PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KRAWITAN, KABUPATEN SLEMAN.

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI KRAWITAN, KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nia Widyawati Fitri Puspitarini NIM 13108241001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

What I hear, I forget.

What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand.

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master (Silberman)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui. (Terjemahan Q.S. Al-Baqarah 216)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Orang tua tercinta, Ibu Sri Handayani dan Bapak Sarwiyono yang selalu mendoakan dan telah memberikan dukungan moral maupun material kepada saya selama ini.


(7)

vii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI KRAWITAN, KABUPATEN SLEMAN

Oleh

Nia Widyawati Fitri Puspitarini NIM 13108241001

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS menggunakan pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas V SD Negeri Krawitan Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Krawitan yang berjumlah 17 siswa. Desain PTK menggunakan Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data berupa tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Instrumen tes divalidasi oleh dosen ahli. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis data prestasi belajar siswa.

Terdapat peningkatan prestasi belajar dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Tahap pra tindakan menunjukkan prestasi belajar IPS siswa kelas V tergolong rendah yaitu diperoleh ketuntasan belajar sebesar 5.88 %. Pada siklus I, ketuntasan belajar siswa sebesar 52,94 %. Ketuntasan belajar siswa tersebut mengalami peningkatan sebesar 47.06%. Pada siklus II, dengan adanya perbaikan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 35,30% yaitu diperoleh ketuntasan sebesar 88,24%. Prestasi belajar IPS siswa pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitan yang telah ditetapkan yaitu 75% dari jumlah siswa kelas V SD

Negeri Krawitan dengan KKM sebesar ≥ 60. Jadi hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan pembelajaran aktif card sort dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas V.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, ilham, kesehatan, kekuatan, dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Pembelajaran Aktif Card Sort Pada Siswa Kelas V SD Negeri Krawitan, Kabupaten Sleman”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis meyampaikan ucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian, fasilitas, dan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.

2. Ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kemudahan selama proses penyusunan proposal sampai degan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Ibu Safitri Yosita Ratri, S.Si, M.Pd, M.Ed. Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus validator yang telah memberikan semangat, dukungan, bimbingan, dan memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Ibu Sekar Purbarini K, M.Pd. dosen pembimbing akademik yang


(9)

ix

5. Bapak dan ibu dosen jurusan PSD yang telah memberikan ilmu.

6. Bapak Juwari, S.Pd.SD. selaku kepala sekolah SD Negeri Krawitan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD Negeri Krawitan dan Ibu Sunarti, S.Pd.SD. guru kelas V SD Negeri Krawitan yang telah membantu sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar.

7. Siswa kelas V SD Negeri Krawitan yang telah bersedia sebagai subjek dalam pelaksanaan penelitian.

8. Kedua kakak saya Ika Astina P dan Gusdiyana K beserta keluarganya yang selalu mendukung.

9. Sahabat-sahabat saya Ananda Galuh S, Khoiria Hikmawati, Yuliana Muharomah, Ulin Nuskhi M, Laily Khoiril Hana, yang bersedia menjadi tumpuan keluh kesah dan kesediaannya unuk membantu dalam selesainnya skripsi ini.

10.Serta teman-teman PGSD kelas B angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan.

Demikian skripsi ini disusun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi semua pihak.


(10)

x DAFTAR ISI

Hal HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPS ... 10

1. Hakikat Belajar ... 10

2. Prestasi Belajar ... 11

3. Pengertian IPS ... 14

4. Tujuan Pembelajaran IPS SD ... 16

5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS SD ... 18

6. Prestasi Belajar IPS ... 19

B. Pembelajaran Aktif Card Sort ... 19


(11)

xi

2. Pembelajaran Aktif Card Sort dan Langkah-langkah Pembelajarannya 23

3. Karakteristik Pembelajaran Aktif Card Sort ... 25

4. Pembelajaran Aktif Card Sort Pada Mata Pelajaran IPS ... 27

C. Karakteristik Siswa Kelas V SD ... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 31

E. Kerangka Berpikir ... 33

F. Hipotesis Tindakan ... 34

G. Definisi Operasional Variabel ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian ... 37

D. Desain Penelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Uji Validitas ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 43

I. Indikator Keberhasilan... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 46

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

2. Kegiatan Pra Tindakan ... 46

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Siklus I ... 48

2. Siklus II ... 67

C. Pembahasan ... 88

D. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 94 LAMPIRAN ... 97


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Tengah Semester Siswa Kelas V ... 3

Tabel 2. Materi Pelajaran IPS kelas V semester 2 ... 18

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 42

Tabel 5. Keberhasilan Ketuntasan Belajar ... 44

Tabel 6. Prestasi Belajar IPS Pra Tindakan ... 47

Tabel 7. Prestasi Belajar IPS Siklus I... 63

Tabel 8. Perbandingan Prestasi Belajar IPS Pra Tindakan dan Siklus I ... 64

Tabel 9. Prestasi Belajar IPS Siklus II ... 83


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 34

Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Taggart ... 38

Gambar 3. Diagram Prestasi Belajar Pra Tindakan ... 48

Gambar 4. Diagram Prestasi Belajar Siklus I... 64

Gambar 5. Diagram Prestasi Belajar Pra Tindakan dan Siklus I ... 65

Gambar 6. Diagram Prestasi Belajar Siklus II ... 84


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Daftar Nilai UTS siswa kelas V ... 98

Lampiran 2. Kisi-kisi Soal Pretest (Pra Tindakan) ... 99

Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Post test Siklus I ... 101

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Post test Siklus II ... 102

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 104

Lampiran 6. Card Sort Pada Siklus I ... 117

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 124

Lampiran 8.Card Sort Pada Siklus II Beserta Kunci ... 137

Lampiran 9. Hasil Lembar Kerja Siswa Pada Siklus II ... 141

Lampiran 10. Soal Pre test (Pra Tindakan) ... 145

Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Pre test (Pra Tindakan)... 148

Lampiran 12. Daftar Nilai Pre test (Pra Tindakan) ... 149

Lampiran 13. Prestasi Belajar Tertinggi Pre test (Pra Tindakan) ... 150

Lampiran 14. Prestasi Belajar Terendah Pre test (Pra Tindakan) ... 153

Lampiran 15. Soal Siklus I ... 156

Lampiran 16. Kunci Jawaban Soal Siklus I ... 160

Lampiran 17. Daftar Nilai Siklus I ... 161

Lampiran 18. Prestasi Belajar Tertinggi Siklus I ... 162

Lampiran 19. Prestasi Belajar Terendah Siklus I ... 165

Lampiran 20. Soal Siklus II ... 168

Lampiran 21. Kunci Jawaban Soal Siklus II ... 171

Lampiran 22. Daftar Nilai Siklus II ... 172

Lampiran 23. Prestasi Belajar Tertinggi Siklus II ... 173

Lampiran 24. Prestasi Belajar Terendah Siklus II ... 176

Lampiran 25, Daftar Rekap Nilai Pre test, Siklus I, dan Siklus II ... 182

Lampiran 26. Dokumentasi ... 183

Lampiran 27. Surat Keterangan Validasi ... 187


(16)

xvi

Lampiran 29. Surat Rekomendasi Penelitian ... 189 Lampiran 30. Surat Izin Penelitian... 190 Lampiran 31. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 191


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mulai diperkenalkan sebagai mata pelajaran dalam sistem kurikulum di Indonesia sejak tahun 1975. Sejak berlakunya kurikulum tersebut maka mata pelajaran IPS termasuk dalam salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di SD, IPS merupakan salah satu mata pelajaran bagi siswa SD. Melalui mata pelajaran IPS, diharapkan dapat melahirkan warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya, serta warga dunia yang cinta damai. Selain itu, dengan belajar IPS, siswa juga belajar tentang lingkungan masyarakat sehingga dapat melatih sikap siswa untuk peka terhadap masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Ahmad Susanto (2015: 139) yang menyebutkan bahwa IPS dikembangkan berdasarkan kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa sehingga dapat membina warga negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah kehidupan sosial di sekitarnya, aktif berpartisipasi di lingkungan kehidupan, baik di masyarakat, negara, maupun dunia.

Untuk mencapai tujuan IPS tersebut, maka guru perlu mengetahui, memahami, menerapkan konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial dalam proses pembelajarannya. Penerapan ilmu-ilmu sosial yang dicapai oleh siswa SD tersebut harus disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa. Oleh karena itu, maka diperlukan keterampilan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan


(18)

2

kelas memegang peranan penting dalam rangka menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar belajar dapat berlagsung secara efektif dan efisien. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru supaya pembelajaran efektif dan efisien adalah dengan pemilihan pendekatan, strategi, metode, dan media yang tepat dalam menyampaikan materi.

Proses belajar mengajar IPS hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dengan hati senang tanpa adanya suatu tekanan sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pada Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa selama proses pembelajaran dilakukan dengan suasana yang menyenangkan dan dapat memotivasi siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif, kreatif, dan mandiri. Oleh karena itu, penting bagi guru dalam mengelola pembelajaran dan memfasilitasi siswa dengan gaya dan karakteristik belajarnya di setiap mata pelajaran. Jika tercipta proses pembelajaran yang baik akan tercipta prestasi belajar yang baik pula.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan di SD Negeri Krawitan pada hari Kamis, tanggal 3 November 2016 diperoleh informasi bahwa


(19)

3

prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS kelas V masih tergolong rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Berdasarkan data yang diperoleh nilai rata-rata Ujian Tengah Semester siswa kelas V SD Krawitan Tahun Ajaran 2016/2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Nilai Rata-rata Ujian Tengah Semester Siswa Kelas V No Mata Pelajaran KKM Nilai rata-rata kelas

1 Matematika 56 46,45

2 Bahasa Indonesia 65 60,62

3 IPA 60 61,72

4 IPS 60 46,69

5 PKn 75 69,65

Dari data di atas dapat diketahui bahwa terdapat dua mata pelajaran yang memiliki nilai rata-rata prestasi belajar yang tergolong rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya yaitu nilai rata-rata prestasi belajar mata pelajaran IPS dan Matematika. Berdasarkan nilai rata-rata di kedua mata pelajaran tersebut, peneliti mencari informasi dengan menanyakan kepada guru kelas apakah terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran di kedua mata pelajaran tersebut. Dari informasi yang diperoleh dari guru kelas tersebut, permasalahan yang terjadi pada perolehan nilai rata-rata mata pelajaran matematika terjadi karena kurangnya siswa dalam latihan soal, oleh karena itu guru sudah menemukan solusi yaitu dengan memberikan soal-soal latihan, sedangkan pada mata pelajaran IPS guru belum menemukan solusi dalam menangani permasalahan rendahnya nilai rata-rata prestasi belajar IPS. Nilai rata-rata pada mata pelajaran IPS yang masih rendah tersebut adalah 46,69, dengan nilai tertinggi 9,67 dan nilai terendah 2,5. Pada Ujian Tengah Semester tersebut diketahui bahwa siswa yang lulus dari KKM sebanyak 5 anak dan siswa yang belum lulus dari KKM sebanyak 11 anak, sehingga hal ini


(20)

4

mendorong peneliti untuk melakukan observasi secara langsung pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Krawitan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 10 November 2017 di kelas V SD Negeri Krawitan diketahui bahwa pembelajaran IPS belum menggunakan suatu teknik yang melibatkan siswa. Pembelajaran IPS selama ini menggunakan pembelajaran ekspositori tanpa disertai media yang inovatif dan kegiatan yang bervariasi. Pembelajaran ekspositori seringkali memposisikan siswa menjadi peserta pembelajaran yang berpusat pada guru atau teacher centered. Siswa mendengarkan dan menyimak buku paket ketika guru menyampaikan materi pembelajaran IPS tentang Jenis-jenis Usaha di Indonesia di depan kelas tanpa adanya respon dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam proses pembelajaran. Setelah guru menyampaikan materi, guru menulis beberapa catatan penting di papan tulis. Siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal itu terlihat ketika guru menyampaikan materi tidak semua siswa yang menyimak pada buku paket, melainkan terdapat siswa yang membuat mainan dari kertas, bermain dengan alat tulisnya, dan ada yang berbincang dengan temannya. Kondisi tersebut juga terjadi karena pembelajaran IPS dilaksanakan di jam pelajaran ke 4-5 sehingga siswa terlihat bosan setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya yang cukup menguras energi. Ketika pembelajaran berlangsung, guru berkali-kali memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan tanya jawab namun tidak ada siswa yang bertanya. Guru kemudian memancing siswa untuk bertanya jawab dengan memberikan pertanyaan terkait materi pada hari itu yaitu “anak-anak siapa yang tahu apa saja jenis-jenis


(21)

5

usaha perseorangan?” ketika guru memberikan pertanyaan tersebut siswa belum menjawab, sehingga guru harus memancing kembali dengan menunjuk siswa dan kemudian siswa pun menjawab. Guru mengalami kesulitan dalam memahami dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru melakukan penilaian setelah pembelajaran berlangsung dengan soal berdasarkan materi yang baru saja disampaikan oleh guru.

Setelah melakukan wawancara bersama guru kelas V informasi yang diperoleh adalah sejumlah faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada UTS semester ganjil tersebut karena siswa merasa kesulitan dalam memahami materi IPS seperti makna peninggalan sejarah nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia, tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di indonesia, dan keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di indonesia. Meskipun guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan diskusi kelompok dan tanya jawab namun belum ada peningkatan dalam prestasi belajar IPS, sedangkan materi IPS pada semester berikutnya tidak jauh dari materi sejarah Indonesia yaitu sejarah pada masa kemerdekaan.

Berdasarkan data di atas maka dalam pelaksanaan pembelajaran IPS diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa dapat optimal dan tujuan yang diharapkan tercapai. Peningkatan prestasi belajar siswa dapat tercapai apabila pembelajaran yang dilakukan dapat mendorong siswa untuk belajar. Siswa belajar dengan sangat baik apabila siswa dapat mempraktikannya sehingga siswa lebih mudah dalam


(22)

6

menerima pelajaran dan pengetahuan yang didapat menjadi lebih bermakna. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Silberman (2013: 11) siswa bisa belajar dengan sangat baik dari pengalaman konkret yang berlandaskan kegiatan, serta menurut Khanifatul (2013: 37) seorang guru sebaiknya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge), nilai (value), dan keterampilan (skill). Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara menerapkan pembelajaran yang tepat. Terkait belum optimalnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V SD Negeri Krawitan, maka peneliti berupaya menerapkan pembelajaran aktif card sort sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Jadi pembelajaran aktif cocok digunakan dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran aktif memiliki berbagai macam teknik. Salah satu teknik yang cocok untuk diterapkan yaitu pembelajaran aktif card sort. Pembelajaran aktif card sort ini seorang guru menggunakan media kartu yang berisi informasi kartu yang dibagikan kepada siswa, kemudian siswa melakukan usaha untuk menemukan kartu berkategori sama (Silberman, 2009: 157). Dengan menerapkan pembelajaran aktif card sort tersebut menjadikan gerakan fisik lebih dominan sehingga siswa tidak akan merasa bosan sehingga diharapkan siswa dapat memahami dan menguasai materi IPS yang berkaitan dengan sejarah Indonesia karena siswa belajar berdasarkan pengalaman secara langsung. Berdasarkan latar


(23)

7

belakang di atas, maka peneliti berminat untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Pembelajaran Aktif Card Sort Pada Siswa kelas V SD Negeri Krawitan, Kabupaten Sleman“.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Penerapan IPS yang dicapai oleh siswa SD harus disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa

2. Kegiatan belajar siswa sebaiknya dengan hati senang tanpa adanya suatu tekanan sehingga tercipta suatu interaksi yang baik

3. Proses pembelajaran yang baik akan tercipta prestasi belajar yang baik pula. 4. Kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran IPS.

5. Prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS rendah. 6. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi IPS.

7. Pembelajaran ekspositori yang digunakan memposisikan siswa menjadi peserta pembelajaran yang berpusat pada guru.

8. Guru belum pernah menggunakan pembelajaran aktif card sort yang memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, tidak semua permasalahan dapat diteliti oleh peneliti. Permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi sehingga masalah yang dijadikan objek penelitian akan lebih terarah dan mendalam


(24)

8

pengkajiannya. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada identifikasi masalah nomor 5 yaitu presasi belajar siswa mata pelajaran IPS rendah dan nomor 8 yaitu guru belum menggunakan pembelajaran aktif card sort.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana peningkatan prestasi belajar IPS dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas V SD Negeri Krawitan, Kabupaten Sleman?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort pada siswa kelas V SD Negeri Krawitan Kabupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memiliki manfaat baik secara teoritis ataupun secara praktis.

1. Manfaat secara teori

Penelitian ini dapat memberi informasi bahwa teknik card sort bisa memperjelas pendekatan pembelajaran aktif dalam pembelajaran IPS.


(25)

9 2. Manfaat secara praktis

a. Bagi guru

1)Penelitian ini dapat memberi informasi kepada guru tentang pembelajaran aktif yang digunakan dalam pembelajaran IPS.

2)Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai peningkatan prestasi belajar IPS siswa dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort. b. Bagi Siswa

1)Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.

2)Meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran IPS yang dipelajari dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort.

c. Bagi Peneliti

1)Sebagai salah satu bentuk penerapan ilmu yang sudah didapat di bangku kuliah

2)Sebagai langkah untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran yang lebih baik.


(26)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A.Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPS 1. Hakikat Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Sejalan dengan kedua pendapat tersebut, menurut Ahmad Susanto (2015: 4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Piaget (Conny R. Semiawan, 2008: 11) menyebutkan bahwa belajar adalah adaptasi yang holistik dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relatif permanen. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nana Sudjana (2002: 28) yaitu belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubuhan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamanya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,


(27)

11

kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Berdasarkan dari berbagai pandangan para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru. Perubahan tersebut dapat terbentuk karena pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri, interaksi dengan lingkungannya maupun melalui ilmu pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu dalam belajar siswa diusahakan dapat terlibat dan memperoleh pengalaman secara langsung sehingga mencapai tujuan belajar.

2. Prestasi Belajar

Zainal Arifin (2009: 12) mengatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie dan dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”. Menurut Sugihartono dkk (2013: 130) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah pengukuran yang dilakukan oleh guru yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa yang terwujud angka maupun pernyataan.

Menurut Muhibbin Syah (2000: 141) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Sutratinah Tirtonegoro (2006: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Program atau periode tertentu tersebut misalnya dilakukan setelah mempelajari materi per bab dengan pemberian ulangan harian, tes tengah semester dan tes


(28)

12

semester untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran setelah diberikan guru. Siswa diberikan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah belajar bersama dengan guru. Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan dan Akdon (2007: 31) bahwa tes prestasi belajar digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa dapat diketahui kedudukan siswa di dalam kelas, apakah siswa termasuk kelompok siswa pandai, sedang atau kurang. Selanjutnya Muhibbin Syah (2003: 135) juga mengatakan bahwa kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Jadi, sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa memperoleh prestasi belajar yang baik. Zainal Arifin (2009: 12) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar yaitu : a.Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai siswa.

b.Prestasi belajar sebagai lambang penguasaan hasrat ingin tahu.

c.Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan,

d.Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Sebagai indikator intern berarti dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas institusi pendidikan, sedangkan sebagai indikator ekstern berarti tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan siswa. e.Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa.


(29)

13

Menurut Conny R. Semiawan (2008: 13), prestasi belajar anak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor di bawah ini:

a. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

Setiap anak dalam perkembangannya perlu dipenuhi kebutuhannya, misalnya kebutuhan primer, pangan, sandang, rumah, serta kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap dirinya. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena suasana lingkungan pendidikan bersumber dari pergaulan antara orangtua dengan anak. b. Inteligensi, Emosi dan Motivasi

Prestasi belajar dipengaruhi oleh kemampuan kognitif serta kemampuan nonkognitif (motivasi dan emosi). Anak yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) tinggi lebih mudah dalam merencanakan materi yang diajarkan. Namun, Emotional Intelligence (EQ) juga memengaruh prestasi belajar seseorang. EQ adalah suatu ukuran yang menunjuk pada kualitas memahami perasaannya sendiri dan kemampuan ikut mengalami penghayatan perasaan orang lain. Selain itu, motivasi juga berpengaruh dalam prestasi belajar yaitu keyakinan kemampuan untuk memeroleh sukses dalam upaya mencapai sasaran yang dicanangkan.

c. Pengembangan Kreativitas

Setiap anak memiliki imajinasi dan kreativitas masing-masing pada otak kanan mereka. Kreativitas dapat dikembangkan hanya jika guru dan sekolah memerhatikan hal tersebut. Seorang yang kreatif tentu mempunyai cara-cara tersendiri dalam melakukan beberapa hal, termasuk dalam belajar. Seorang anak kretif mempunyai cara tersendiri untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik


(30)

14

Berdasarkan dari berbagai pandangan para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai mata pelajaran setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf dalam aspek pengetahuan (kognitif). Prestasi belajar sangat penting dilakukan karena untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa, apakah siswa tersebut sudah paham atau belum. Selain itu, prestasi belajar dapat digunakan guru sebagai evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pengukuran prestasi belajar tersebut dilakukan dengan menggunakan tes sesuai jenjang kognitif. Pada penelitian ini, prestasi belajar IPS siswa kelas V SD N Krawitan tergolong rendah sehingga prestasi belajar IPS siswa harus ditingkatkan.

3. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mulai diperkenalkan sebagai mata pelajaran dalam sistem kurikulum SD, SMP, dan SMA di Indonesia sejak tahun 1975. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sapriya (2009: 7) bahwa istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975 dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Istilah IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia berasal dari bahasa asing yaitu social studies. Menurut kesimpulan Ahmad Susanto (2014: 9) dari pendapat beberapa ahli, pengertian dari studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai


(31)

15

aspek kehidupan sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut. Sedangkan pengertian IPS sendiri adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sesuai dengan pengertian di atas IPS merupakan bidang studi yang memfokuskan kajian tentang masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Hal itu sesuai dengan pendapat Trianto (2010: 171) yang mengatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Selanjutnya Sapriya (2009: 20) mengatakan bahwa IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik. Hal tersebut dikarenakan, IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memyelesaikan masalah pribadi maupun sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.


(32)

16

Dari beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang telah dikemukan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang terdiri dari integrasi Sejarah, Geografi, Ekonomi, ilmu sosial lainnya, serta kajian tentang masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Integrasi materi sosial tersebut menjadikan IPS di sekolah dasar IPS terpadu yang mempermudah siswa dalam belajar. Materi pelajaran IPS di sekolah dasar juga disusun mengacu pada aspek kehidupan nyata siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa.

4. Tujuan Pembelajaran IPS SD

Menurut Ahmad Susanto (2015: 145) tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala kesimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang akan terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Chapin & Messick (Ahmad Susanto, 2015: 147) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah dapat dikelompokan menjadi empat komponen, yaitu: 1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam

kehidupan masyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang 2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan

mengolah atau memproses informasi

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat


(33)

17

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam kehiduoan sosial

Dalam Panduan Kurikulum KTSP menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 175) mata pelajaran IPS di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan pembelajaran IPS yang tercantum dalam kurikulum adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti, tujuan pembelajaran IPS bukan hanya sekedar membekali siswa dengan berbagai informasi yang bersifat hafalan (kognitif) saja, akan tetapi pembelajaran IPS harus mampu mengembangkan kerampilan berpikir, agar siswa mampu mengkaji berbagai kenyataan sosial beserta permasalahannya. Tujuan yang harus dicapai oleh siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan taraf perkembangannya, yang dimulai dari pengenalan dan pemahaman lingkungan sekitar menuju lingkungan masyarakat yang lebih luas. Dimulai dari lingkungan terdekat menuju lingkungan yang lebih luas.


(34)

18 5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS SD

Mata pelajaran IPS memiliki ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD dalam BSNP (2006: 176) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan. b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan. c. Sistem Sosial dan Budaya.

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Selanjutnya ruang lingkup materi IPS yang dipelajari siswa SD kelas V Semester 2 tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai berikut:

Tabel 2. Materi Pelajaran IPS kelas V semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh

pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang 2.2 Menghargai jasa dan peranan

tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

Berdasarkan data di atas peneliti menggunakan Kompetensi Dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan Kompetensi Dasar 2.3 yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Peneliti memilih materi


(35)

19

tersebut dikarenakan menyesuaikan materi yang diajarkan di SD Krawitan supaya tidak mengganggu pembelajaran di sekolah tersebut,

6. Prestasi Belajar IPS

Prestasi belajar IPS adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai mata pelajaran IPS yang terdiri dari integrasi Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan ilmu sosial lainya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf dalam aspek pengetahuan (kognitif). Pengukuran prestasi belajar IPS dilakukan dengan menggunakan tes sesuai jenjang kognitif terkait materi IPS yang diajarkan. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa apakah siswa sudah memahami materi IPS atau belum selama kegiatan belajar sehingga guru bisa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran IPS yang dilakukan.

B.Pembelajaran Aktif Card Sort 1. Pembelajaran Aktif

Menurut Warsono dan Hariyanto (2013: 12) pembelajaran aktif didefinisikan sebagai pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya. Sedangkan menurut Martinis Yamin (2007: 82 ) belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan dan keterampilan


(36)

20

siswa baik dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Seperti halnya dengan pendapat di atas, menurut Hisyam Zaini, dkk. (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 2) pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif, artinya mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini, mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga fisik. Dengan cara ini, biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga prestasi belajar dapat dimaksimalkan.

Menurut Silberman (2009: 6) belajar sesungguhnya bukanlah dengan cara menghafal. Hal itu sejalan dengan pendapat Ali Muhtadi (2009: 4) yang menyatakan bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Menghafal yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang dengan mudahnya langsung hilang dalam beberapa hal. Belajar tidak dapat ditelan secara keseluruhan. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan siswa harus mencernanya. Belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi, tanpa ada kesampatan untuk berdiskusi, membuat pertanyaan, mempraktikkan bahkan mengajarkan pada orang lain. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya di dalam diri seseorang terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan perilaku siswa (Martinis Yamin: 76). Seperti yang disampaikan


(37)

21

oleh Confusius (Silberman, 2009 : 1) bahwa “What I hear, I forget (Apa yang saya dengar, saya lupa), What I see, I remember, (Apa yang saya lihat, saya ingat), What I do, I understand (Apa yang saya lakukan, saya paham)

Setelah Confucius menyatakan tiga pernyataan tersebut, Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan tersebut menjadi sebuah paham Belajar Aktif, yaitu :

What I hear, I forget.

What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand.

What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master

.

Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pembelajaran aktif karena lebih menekankan pada pendekatan pembelajaran dengan esensi mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, yang dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis siswa atau student centered learning (Warsono dan Hariyanto, 2013: 15). Menurut Ali Muhtadi (2009: 3) pembelajaran aktif pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa. Pendekatan pembelajaran sendiri menurut Suyono dan Hariyanto (2011: 22) merupakan latar pedagogis dan psikologis yang dilandasi filosofi pendidikan tertentu yang dipilih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa contoh dari pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan belajar siswa aktif, pendekatan keterampilan proses, pendekatan salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat), dan pendekatan kontekstual. Sejalan dengan pendapat beberapa ahli di atas, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 115) pendekatan belajar siswa aktif diartikan sebagai anutan pembelajaran yang


(38)

22

mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa. Hal ini sesuai dengan prinsip student centered yang menurut Khanifatul (2013: 17) siswa merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Prinsip tersebut menekankan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila siswa secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Selain itu dengan siswa mencari sendiri pengertian dan membentuk pemahamannya sendiri dalam pikiran mereka maka dengan mudahnya pengetahuan baru yang disampaikan guru dapat diinterprestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu pendidik perlu mengarahkan kegiatan menyampaikan pengetahuan dengan melibatkan siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok, memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai. Silberman (2009: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif memiliki 101 macam teknik yang memfasilitasi dan membantu pengajar untuk melaksanakan pembalajaran secara aktif dengan banyak pilihan. Dari 101 macam teknik pembelajaran aktif, sepuluh diantaranya adalah teknik pembelajaran benar salah? (true or false?), teknik pembelajaran belajar memulai dengan sebuah pertanyaan (learning start with a questions), teknik pembelajaran kelompok belajar(the study group), teknik pembelajaran memilah dan memilih kartu (card sort), teknik pembelajaran turnamen belajar (learning tournament), teknik pembelajaran menguji tim (quiz team), teknik pembelajaran setiap orang


(39)

23

adalah guru (everyone is a teacher), teknik pembelajaran mencocokan kartu indeks (index card match), teknik pembelajaran memberikan pertanyaan memperoleh jawaban (giving question getting answer), dan teknik pembelajaran belajar terus menerus (keep on learning).

Jadi berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam proses pembelajaran apabila siswa belajar dari pengalaman langsung maka siswa lebih mudah dalam menerima pelajaran karena senantiasa berpikir selama pembelajaran. Selain itu, siswa terlibat tidak hanya mental tetapi juga fisik sehingga siswa tidak merasa bosan duduk di tempat duduknya. Dengan demikian, pembelajaran aktif diharapkan dapat mengoptimalkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD Krawitan.

2. Pembelajaran Aktif Card Sort dan Langkah-langkah Pembelajarannya Silberman (2009: 157-158) menjelaskan tentang prosedur bermain dengan menggunakan card sort (memilah dan memilih kartu) yaitu kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu obyek, atau mengulangi informasi. Langkah pembelajaran yaitu:

a. Masing-masing siswa diberi kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau beberapa kategori (contohnya: kekuasaan badan eksekutif, legislatif, dan bagian pengadilan pemerintah, karakteristik logam, kata benda, kata kerja, dll)


(40)

24

b. Siswa diminta untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan kategori yang sama.

c. Siswa dengan kartu kategori yang sama menyajikan sendiri kepada orang lain. d. Masing-masing kategori kemudian dipresentasikan.

Kemudian guru dapat memvariasi langkah-langkah card sort tersebut dengan :

a. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan sesuai dengan kategorinya. b. Pada awal kegiatan dapat dibentuk kelompok. Masing-masing kelompok diberi

satu set kartu yang lengkap Kartu tersebut dipastikan dikocok supaya kategori yang siswa sortir tidak jelas dimana letaknya. Setiap tim diminta untuk menyortir kartu ke dalam kategori.

Langkah-langkah pembelajaran aktif card sort juga dijelaskan oleh Hisyam Zaini dkk (2008: 50-51) yaitu :

a. Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercaku dalam satu atau lebih kategori.

b. Siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama. (kategorinya dapat diumumkan atau siswa menemukan sendiri).

c. Siswa dengan kategori yang sama diminta untuk mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.


(41)

25

d. Ketika presentasi tiap kategori, siswa diberikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.

Kemudian variasi dalam pembelajaran aktif card sort yaitu:

a. Setiap kelompok diminta untuk menjelaskan tentang kategori yang telah diselesaikan

b. Pada awal kegiatan dibentuk beberapa tim. Masing-masing tim diberi satu set kartu yang sudah diacak sehngga kategori yang siswa sortir tidak nampak. Setiap tim diminta untk menyortir kartu-kartu tersebut kedalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh ahli di atas maka pembelajaran aktif card sort mengutamakan pada gerakan fisik sehingga membantu untuk memberi kelas yang telah letih. Hal itu dapat membantu dalam kegiatan pembelajaran di kelas yaitu membantu dalam mendinamiskan kelas yang jenuh dan bosan. Oleh karena itu pembelajaran aktif card sort sesuai jika digunakan dalam pembelajaran IPS.

3. Karakteristik Pembelajaran Aktif Card Sort

Menurut Bonwell (Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, 2012: 5), pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.


(42)

26

b. Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pembelajaran.

d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis dan melakukan evaluasi.

e. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dengan karakteristik pembelajaran aktif yang analitis siswa dapat menganalisis suatu topik tersebut maka siswa secara tidak langsung dituntut untuk memahami dan memecahkan masalah. Hal itu terdapat pada pembelajaran aktif card sort ketika siswa diberikan kartu informasi siswa dituntut untuk membaca kemudian siswa harus mengategorikan kartu informasi yang di dapat termasuk kategori yang mana, setelah mengetahui kategori yang mana siswa mencari teman yang satu kategori. Pada pembelajaran aktif card sort ini selama pembelajaran tidak hanya pasif karena mengerjakan sesuatu dari mencari teman yang berkategori sama, berkelompok, diskusi, memilah kartu, dan menyampaikan hasil nya pada teman-teman. Jadi dengan keterlibatan siswa sesuai langkah-langkah card sort siswa belajar dengan pengalaman konkret atau langsung. Pembelajaran pun tidak hanya berpikir tapi juga bergerak sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa antusias. Dengan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan pendapat Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan (2012: 2) jika siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan maka prestasi belajar dapat maksimal. Oleh karena itu dengan menggunakan pembelajaran aktif


(43)

27

card sort diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Kelebihan card sort yaitu:

a. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan

b. Siswa dapat memecahkan masalah terkait dengan materi c. Siswa lebih mudah menguasai materi pelajaran

d. Siswa lebih akif mengikuti proses pembelajaran e. Menumbuhkan sikap kerjasama antar siswa

4. Pembelajaran Aktif Card Sort Pada Mata Pelajaran IPS

Pembelajaran aktif card sort pada mata pelajaran IPS digunakan untuk mengajarkan materi-materi yang terdiri dari integrasi Sejarah, Geografi, Ekonomi, ilmu sosial lainya, serta kajian tentang masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat yang sesuai dengan kurikulum IPS di sekolah dasar. Dari penjelasan oleh ahli terkait langkah-langkah pembelajaran aktif card sort di sub bab sebelumnya, maka peneliti menentukan langkah-langkah pembelajaran aktif card sort yaitu :

a. Siswa menggali informasi melalui membaca materi.

b. Siswa mendengarkan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan card sort.

c. Masing-masing siswa diberi satu kartu secara acak.

d. Siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan teman yang memiliki kategori yang sama.

e. Siswa dalam kelompok berdiskusi.


(44)

28

g. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. C. Karakteristik Siswa Kelas V SD

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan anak yang kira-kira berusia enam tahun hingga kira-kira berusia sebelas atau dua belas tahun. Pada masa usia tersebut, merupakan tahap perkembangan berpikir fase operasional konkret, seperti yang dikemukakan oleh Piaget (Sugihartono dkk, 2013: 109) perkembangan berpikir individu melalui empat tahap yaitu sensorimotorik (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional kongkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (12-15).

Menurut Wina Sanjaya (2013: 265) dikatakan fase operasional konkret karena pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang mereka jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang mereka temukan secara langsung, misalnya tentang beratnya, warnanya, dan strukturnya. Mereka juga berpikir tentang aktivitas-aktivitas yang dapat mereka lakukan dengan menggunakan benda-benda yang ditemuimya itu.

Piaget (Ahmad Susanto, 2015: 78) menyatakan bahwa anak memiliki cara tersendiri untuk menginterprestasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses ini jika berlangsung terus-menerus akan


(45)

29

membuat pengetahuan lama dan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu, secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam diri dan lingkungannya. Kedua hal ini tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Dengan mengacu pada teori tahapan perkembangan kognitif Piaget (Ahmad Susanto, 2015: 78), maka dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret (usia 7-11 tahun). Dimana pada rentang usia ini anak menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1.Anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

2.Anak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek. Anak juga mampu memahami tentang peristiwa-perisiwa yang konkret. 3.Anak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi

benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya.

4.Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmah sedehana, dan menggunakan hubungan sebab akibat.

5.Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat.


(46)

30

Menurut Dalyono (2015: 96) beberapa ciri anak masa bersekolah umur 7 s.d. 12 tahun antara lain :

1. Realistis dan kritis,

2. Banyak ingin tahu dan suka belajar,

3. Memiliki perhatian terhadap hal-hal yang praktis dan konkret dalam kehidupan sehari-hari,

4. Mulai timbul minat terhadap bidang pelajaran tertentu,

5. Sampai umur 11 tahun anak suka meminta bantuan kepada orang dewasa dalam menyelesaikan tugas belajarnya.

6. Setelah umur 11 tahun, anak-anak mulai ingin bekerja dalam menyelesailan tugas-tugas belajar

7. Mendambakan angka-angka raport yang tinggi

8. Anak suka berkelompok dan memilih teman-teman sebaya dalam bermain dan belajar

Menurut Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 38) masa usia sekolah dasar dapat dirinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan masa kelas-kelas tinggi. Masa kelas-kelas tinggi yaitu siswa berumur kira-kira 9/10 tahun sampai kira-kira umur 12/13 tahun. Siswa pada kelas V termasuk ke dalam masa kelas tinggi sekolah dasar. Beberapa sifat anak pada masa kelas tinggi yang disampaikan Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh (2005: 40) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan praktis.


(47)

31 2. Realitis, ingin tahu, dan ingin belajar.

3. Pada akhir masa ini adanya minat pada hal-hal dan mata pelajaran khusus. 4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang

dewasa lain untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya.

5. Setelah kira-kira umur 11 tahun anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

6. Anak memandang nilai (angka dalam raport) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar.

7. Anak-anak gemar dalam membentuk kelompok sebaya.

Oleh karena itu sebagai guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan kognitif yang dimiliki anak. Karena tanpa penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Berdasarkan pendapat ahli di atas siswa kelas V SD termasuk masa anak-anak akhir yang berada pada tahap operasional kongkrit. Pada tahap tersebut siswa berpikir pada objek yang bersifat konkrit atau dari pengalaman-pengalaman langsung. Pada tahap ini juga siswa sudah memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar. Oleh karena itu tahap tersebut sesuai dengan penelitian bahwa siswa cenderung menyukai pembelajaran yang konkrit dan berdasarkan pengalamannya.

D. Penelitian yang Relevan

1.Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Anindita Rahma Azizah (2014) dengan judul “Penggunaan Metode Active Learning Tipe Card Sort untuk Meningkatkan


(48)

32

Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Sendangsari” menunjukkan bahwa penggunaan Active Learning Tipe Card Sort dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Sendangsari dilihat dari kondisi awal kemudian meningkat pada siklus I dan siklus II. Hasil peningkatan terlihat dari nilai rata-rata kondisi awal yaitu sebesar 62 kemudian meingkat pada sklus I menjadi 73. Pada siklus II terjadi peningkatan pada nilai rata-rata menjadi 84. Peningkatan siswa yang mencapai ketuntasan pada pra tindakan sebesar 37%, sedangkan pada siklus I sebesar 63%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 89%.

2.Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Fajar Sri Rahayu (2013) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort Terhadap Hasil Belajar IPS bagi Siswa Kelas IV SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo”meunjukkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran aktif tipe card sort lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa pada kelompok yang menerapkan pembelajaran yang biasa dilakukan guru bagi siswa kelas IV SD Se-Gugus 2 Kecamatan Pengasih. Hal tersebut dibuktikan dari hasil t-test dengan taraf signifikansi 5% (derajat kepercayaaan 95%) diperoleh t hitung (2,997) > t tabel (1,679). Hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil belajar kelompok kontrol, ditunjukkan dari mean hasil belajar yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 79,13 dan mean hasil belajar yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 68,80.


(49)

33 E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan data yang diperoleh, nilai rata-rata mata pelajaran IPS pada UTS Semester Ganjil di SD Negeri Krawitan tergolong rendah yaitu 46,69. Dari hasil observasi pembelajaran pada semester I dengan materi Jenis-jenis Usaha di Indonesia terlihat kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran yaitu siswa menyimak buku dan tidak ada respon umpan balik selama proses pembelajaran. Hal tersebut terjadi disebabkan kurangnya variasi dalam kegiatan pembelajaran.

Pada semester II dalam kurikulum KTSP di kelas V Sekolah Dasar, materi IPS yang dipelajari adalah tentang sejarah bangsa Indonesia. Materi tersebut mengisahkan perjalanan peristiwa-peristiwa sebelum dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang dituangkan dalam bentuk cerita dalam buku teks mata pelajaran IPS. Pada materi tentang peristiwa sebelum dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia tersebut merupakan materi IPS yang bersifat abstrak. Materi yang dipilih peneliti adalah materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan pembelajaran aktif card sort selama pembelajaran yang dibagi dalam dua siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan. Selama proses pembelajaran akan diamati dengan lembar observasi dan catatan lapangan, selanjutnya setiap akhir siklus akan diberikan tes akhir siklus untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran aktif card sort merupakan salah satu macam teknik dari 101 macam teknik pembelajaran aktif yang disampaikan oleh Mel Silberman. Pembelajaran aktif card sort menggunakan media kartu yang berisi informasi yang


(50)

34

dibagikan kepada siswa secara acak, kemudian siswa melakukan usaha bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu berkategori sama.

Dengan tahapan tersebut maka diharapkan prestasi belajar IPS di kelas V SD Negeri Krawitan dapat meningkat dengan indikator keberhasilan 75% dari jumlah siswa yang mencapai taraf Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60.

Bagan kerangka berpikir dapat dilihat sebagai berikut : Permasalahan

Prestasi belajar IPS siswa masih rendah, terbukti dengan nilai rata-rata mata pelajaran ips tergolong rendah dari mata pelajaran lain pada Ulangan Tengah Semester Tahun Ajaran 2016/2017 yaitu 46,69.

Solusi

Penggunaan pembelajaran aktif card sort dalam pembelajaran IPS.

Hasil

Meningkatnya prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD N Krawitan dengan indikator keberhasilan 75% dari jumlah siswa yang mencapai taraf Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60.

Gambar 1. Kerangka Berpikir F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPS dapat ditingkatkan menggunakan pembelajaran aktif card sort bagi siswa kelas V SD Krawitan, Kabupaten Sleman.


(51)

35 G. Definisi Operasional Variabel

1.Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai mata pelajaran setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun huruf dalam aspek pengetahuan (kognitif). Pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan tes.

2.Pembelajaran Aktif Card Sort

Pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna. Salah satu pembelajaran aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah pembelajaran aktif card sort yaitu menggunakan media kartu yang berisi informasi yang dibagikan kepada siswa secara acak, kemudian siswa melakukan usaha untuk menemukan/memilah kartu berkategori sama. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pembelajaran aktif card sort yaitu: Siswa menggali informasi melalui membaca materi, siswa mendengarkan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan card sort, masing-masing siswa diberi satu kartu secara acak, siswa diminta bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan teman yang memiliki kategori yang sama, siswa dalam kelompok berdiskusi, siswa dalam kelompok menempel masing-masing kartu pada media, dan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok.


(52)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas. Daryanto (2011: 4), berpendapat bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2015: 194), penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki untuk penerapan tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai dengan perbaikan atau peningkatan yang dharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) PTK adalah suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut untuk memecahkan masalah. Masalah yang dikaji pada penelitian ini dimulai dari adanya keresahan yang dialami guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilandasi oleh sebuah masalah di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas suatu pembelajaran.


(53)

37 B.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Krawitan yang beralamat di dusun Krawitan, Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih SD tersebut karena dalam pembelajaran IPS prestasi belajar siswa kelas V masih tergolong rendah. Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017. Dilihat dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah cukup baik. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00-12.10. Ruang kelas V berada di di antara ruang kelas IV dan kelas VI. Fasilitas di ruang kelas V sudah memadai bahkan kursi dan meja di kelas tersebut lebih banyak dibandingkan siswanya.

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Krawitan yang berjumlah 17 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan pada tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian dipilih karena para siswa inilah yang mengalami permasalahan prestasi belajar dalam pembelajaran IPS.

D.Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart, karena mudah dipahami dan dilaksanakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 93) model Kemmis dan Mc Taggart dikenal dengan model spiral. Model ini dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut:


(54)

38

Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis & Taggart Secara garis besar masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Adapun penjelasan masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1.Siklus I

a.Perencanaan (Plan)

Tahap perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk merancang penelitian tindakan. Pada tahap ini dimulai dari pengajuan permohonan ijin kepada kepala sekolah. Setelah mendapat ijin, kemudian peneliti bekerja sama dengan guru kelas dalam menemukan masalah dan kemudian merancang tindakan yang dilakukan seperti:

1) Merumuskan masalah penelitian yang ada di lapangan setelah melakukan observasi awal dan diskusi dengan guru kelas V.

Keterangan:

Siklus I

1. Plan (Perencanaan) 2. Act & Observe

(Tindakan & Observasi) 3. Reflect (Refleksi)

Siklus II

1. Revised Plan (Revisi Rencana) 2. Act & Observe

(Tindakan & Observasi) 3. Reflect (Refleksi)


(55)

39

2) Memilih, menentukan, dan mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai.

3) Menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator semester II yang sudah ditetapkan menggunakan pembelajaran aktif card sort.

5) Menyusun instrumen prestasi belajar berupa tes evaluasi untuk siswa yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Tes akan diberikan pada akhir siklus. 6) Menyiapkan card sort yaitu kartu yang berisi informasi mengenai materi

yang akan diajarkan.

b. Pelaksanaan Tindakan (Act) dan Pengamatan (Observe)

Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan dengan melaksanakan tindakan di kelas (Suharsimi Arikunto dkk, 2015: 18). Dalam tahap ini pelaksana adalah guru yang dibantu oleh peneliti. Pelaksana melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang disiapkan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang pengamat untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan secara tertulis yaitu dengan mengerjakan soal evaluasi yang berupa pilihan ganda.

Pengamatan yang dilakukan dalam waktu yang sama dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, pengamatan yang baik adalah pengamatan yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang


(56)

40

muncul, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan (Sukardi, 2013: 6). Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa baik sebelumpelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, maupun setelah pelaksanaan tindakan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan sesuai atau tidak dan terdapat kemajuan dalam belajar siswa atau tidak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan mengarah pada perubahan positif dalam proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

c. Refleksi (Reflecting)

Tahap keempat adalah refleksi yaitu merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Suharsimi Arikunto dkk, 2015: 19). Tahapan ini dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian bersama peneliti saling berdiskusi tentang implementasi rancangan tindakan. Dari hasil refleksi yang dilakukan akan menentukan langkah perubahan selanjutnya. Apabila dalam pemberian tindakan pada siklus pertama hasilnya belum sesuai dengan indikator keberhasilan maka dapat dilakukan perubahan rencana untuk siklus berikutnya. E.Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi data yang ditetapkan (Sugiyono, 2011: 308). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes.


(57)

41

Tes merupakan instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 99). Menurut Zainal Arifin (2011: 118) tes adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Tes yang digunakan pada penelitian tindakan ini adalah tes prestasi belajar (achievement tests). Tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 2010: 194). Menurut Nana Syaodih (210: 223) tes prestasi belajar mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Tes yang banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa adalah bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Eko Putro Widoyoko, 2015: 51). Instrumen dalam penelitian ini adalah tes.

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes sebelum dilaksanakan tindakan kelas dan tes akhir siklus setelah dilakukan tindakan. Tes dilakukan untuk mengukur ranah kognitif siswa. Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes obyektif dengan tipe jawaban pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Tes ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Krawitan dengan menerapkan pembelajaran aktif card sort. Standar kompetensi dan


(58)

42

kompetensi dasar yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun soal tes tercantum dalam BSNP (2006: 180 ) adalah sabagai berikut :

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan

tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.2.Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3.Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas, kemudian peneliti mengembangkan kisi-kisi untuk soal pretest, post test siklus I, dan post test siklus II. Adapun kisi-kisi tes untuk soal pretest yang digunakan sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran halaman 105, kisi-kisi untuk soal post test siklus I dapat dilihat pada lampiran halaman 107, dan kisi-kisi untuk soal post test siklus II dapat dilihat pada lampiran halaman 108.

G.Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi. Berdasarkan validitas isi, dimana instrumen tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan juga menggunakan pendapat ahli yaitu dosen ahli. Dosen ahli tersebut akan menyatakan apakah instrumen tersebut sudah bisa digunakan dalam penelitian tanpa perbaikan ataupun masih membutuhkan perbaikan. Instrumen yang diuji validitasnya meliputi instrumen prestasi belajar berupa tes pra tindakan dan tes evaluasi di akhir siklus, RPP, lembar observasi/pengamatan, dan media card sort. Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai validator adalah ibu Safitri Yosita Ratri, S.Si, M.Pd, M.Ed.


(59)

43 H.Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas berdasarkan tujuan pendidikan (Wina Sanjaya, 2011: 106). Menurut Nana Syaodih (2010: 155) analisis data diperlukan untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berdasarkan kenyataan, teliti, ajeg, dan benar. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif untuk mendeskripsikan hasil prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS. Analisis data dilakukan setelah hasil prestasi belajar siswa diukur dengan nilai rata-rata siswa dan hasil ketuntasan belajar siswa kemudian dibandingkan hasilnya antar siklus maupun pre test. Rumus-rumus yang digunakan untuk mengukur hasil prestasi belajar siswa adalah berikut:

1.Nilai Akhir Belajar Siswa

Keterangan :

NA : Nilai Akhir 2.Mencari nilai rata-rata kelas

Daryanto (2011: 191), untuk mencari rata-rata kelas maka digunakan rumus berikut :

�� = � ℎ

X =

Σ�


(60)

44 Keterangan :

X : rata-rata (mean) Σ� : jumlah seluruh skor

N : banyaknya subjek. 3.Ketuntasan Belajar

Sedangkan rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar menurut Daryanto (2011: 192) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

P : Persentase Ketuntasan Belajar

Berdasarkan perhitungan yang diperoleh kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan dengan menggunakan tabel keberhasilan ketuntasan belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107), yaitu:

Tabel 4. Keberhasilan Ketuntasan Belajar Taraf keberhasilan Kualifikasi

85%-100% Sangat baik

70%-84% Baik

55%-69% Cukup

46%-54% Kurang

0%-45% Sangat Kurang

I. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan yang lebih baik dalam peningkatan prestasi belajar. Peneliti menggunakan indikator keberhasilan sebagai acuan dalam penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan pembelajaran aktif card sort. Oleh karena itu


(61)

45

indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah jika 75% dari jumlah siswa kelas V SD Negeri Krawitan mencapai taraf Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu ≥ 60. Hal tersebut sesuai dengan tabel keberhasilan ketuntasan belajar yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 107) yaitu taraf keberhasilan ketuntasan belajar 70%-84% dengan kualifikasi baik.


(62)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Krawitan yang beralamat di dusun Krawitan, Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti memilih SD tersebut karena dalam pembelajaran IPS prestasi belajar siswa masih tergolong rendah. Dilihat dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah cukup baik. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00-12.10.

2. Kegiatan Pra Tindakan

Kegiatan awal yang dilakukan sebelum penelitian adalah dengan melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Krawitan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran IPS di kelas tersebut. Data awal yang diperoleh adalah prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Krawitan pada Ujian Tengah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017. Peneliti kemudian mengambil data sebelum dilakukan tindakan berupa pretest untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum mendapatkan tindakan. Kegiatan pretest dilakukan pada hari Rabu, 1 Februari 2017. Adapun data prestasi belajar siswa dalam kegiatan pretest dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:


(63)

47

Tabel 5. Prestasi Belajar IPS Pra Tindakan

No KKM Persentase

Rata-rata Kelas

Nilai T

(≥ )

BT (< )

T BT Tertinggi Terendah

1 1 16 5.88 % 94.12% 38,53 65 15

Keterangan :

KKM = Kriteria Ketuntasan Minimum T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Dari data di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPS khususnya pada materi perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa sangat rendah dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Nilai KKM siswa kelas V di SD Negeri Krawitan untuk mata pelajaran IPS adalah 60. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ketuntasan siswa pada pembelajaran IPS sebanyak 1 siswa atau 5,88% dari seluruh siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa atau 94.12%. Nilai rata-rata kelas juga masih sangat rendah, yaitu hanya mencapai 38,53. Hal itu dikarenakan masih banyak siswa yang mendapatkan nilai <60. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan dalam diagram sebagai berikut :


(64)

48

Gambar 3. Diagram Prestasi Belajar Pra Tindakan

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas V sebelum dilakukan tindakan masih rendah yaitu masih banyaknya siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM. Untuk itu perlu dilakukan tindakan agar siswa mendapatkan prestasi belajar minimal KKM.

B. Hasil Penelitian 1. Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada mata pelajaran IPS bagi kelas V SD Negeri Krawitan dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2017 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit di mulai pukul 09.00-10.10 WIB pada jam pelajaran ke 4 dan 5. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 Februari 2017 dengan alokasi waktu 2x35 menit dimulai pukul 09.35-10.45 WIB pada jam pembelajaran ke 5 dan 6. Pokok bahasan pada pelaksanaan tindakan siklus I yaitu BPUPKI, PPKI, dan sikap menghargai jasa tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan. Adapun proses penelitian adalah sebagai berikut :

1

16

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Pra Tindakan


(65)

49 a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Perencanaan pada siklus I ini, peneliti berdiskusi dengan guru kelas V, yakni ibu Sunarti, S.Pd.SD sebagai kolaborator. Peneliti berdiskusi mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk tindakan penelitian. Persiapan-persiapan yang dilakukan antara lain:

1) Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar 2) Menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran

3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator semester II yang sudah ditetapkan menggunakan pembelajaran aktif card sort yang kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing sebagai validator. Setelah divalidasai kemudian didiskusikan bersama guru.

4) Mempersiapkan lembar observasi pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan pembelajaran aktif card sort, lembar observasi pengamatan guru yang sudah divalidasi oleh dosen ahli. Serta menyiapkan catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran yang tidak terekam dalam lembar observasi.

5) Menyusun instrumen prestasi belajar berupa tes evaluasi untuk siswa yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Tes akan diberikan pada akhir siklus. Soal tes disusun oleh peneliti yang divalidasi oleh dosen ahli.

6) Menyiapkan card sort yang berukuran 9 cm x 6 cm yaitu kartu yang berisi informasi mengenai materi penting dari tiga kategori yaitu BPUPKI, PPKI,


(66)

50

dan sikap menghargai para pejuang. Kartu tersebut berjumlah 42. Card sort tersebut sebelumnya divalidasi oleh dosen ahli.

7) Menjelaskan kepada guru kolaborator mengenai pembelajaran aktif card sort sesuai dengan RPP.

8) Menyamakan persepsi dengan pengamat/observer mengenai pelaksanaan dalam siklus I.

9) Menentukan jadwal penelitian. b.Tindakan Siklus I

1)Pertemuan Pertama

Hari/tanggal : Rabu, 8 Februari 2017 Waktu : 09.00-10.10 WIB

Kompetensi Dasar : 2.2. Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2017 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit di mulai pukul 09.00-10.10 WIB pada jam pelajaran ke 4 dan 5.

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal sebelum proses pembelajaran dilakukan, peneliti dan guru menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan saat proses pembelajaran berlangsung seperti rpp, materi, card sort, teks Pancasila dari sekolah, media untuk menempel, lem, dan lembar observasi. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, selanjutnya guru meminta siswa untuk merapikan meja dan kursi dan mengkondisikan siswa agar siswa siap dalam kegiatan pembelajaran


(67)

51

ke depan. Guru tidak melakukan doa dan presensi karena jam pelajaran IPS dilaksanakan pada jam ke 4. Guru memastikan pembelajaran apa yang dilaksanakan pada jam pelajaran ke 4 dan 5.

Guru mengingatkan kembali materi pelajaran minggu lalu tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dengan tanya jawab. Guru menanyakan “siapa yang menjajah Indonesia pertama kali?” beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa menjawab “Portugis, Spanyol”, kemudian guru menindak lanjuti dengan menanyakan “siapa lagi anak-anak yang menjajah Indonesia?” siswa pun menjawab “Belanda dan Jepang bu”. Setelah itu guru menanyakan bahwa saat dijajah bangsa Indonesia akan diam saja atau tidak. Siswa pun menjawab tidak. Guru kemudian mengaitkan tanya jawab tersebut untuk melakukan apersepsi yaitu “Perjuangan apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia anak-anak? Dalam perjuangannya Indonesia selain perang dan pertaruhan darah adalah dengan membuat organisasi. Nah anak-anak sekarang siapa yang tahu organisasi apa saja yang sudah didirikan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia?”. Siswa menjawab organisasi-organisasi sejak Budi Utomo. Guru menanyakan “didirikan pada tanggal berapa organisasi budi utomo?”. Siswa menjawab “didirikan pada tanggal 20 Mei 1908”. Nah sekarang setiap tahun pada tanggal 20 Mei diperingati hari Kebangkitan Nasional. “Setelah tanggal 20 Mei ada hari nasional apalagi anak-anak?” tanya guru, kemudian guru memancing siswa untuk menjawab, hal itu dikarenakan siswa tidak menanggapi pertanyaan guru. Guru kemudian menanyakan “1 Juni


(1)

186 4. Siklus II

Gambar 16. Siswa diberi kartu/card sort

Gambar 17. Siswa bergerak dan berkeliling mencari teman satu kategori

Gambar 18. Siswa menempel dan menghias

Gambar 19. Siswa mempresentasikan


(2)

187 Lampiran 27. Surat Keterangan Validasi


(3)

188 Lampiran 28. Surat Permohonan Izin Peneltian


(4)

189 Lampiran 29. Surat Rekomendasi Penelitian


(5)

190 Lampiran 30. Surat Izin Penelitian


(6)

191


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Penerapan pembelajaran aktif metode card sort pada materi PAI dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Darul Ma'arif Jakarta Selatan

1 13 168

PENGGUNAAN STRATEGI CARD SORT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN IPA (PTK pada Siswa Kelas V Penggunaan Strategi Card Sort Sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Dalam Pembelajaran Ipa (Ptk Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 02 Lumbungke

0 1 16

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V B SD Negeri Denggung.

0 1 290

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAK IJO 1 KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/ 2016.

0 2 230

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WADASLINTANG WONOSOBO.

1 17 193

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALONGAN, DEPOK, SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014.

0 1 171

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PORTOFOLIO PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI NGLARANG MLATI SLEMAN.

0 6 192

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI UMBULWIDODO NGEMPLAK SLEMAN.

1 9 223

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK QUIZ TEAM PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAKEM 1 PAKEM SLEMAN.

0 1 339