjuk siswa terlebih dahulu agar siswa mau menjawab ataupun maju ke depan.

Hal ini membutuhkan suatu variasi mengajar yang berbeda dari yang selama ini digunakan agar hasil belajar IPS dan keaktifan siswa dapat dicapai dengan baik. Salah satunya yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort. Menurut Hisyam Zaini, dkk., (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2) pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, artinya mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini, mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan


(21)

7

persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga fisik. Dengan cara ini, biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yaitu card sort. Ini merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik yang ada di dalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat atau bosan.

Dengan memperhatikan faktor penyebab rendahnya hasil belajar dan rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS, maka peneliti mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah (2012) dengan judul Penggunaan Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari, penelitian tersebut dapat meningkatkan prestasi siswa sebesar 89% pada siklus II. peneliti mencoba mencari solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort untuk siswa kelas VB SD N Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada mata pelajaran IPS.


(22)

8 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah pada kelas VB di SD Negeri Demak Ijo 1 sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPS yang dicapai siswa masih rendah. 2. Penggunaan strategi pembelajaran kurang bervariasi.

3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 4. Kurangnya media pembelajaran pada mata pelajaran IPS.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada penggunaan strategi pembelajaran aktif card sort untuk memperbaiki hasil belajar IPS di kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah secara umum sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan proses pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakata?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS melalui strategi pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakata?


(23)

9 E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas VB pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort di SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VB pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort di SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang strategi yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran.

2. Bagi siswa, dapat membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membantu memahami materi pelajaran IPS, sehingga memperbaiki hasil belajar IPS.

3. Bagi guru, dapat memperoleh pengalaman dan menambah referensi strategi pembelajaran bagi kegiatan pembelajaran.


(24)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar IPS 1. Hakikat Belajar

Menurut Sugihartono, dkk. (2012: 74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Santrock dan Yussen (Sugihartono dkk., 2012: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Dan menurut Reber (Sugihartono dkk., 2012: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 13) berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi


(25)

11

terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Menurut Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 13), pembelajaran terdiri dari empat langkah, yaitu (1) langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri. (2) langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. (3) langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah. (4) langkah empat: menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.

Dimyati & Mudjiono (2002: 42) mengemukakan prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

a. Perhatian dan Motivasi, perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan aktivitas siswa dalam belajar.

b. Keaktifan, dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.


(26)

12

c. Keterlibatan langsung, hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. Pengertian ini, menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan pembelajaran. d. Balikan dan penguatan, siswa selalu membutuhkan suatu kepastian

dari semua kegiatan yang dilakukan. Seorang siswa belajar lebih banyak, jika setiap langkah pembelajaran segera diberikan kekuatan. e. Perbedaan individual, setiap siswa memiliki karakter sendiri-sendiri

yang berbeda satu dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

Sementara itu, prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 27) adalah sebagai berikut:

a. Dalam belajar, setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b. Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada diri siswa. c. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.


(27)

13

Agus Suprijono (2011: 4) berpendapat bahwa prinsip belajar itu ada tiga. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Kedua, belajar merupakan proses yang terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai, dan prinsip yang ketiga adalah belajar merupakan bentuk pengalaman.

Berdasarkan dari berbagai pandangan para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan pengalaman tertentu sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku itu terjadi karena usaha yang disengaja dan dari adanya perubahan itu akan diperoleh kecakapan baru. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut berpartisipasi aktif di dalamnya. Oleh karena itu, dengan strategi pembelajaran aktif card sort siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.

2. Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar mempunyai hubungan yang erat dengan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di


(28)

14

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Karakteristik siswa meliputi cara yang tipikal dari berfikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaiatan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteistik siswa sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Sedangkan menurut Bloom (Hamid Hasan & Asmawi Zainul,1991: 23-27) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai yang paling rendah dan sederahana yaitu hafalan sampai paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).


(29)

15

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension) yaitu kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata-katanya sendiri.

3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk ide-ide umum, tata cara atau metode-metode, prinsip-prinsip, rumusan-rumusan, teori-teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4) Analisis (analysis) adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu (1) Menganalisis unsure, (2) Menganalisis hubungan, dan (3) Menganalisis prinsip-pinsip organisasi.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur.

6) Evalusai (evaluation) adalah kemampuan tertinggi dalam ranah kognitif Bloom, kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, atas beberapa pilihan


(30)

16

kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kreteria yang ada.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan, proses, internalisasi, dan pembentukan karakteristik diri. Krathwohl, Bloom dan Masia 1964 membagi ranah afektif dalam lima jenjang yaitu, (a) penerimaan (receiving), (b) penanggapan (responding), (c) penghargaan (valuing), (d) pengorganisasian (organizatiaon), (e) penjatidirian (characterizatioan). c. Ranah Psikomotorik

Beberapa ahli mengklarifikasikan dan menyusun hirarki dari hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Simpason (Hamid Hasan & Asmawi Zainul, 1991: 27) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu, (a) persepsi (membedakan gejala), (b) kesiapan (menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), (c) gerakan terbimbing (meniru model yang dicontohkan), (d) gerakan terbiasa (melakukan gerakan tanpa model hingga mencapai kebiasaan), (e) gerakan kompleks (melakukan serangkaian gerakan secara berurutan),dan (f) kreativitas (menciptakan gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orsinil atau asli).


(31)

17

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha, menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman. Hasil belajar ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), dan sintesis (C5). Untuk ranah afektif dan psikomotornya meliputi ketertarikan siswa terhadap pembelajaran, keterampilan siswa dalam membentuk dan menjaga kelangsungan kelompok, partisipasi siswa dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi siswa, keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran card sort (pilah kartu), baik itu nilai yang berupa angka yang menyangkut ranah kognitif, sikap siswa yang menyangkut aspek afektif (nilai-nilai saat melakukan kerja sama dalam kelompok diharapkan dijadikan sebagai pola hidup) serta keterampilan siswa (keterampilan kerjasama dan komunikasi) yang menyangkut aspek psikomotorik yang diharapkan dapat membekali siswa dalam hidup bermasyarakat.

Selain itu adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Sri Anitah W, dkk (2009: 2.7) faktor-faktor tersebut dapat


(32)

18

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa sendiri (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).

1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar; yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat/ media.

2. Faktor dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara


(33)

19

dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang diisyaratkan dalam profesi guru.

Untuk memahami faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa guru dapat melakukan berbagai pendekatan, di antaranya dengan wawancara, observasi, kunjungan rumah, dokumentasi, atau isian berupa angket (kuesioner).

3. Pengertian IPS

Menurut Sapriya (2009: 7) IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975 dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora. Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam science dan technologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat negatifnya bagi kehidupan. Oleh karena itu IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai


(34)

20

kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik. Dalam Dokumen Permendiknas (2006) (Sapriya, 2009: 194) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang bekaitan dengan isu sosial.

Realisasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan IPS di Sekolah Dasar, berdasarkan pengertian dan bidang kajian IPS, tidak terlepas dari kajian konteks lingkungan anak dan sekolah atau pengertian latar sosial budaya serta latar pengalaman siswa di lingkungannya, dengan perkataan lain sekolah sebagai agen perubahan sosial budaya siswa. Untuk tingkat pendidikan dasar, tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kepentingan siswa. Meskipun pengembangan pada disiplin ilmu-ilmu sosial, tetapi kepentingan siswa sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi titik perhatian yang tidak terlupakan.

4. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran IPS SD

Arah mata pelajaran IPS ini dilatar belakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Menurut Sapriya, (2009: 194) mata pelajaran IPS memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut.


(35)

21

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dinyatakan tujuan pembelajaran IPS (BSNP, 2006) yaitu:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan bekompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Tujuan pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah mendidik dan memberi bekal pada siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan sikap sosial dalam hidup bermasyarakat dan mampu memecahkan masalah sosial yang ada di lingkungannya.

Manfaat mempelajari IPS dikemukakan oleh Sardjiyo, dkk (2009: 1.32) sebagai berikut:


(36)

22

1. Pengalaman langsung apabila dalam proses pembelajaran guru memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar.

2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.

4. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun sebagai anggota masyarakat.

5. Ruang Lingkup Materi IPS SD

Mulyasa mengemukakan ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. c. Sistem Sosial dan Budaya.

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPS merupakan mata pelajaran terintegrasi dari cabang-cabang ilmu sosial yang bertujuan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa dalam menanggapi dan memecahkan masalah soisal berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dengan mempelajari IPS diharapkan siswa siap untuk terjun ke masyarakat yang baik dengan mentaati aturan yang berlaku dan turut pula


(37)

23

mengembangkannya, serta bermanfaat dalam mengembangkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

6. Hasil Belajar IPS SD

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. IPS sendiri adalah mata pelajaran yang bersumber pada masalah-masalah sosial yang ditinjau dari berbagai aspek disiplin ilmu yang berkaitan, dalam hal ini geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. IPS juga mengajarkan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang bekaitan dengan isu sosial. Materi IPS yang digunakan dalam penelitian ini adalah KD 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud hasil belajar IPS dalam penelitian ini adalah kemampuan-kemampuan siswa yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada materi Perjuangan Para Tokoh dalam Mengusir Penjajahan Belanda.

B. Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort 1. Pembelajaran Aktif

Menurut Hisyam Zaini, dkk. (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2) pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, atinya mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini, mereka secara aktif menggunakan


(38)

24

otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga fisik. Dengan cara ini, biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan hingga waktu yang lama. Filosof Cina, Confusius (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2) mengatakan:

What I hear, I forget

What I see, I remember, and What I do, I understand

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat, dan Apa yang saya lakukan, saya memahami

Menurut Charles C. Bonwell dan J. A. Eison (Warsono dan Hariyanto, 2013: 14) seluruh bentuk pengajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab pembelajaran adalah pembelajaran aktif.


(39)

25

Jadi, menurut kedua ahli tersebut, pembelajaran aktif mengacu kepada pembelajaran berbasis siswa (student-centered learning). Dalam hubungan ini, Centre for Research on Leaning and Teaching University of Michigan, memberikan definisi yang lebih ketat lagi tentang pembelajaran aktif. Menurut lembaga tersebut, pembelajaran aktif adalah suatu proses yang memberikan kesempatan kepada para siswa terlibat dalam tugas-tugas pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking) seperti menganalisis, melakukan sintesis, dan evaluasi.

Jadi, pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai suatu pengajaran/ pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya, untuk kemudian diterapkan, dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.

Dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif lebih menekankan pada pendekatan pembelajaran, dengan esensi mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, yang dilaksanakan dengan strategi pembelajaran berbasis siswa (student-centered learning). Jumlah


(40)

26

siswa dalam pembelajaran aktif bebas, boleh peseorangan atau kelompok belajar, yang penting siswa harus aktif, sedangkan manifestasinya dalam pembelajaran berkelompok dapat diwujudkan dengan metode pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek.

2. Karakteristik Pembelajaran Aktif

Menurut Bonwell (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 5), pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. 2) Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi

mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan

dengan materi pembelajaran.

4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran aktif adalah mengembangkan sikap kritis, analitis, aktif bagi siswa dalam memberikan feedback materi yang diajarkan. Karena tujuan utama pembelajaran adalah membelajarkan siswa, bagaimana cara belajar


(41)

27

yang baik, bagaimana membangkitkan siswa untuk belajar dengan segala potensinya untuk memecahkan masalah dalam sepanjang hidupnya.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012: 64) secara kuantitatif Depdiknas pernah menetapkan perbandingan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran aktif dengan perbandingan 3 : 7. Pada pembelajaran konvensional, 70% guru ceramah dan 30% siswa aktif melakukan kegiatan. Sedangkan pada pembelajaran aktif, 70% siswa aktif melakukan kegiatan dan guru hanya 30% saja.

3. Macam-macam Teknik Pembelajaran Aktif

Macam-macam teknik pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Donald R. Paulson dan Jennifer L. Faust (Warsono dan Hariyanto, 2013: 33) adalah:

a. Teknik Pembelajaran Kelas Satu Menit (One Minute Paper) b. Teknik Pembelajaran Butir Terjelas ( Clearest Point)

c. Teknik Pembelajaan Tanggapan Aktif (Active Response) d. Teknik Pembelajaran Jurnal Harian (Daily Journal) e. Teknik Pembelajaan Kuiz Bacaan (Reading Quiz)

f. Teknik Pembelajaran Jeda untuk Penjelasan (Clarification Pauses)

g. Teknik Pembelajaran Tanggapan Terhadap Demonstrasi (Response to a Demonstration)

h. Teknik Pembelajaran Waktu Tunggu (Wait Time)

i. Teknik Pembelajaran Ringkasan Mahasiswa/Siswa (Student Summary)

j. Teknik Mangkuk Ikan atau Akuarium (Fish Bowl)

k. Teknik Pembelajaran Pertanyaan Kuis/ Tes (Quiz/Test Questinos)

l. Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger Signal)

m. Setiap Siswa Dapat Jadi Guru (Everyone is a Teacher) n. Pilah Kartu (Card Sort)

Menurut Silberman (2006: 169-170) pembelajaran aktif card sort merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan


(42)

28

konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik didalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat. Pembelajaran ini juga menggunakan sebuah kartu indeks. Teknik ini sebenarnya merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran kolaboratif. Menurut Elizabert E. Barkley, dkk. (2012: 4) berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan yang lain, jadi disini siswa dituntut untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif ini ada beberapa fitur yang penting, diantaranya adalah: Fitur pertama dari pembelajaran kolaboratif adalah desain yang disengaja, artinya guru harus merancang kegiatan pembelajaran terlebih dahulu bagi siswa. Fitur kedua adalah kerja sama kolaboratif yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu collaborate (bekerja sama). Dalam hal ini setiap siswa harus saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, seandainya ada satu siswa saja yang tidak ikut berperan dalam pekerjaan maka ini juga belum bisa disebut kolaboratif. Maka seluruh anggota kelompok harus berperan aktif di dalam pekerjaan tersebut. Fitur yang ketiga dari pembelajaran kolaboratif adalah terjadinya proses pembelajaran yang penuh makna. Ketika siswa bekerja sama dalam sebuah tugas kolaboratif, mereka harus bisa mendapatkan peningkatan pengetahuan atau semakin memahami pelajaran. Tugas yang diberikan pada siswa harus terstruktur agar mudah dipahami dan tujuan pembelajaran mudah tercapai. Memberikan tanggung jawab kepada siswa dan membuat kelas menjadi


(43)

29

riuh oleh kerja kelompok-kelompok yang energik dan hidup merupakan hal yang menarik, tapi hal tersebut tidaklah ada gunanya apabila siswa tidak dapat memahami pelajaran sehingga tujuan tidak tercapai. Dengan demikian pembelajaran kolaboratif adalah perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara sembari, secara perlahan mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan.

Selain itu dalam strategi pembelajaran aktif card sort terdapat media yang berbasis visual yakni kartu itu sendiri. Penggunaan media kartu yang berbasis visual dapat mempermudah pemahaman, memperkuat ingatan, menumbuhkan minat dan dapat memberikan hubungan antara isi materi dengan dunia nyata. Disamping itu strategi pembelajaran card sort yang berdimensi visual juga melibatkan dua belahan otak yakni otak kiri (kognisi) dapat mengingat informasi dan otak kanan (emosi) siswa merasa senang dengan strategi pembelajaran aktif card sort.

4. Strategi Pembelajaran

Menurut J. R. David (Wina Sanjaya, 2006: 126) dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, o series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (Wina Sanjaya, 2006: 126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus


(44)

30

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (Wina Sanjaya, 2006: 126) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Jadi dapat diartikan pula bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Mager (Hamzah B. Uno, 2011: 8) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.


(45)

31

Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Misalnya menyusun bagan analisis pembelajaran. Berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh TPK adalah latihan atau praktik langsung.

2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). 3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan

rangsangan pada indera siswa. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan siswa dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis.

Colin Marsh (Warsono dan Hariyanto, 2013: 35) menetapkan strategi pembelajaran hanya ada dua macam, yaitu teacher-centered dan student-centered. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi pembelajaran student-centered untuk pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1 Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

5. Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort dan Langkah-langkah Pembelajarannya

Strategi pembelajaran aktif card sort merupakan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa, dimana dalam pembelajaran ini setiap siswa diberi kartu indeks yang berisi informasi tentang materi yang akan dibahas, kemudian siswa mengelompok sesuai dengan kartu indeks yang dimilikinya. Setelah itu siswa mendiskusikan dan mempresentasikan hasil


(46)

32

diskusi tentang materi dari kategori kelompoknya. Disini guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan menjelaskan materi yang perlu dibahas atau materi yang belum dimengerti siswa setelah presentasi selesai. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Demak Ijo 1 Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Silberman (2006: 169-170) menjelaskan prosedur bermain dengan card sort untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1) Beri tiap siswa kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori (contohnya: jenis-jenis pohon, kata benda, kata kerja, dll).

2) Guru meminta siswa untuk berkeliling ruangan dan mencari siswa lain yang kartunya cocok dengan kategori yang sama (kategori dapat diumumkan sebelumnya atau bisa juga siswa menemukannya sendiri). 3) Guru memberikan instruksi kepada para siswa yang memiliki kartu

dengan kategori sama untuk menawarkan diri kepada siswa lain. 4) Ketika tiap kategori ditawarkan, guru mengemukakan poin-poin

pengajaran yang menurutnya penting.

Adapun variasi dalam pembelajaran card sort yang diungkapkan oleh Silberman (2006: 170) adalah:


(47)

33

a. Perintahkan tiap kelompok untuk membuat presentasi pengajaran tentang kategorinya.

b. Pada awal kegiatan, bentuklah tim. Berikan tiap tim satu dus kartu. Pastikan bahwa mereka mengocoknya agar kategori-kategori yang cocok dengan mereka tidak jelas dimana letaknya.

c. Perintahkan tiap tim untuk memilah-milah kartu menjadi sejumlah kategori. Tiap tim bisa mendapatkan skor untuk jumlah kartu yang dipilih dengan benar.

6. Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort Pada Mata Pelajaran IPS Strategi pembelajaran aktif card sort pada mata pelajaran IPS merupakan aktivitas kerjasama yang digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi pada mata pelajaran IPS yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang bekaitan dengan isu sosial. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort yaitu:

a. Siswa mempelajari materi melalui membaca.

b. Siswa diberi contoh tentang aturan main menggunakan card sort. c. Siswa diberikan masing-masing satu kartu/ kertas secara acak lalu

bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan tema/ kategori yang sama.

d. Siswa dalam kelompok menempel masing-masing kartu pada media. e. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok


(48)

34 C. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Masa usia SD merupakan masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya siswa masuk SD, dan dimulailah sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Masa usia sekolah dasar ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan pekembangan selanjutnya (Mulyani Sumanti, 1999: 12).

Siswa usia sekolah dasar sangat aktif dinamis. Siswa akan melakukan berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan minatnya. Ingatan anak pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar dan paling kuat. Daya menghafal dan memorisasi sangat kuat dan anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak (Kartini Kartono, 2007: 138).

Kelas V dalam tingkatan kelas merupakan kelas tinggi, sehingga memiliki sifat khas yang berbeda dibandingkan dengan siswa kelas rendah. Sifat khas siswa pada masa-masa kelas tinggi menurut Syamsu Yusuf (2007: 25), antara lain:

a. adanya minat terhadap kehidupan praksis sehari-hari yang konkret b. amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar

c. menjelang akhir masa ini, siswa mempunyai minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus

d. setelah umur 11 tahun, anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya

e. anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah


(49)

35

Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti memilih siswa kelas V sebagai subjek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan karakteristik usia siswa kelas V SD yaitu: siswa senang bermain dengan teman sebayanya, siswa suka berkelompok, dan daya hafal serta daya ingat siswa sangat bagus.

Penggunaan strategi pembelajaran aktif card sort dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan permainan kartu secara berkelompok akan membantu siswa memahami materi dengan mudah dan menyimpannya dalam jangka waktu yang lama.

D. Penelitian yang Relevan

1. Skripsi Anindita Rahma Azizah (2014) dengan judul Penggunaan Metode Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode active learning tipe card sort dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sendangsari. Peningkatan persentase setiap butir pengamatan keaktifan siswa meningkat dari pra tindakan pada kegiatan visual persentase sebesar 5,25%, pada siklus I sebesar 57,71%, pada siklus II sebesar 92,88%. Aspek kegiatan lisan pada pra tindakan sebesar 22,76%, pada siklus I menjadi 61,30%, pada siklus II sebesar 87,64%. Aspek kegiatan mendengarkan, pada pra tindakan sebesar 10,50%, pada siklus I sebesar 66,56%, pada siklus II


(50)

36

sebesar 90,51%. Aspek kegiatan menulis pada pra tindakan persentase sebesar 21,05%, pada siklus I sebesar 73,5%, pada siklus II mencapai 100%. Aspek kegiatan mental pada pra tindakan belum adanya kriteria tinggi, pada siklus I sebesar 71,63%, pada siklus II sebesar 89,43%. Aspek kegiatan emosional, pada pra tindakan sebesar 23,68%, pada siklus I sebesar 62,96%, pada siklus II sebesar 94,66%. Peningkatan prestasi siswa meningkat dari nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 62 pada siklus I meningkat menjadi 73. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 73 menjadi 84. Peningkatan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan pada pra tindakan sebesar 37%, sedangkan pada siklus I sebesar 63%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 89%.

2. Skripsi Fajar Sri Rahayu (2013) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS bagi Siswa Kelas IV SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran aktif tipe card sort lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan guru bagi siswa kelas IV SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikansi 5% (derajat kepercayaaan 95%) diperoleh t hitung (2,997) > t tabel (1,679). Hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok kontrol,


(51)

37

ditunjukkan dari mean hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 79,13 dan mean hasil belajar yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 68,80.

3. Skripsi Isfi Yusfiroh (2009) dengan judul Penerapan metode Card Sort dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VA Pada Pembelajaran Mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang. Dari hasil observasi dan data empiris dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan metode card sort terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VA pada pembelajaran mufrodat di MI Al-Hidayat Pakis-Malang. Hasil observasi lapangan menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari pre-tes ke siklus I sebesar 18,75 %, dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 36,84 %, dari suklus II ke siklus III meningkat sebesar 28 % dan dari pre tes sampai siklus III meningkat sebesar 100 %.

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi yang dilakukan, hasil belajar IPS rendah disebabkan guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dalam proses pembelajaran. Pada semester II kelas V Sekolah Dasar, materi IPS mempelajari mengenai sejarah bangsa Indonesia. Muatan materi yang mengisahkan perjalanan peristiwa-peristiwa sebelum dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang dituangkan dalam bentuk cerita dalam buku teks mata pelajaran IPS membuat materi IPS bersifat abstrak. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran materi IPS ini, siswa tidak dapat melihat secara langsung. Siswa hanya membaca atau diberitahu oleh guru, sehingga membutuhkan


(52)

38

imajinasi yang tinggi untuk dapat membayangkan dan memahami peristiwa sejarah tersebut.

Hal tersebut, bertolak belakang dengan karakteristik siswa kelas V SD yang lebih berminat pada hal-hal yang bersifat kongkret, senang bermain, dan berkelompok. Siswa juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi mengenai berbagai hal terutama pada hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari dan senang belajar terutama pada bidang yang diminatinya.

Berdasarkan karakteristik siswa kelas V SD di atas, maka pembelajaran IPS yang bersifat abstrak tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan krakteristik siswa. Pembelajaran IPS yang sesuai dengan karakeristik tersebut yaitu pembelajaran yang bersifat kongkret sehingga siswa tidak salah konsep dan lebih mudah dalam memahami materi. Berpijak dari masalah di atas, maka pembelajaran IPS dirancang menggunakan strategi pembelajaran aktif Card Sort sebagai upaya dalam mengkongkretkan konsep IPS.

Strategi pembelajaran aktif Card Sort merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik didalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat. Pembelajaran ini juga menggunakan sebuah kartu indeks dan merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran kolaboratif. Jadi disini siswa dituntut untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran terlebih dahulu bagi siswa. Dalam hal ini setiap siswa harus saling bekerja sama untuk


(53)

39

mencapai tujuan yang telah ditentukan, seandainya ada satu siswa saja yang tidak ikut berperan dalam pekerjaan maka ini juga belum bisa disebut kolaboratif. Maka seluruh anggota kelompok harus berperan aktif di dalam pekerjaan tersebut. Ketika siswa bekerja sama dalam sebuah tugas kolaboratif, mereka harus bisa mendapatkan peningkatan pengetahuan atau semakin memahami pelajaran. Tugas yang diberikan pada siswa harus terstruktur agar mudah dipahami dan tujuan pembelajaran mudah tercapai.

Oleh karena itu, dengan strategi pembelajaran aktif Card Sort diharapkan siswa tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran di kelas serta mudah memahami materi, sehingga akan meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: penggunaan strategi pembelajaran aktif card sort dapat meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Hasil Belajar IPS Rendah

Strategi Pembelajaran Aktif Card Sort

Hasil Belajar IPS Meningkat


(54)

40 G. Definisi Operasional Variabel

1. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

2. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan melakukan pembelajaran aktif menggunakan card sort. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort yaitu: f. Siswa mempelajari materi melalui membaca.

g. Siswa diberi contoh tentang aturan main menggunakan card sort. h. Siswa diberikan masing-masing satu kartu/ kertas secara acak lalu

bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan tema/ kategori yang sama.

i. Siswa dalam kelompok menempel masing-masing kartu pada media. j. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok


(55)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas (classroom action research). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPS menggunakan strategi pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1.

Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 2) mengartikan penelitian tindakan kelas sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan yang diselaraskan dengan kondisi dimana praktik itu dilakukan. Secara lebih jelas lagi diungkapkan oleh Hopkins (H. Sujati, 2000: 1) penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian yang dilakukan oleh guru terhadap kelasnya, dimana guru melakukan suatu tindakan dengan tujuan meningkatkan kualitas mengajarnya berdasarkan suatu asumsi atau teori pendidikan.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada dasarnya dilaksanakan demi perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran. McNiff (Suyanto, 1997) menyatakan bahwa tujuan utama dilaksanakannya PTK untuk perbaikan atau peningkatan. Dalam memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus dilaksanakan dalam konteks dan dalam meningkatkan kualitas program sekolah. Dengan demikian tujuan utama PTK adalah perbaikan atau peningkatan layanan profesional guru.


(56)

42 B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Setting penelitian ini dalam suasana pembelajaran di dalam kelas. Seluruh siswa kelas VB rata-rata berumur 9-12 tahun. Di dalam proses pembelajaran siswa di ajar guru kelas yang bernama Wahyuni, S.Pd. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Suasana kelas dibuat menyenangkan dengan pembuatan kelompok-kelompok untuk pelaksanaan strategi pembelajaran aktif Card Sort. Pembuatan kelompok dibuat sebanyak lima kelompok dengan dua kelompok dibagian depan dan tiga kelompok dibagian belakang. Pembuatan kelompok ini dilakukan secara acak berdasarkan kartu yang diterima oleh siswa. Posisi guru adalah di depan di antara dua kelompok yang berada di bagian depan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VB SD Negeri Demak Ijo 1, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa ada 31 terdiri dari 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas VB sebagai subjek penelitian karena berdasarkan observasi peneliti menemukan permasalahan bahwa pada siswa kelas VB hasil belajar IPS masih rendah dan guru masih melaksanakan


(57)

43

pembelajaran secara konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran belum menggunakan strategi dan media pembelajaran yang tepat.

D. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart yang dikenal dengan model spiral (Suharsimi Arikunturo, 2006: 93). Model ini dapat lihat melalui gambar sebagai berikut:

Keterangan : Siklus I :

1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I Siklus II :

1. Revisi Rencana II 2. Tindakan II 3. Observasi II 4. Refleksi II

Gambar 2. Penelitian tindakan model spiral Kemmis & Targgart (Suharsimi Arikunto, 2006 : 93)

Dalam perencanaan Kemmis & Taggart menggunakan siklus sistem spiral, yang masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Tahap rencana berisikan tindakan apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki, meningkatkan proses dan hasil belajar di kelas. Tahap tindakan berisi apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai. Selanjutnya yaitu tahap


(58)

44

observasi. Pada tahap ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakannya. Tahap terakhir dalam satu siklus adalah refleksi. Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakannya dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana tindakan berikutnya.

Rancangan penelitian yang akan ditempuh dalam penelitian tindakan ini secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan dimulai dari mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah. Kemudian peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang dilakukan, seperti:

1) Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan dengan melakukan diskusi dengan guru siswa melalui observasi di dalam kelas.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran (menyusun RPP), sesuai dengan prinsip card sort. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

3) Membuat card sort, yaitu dengan membuat kartu yang berisikan informasi tentang materi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.


(59)

45

4) Penyiapan Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi, dan menyusun soal tes.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini sebagai pelaksana adalah guru dan peneliti sebagai pengamat. Pelaksana (guru) melaksanakan pembelajaran berdasarkan skenario dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh peneliti. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan. Selama proses pembelajaran peneliti dan pengamat mengamati siswa dan guru di kelas.

Setelah pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan secara tertulis, yaitu dengan mengejakan soal evaluasi. Soal tertulis berupa pertanyaan pilihan ganda dan soal skala Likert.

c. Observasi

Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Hal yang dicatat dalam kegiatan pengamatan ini antara lain proses tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja, situasi tempat dan tindakan, dan kendala yang dihadapi. Semua hal tersebut dicatat dalam kegiatan pengamatan/ observasi yang terencana secara fleksibel dan transparan. Untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario yang telah disusun bersama, perlu


(60)

46

dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan.

d. Refleksi

Refleksi merupakan bagian akhir dari siklus yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan : (a) memikirkan tindakan yang akan dilakukan, (b) ketika tindakan sedang dilakukan, dan (c) setelah tindakan dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi adalah melakukan analisis, dan mengevaluasi atau mendiskusikan data yang diperolah. Data yang telah dikumpulkan dalam observasi harus secepatnya dianalisis atau diinterprestasikan (diberi makna) sehingga dapat segera diberi tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, jika interprestasian data tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan maka peneliti dan guru melakukan langkah-langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya demi tercapainya hasil belajar siswa yang maksimal. Sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2013: 140) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dari jabaran siklus di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian siklus adalah suatu putaran kegiatan


(61)

47

yang terdiri dari: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan/tindakan (action), (3) pengamatan/Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Siklus kedua akan dilaksanakan dengan tahap yang sama apabila pada siklus pertama belum mencapai indikator keberhasilan/ tujuan sebegitu seterusnya.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan atas dasar hasil refleksi siklus I apabila pada siklus I belum memenuhi kriteria yang diinginkan dalam penelitian. Apabila indikator belum tercapai pada siklus II maka dilaksanakan siklus berikutnya dengan alur yang sama.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan (Sugiyono, 2011 : 308). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode tes dan non test. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2013: 193). Tes dapat digunakan untuk menguji sejauh mana siswa mengalami perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah mengambil tindakan. Metode tes dilaksanakan dengan jenis tes prestasi (achievement test) berupa pertanyaan tertulis. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan


(62)

48

dasar dan pencapaian atas suatu prestasi yang telah dipelajari dalam suatu bidang studi.

Metode non test dilakukan melalui observasi, angket dan dokumentasi. Observasi tidak saja berarti mengamati suatu objek dengan menggunakan mata, akan tetapi observasi dapat berarti pemusatan perhatian pada suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Metode observasi digunakan untuk mengetahui perilaku siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan angket menurut Suharsimi Arikunto (2013: 194) merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. Dalam menggunakan metode angket cara yang juga paling efektif untuk melengkapinya yaitu dengan format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Metode angket digunakan untuk mengetahui kepuasan guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tidak kalah pentingnya yaitu metode dokumentasi. Metode dokomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Hasil penelitian dari tes dan observasi akan lebih kredibel/ dapat dipercaya jika didukung oleh dokumentasi. Pada penelitian ini,


(63)

49

dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan mengumpulkan hasil tes yang telah diberikan.

F. Instrumen Penelitian

Instrument merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dan memudahkan dalam pengolahannya. Peneliti menggunakan instrument tes dan non test untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.

Tes dilakukan di akhir pembelajaran oleh peneliti. Tes ini digunakan untuk memperoleh data akhir guna mengetahui tingkat pemahaman siswa. Data penelitian berupa non test digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan perubahan perilaku siswa. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa non test dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi dan dokumentasi.

1. Perangkat Tes

Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dengan tipe jawaban pilihan ganda sejumlah 20 soal dan tipe jawaban skala Likert sejumlah 5 soal. Penyekoran soal menggunakan skala Likert yaitu dengan memberikan skor secara bertingkat sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Menurut Sugiyono (2011: 134) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk perhitungan skor,


(64)

50

setiap soal pilihan ganda yang dijawab dengan benar mendapatkan skor 1, dan setiap soal yang dijawab salah memperoleh skor 0. Sedangkan pada soal skala Likert setiap soal memiliki rentang skor dari 1 sampai 5, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes Siklus

Kompetensi

Dasar Indikator

Soal Pilihan Ganda Soal Skala Likert Jumlah Item Nama Item Jumlah Item Nama Item Mendeskripsikan

perjuangan para tokoh pejuang

pada masa

penjajahan Belanda dan Jepang

Mengidentifikasi perjuangan

Pattimura dalam mengusir

penjajahan Belanda

4 1, 2,

3, 4 1 1

Mengidentifikasi perlawanan Kaum Paderi dalam mengusir penjajahan Belanda 6 5, 6, 7, 8, 9, 10

1 2

Mengidentifikasi perjuangan Pangeran

Diponegoro dalam mengusir

penjajahan Belanda

3 11,

12, 13 1 3

Mengidentifikasi perjuangan rakyat

Aceh dalam

mengusir penjajahan Belanda 4 14, 15, 16, 17

1 5

Mengidentifikasi perlawanan Sisingamangaraja XII dan akyat Batak dalam mengusir

penjajahan Belanda.

3 18,

19, 20 1 4


(65)

51 2. Lembar Observasi

Berikut kisi-kisi lembar observasi yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No. Aspek yang Diamati Nomor

Butir

Jumlah Butir 1. Ketertarikan siswa terhadap strategi pembelajaran

aktif card sort 1 1

2. Keterampilan siswa dalam membentuk dan menjaga kelangsungan kelompok

2, 3, 4,

5, 6, 7 6 3. Partisipasi siswa dalam kelompok

8, 9, 10, 11, 12,

13

6

4. Keterampilan berkomunikasi siswa

14, 15, 16, 17, 18, 19

6 5. Keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui strategi

pembelajaran aktif card sort 20, 21 2

6. Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran card sort

22, 23,

24 3

Jumlah 24 24

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

No. Aspek yang Diamati Nomor

Butir

Jumlah Butir

1. Keterampilan membuka pelajaran 1, 2, 3,

4, 5, 6 6 2. Keterampilan menggunakan strategi pembelajaran

aktif card sort

7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14

8

3. Keterampilan menutup pelajaran 15, 16,

17, 19 4

4. Alokasi waktu 18 1


(1)

(2)

(3)

213


(4)

214 Lampiran 33. Surat Permohonan Izin Penelitian


(5)

215 Lampiran 34. Surat Rekomendasi Penelitian


(6)

216 Lampiran 35. Surat Izin Penelitian