Manfaat Chitosan Chitosan 1. Pengertian Chitosan

Chitosan dan chitin mempunyai potensi yang dapat digunakan baik pada berbagai jenis industri maupun pada bidang kesehatan. Sebagai contoh, untuk penjernihan air diperlukan mutu chitin dan chitosan yang tinggi sedangkan untuk penggunaan di bidang kesehatan diperlukan kemurnian yang tinggi Sari,2008. Chitosan dan turunannya telah menarik perhatian sebagai bahan untuk digunakan dalam bidang obat-obatan dan kesehatan. Chitin dan Chitosan menunjukkan aktivitas antibakteri, antimetastik, antiurikemik dan antiosteoporotik menunjukkan potensi yang besar dalam meredakan dan mencegah penyakit atau memberi kontribusi terhadap kesehatan yang baik. Material yang dapat terurai dan nontoksik dapat mengaktifkan pasien menahan mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka Kaban, 2009. Di industri makanan, chitosan dapat digunakan sebagai suspensi padat, pengawet, penstabil warna, penstabil makanan, bahan pengisi, pembentuk gel, pembentuk tekstur, pengental dan pengemulsi produk olahan pangan , flavor, zat gizi antimikroba, antijamur dan sebagainya Haliman, 2010. Di dalam pangan chitosan dapat dijadikan sebagai bahan antimikroba untuk memperpanjang waktu penyimpanan makanan karena chitosan mengandung enzim lysosim dan gugus aminopolysacharida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba Wardaniati, 2009. Fungsinya sebagai antimikroba dan antijamur juga diterapkan dibidang kedokteran. Chitin dan chitosan dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans dan Staphvcoccus aureus. Selain itu, biopolimer tersebut juga berguna sebagai antikoagulan, antitumor, antivirus, pembuluh darah-kulit dan ginjal sintetik, bahan pembuat lensa kontak, aditif kosmetik, membran dialisis, bahan shampoo dan kondisioner rambut, zat hemostatik, penstabil liposom, bahan ortopedik, pembalut luka dan benang bedah yang mudah diserap, serta mempertinggi daya kekebalan antiinfeksi. Sementara di bidang pertanian chitin dan chitosan digunakan antara lain untuk pencampur ransum pakan ternak, pestisida, herbisida, virusida tanaman, dan deasidifikasi buah-buahan, sayuran dan penjernih sari buah Sugita, 2009. Chitosan diketahui dapat menginduksi respons ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen Hadrami et al. 2010. Selain itu, chitosan dapat digunakan untuk pelapis buah tomat Sari, 2008 dan leci Dong et al. 2004. Chitosan dapat menginduksi enzim kitinase yang dapat mendegradasi chitin, yang merupakan penyusun utama dinding sel cendawan sehingga dapat digunakan sebagai fungisida Ghaouth et al. 1991. Menurut Pamekas 2009, chitosan mampu menghambat pertumbuhan Colletotrichum musae melalui penghambatan perkecambahan konidium, memperkecil lebar hifa, memperpendek ruas hifa, dan menyebabkan hifa lisis. Perlakuan chitosan secara umum mampu menekan infeksi C. gloeosporioides secara in vitro dengan THR yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi chitosan yang digunakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rogis et al. 2007 yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi chitosan yang digunakan maka semakin besar pula penghambatan terhadap pertumbuhan C. musae. Secara in vivo, konsentrasi chitosan yang efektif untuk menekan kejadian dan keparahan penyakit sekaligus menghambat kematangan buah Restuati,2008. Chitosan sebagai pelapis pada permukaan buah pepaya dapat menghambat proses respirasi pada tingkat yang sangat rendah. Respirasi rendah dapat mengakibatkan pemecahan pati termasuk gula berjalan lambat sehingga semakin rendah respirasi buah maka proses kematangan buah semakin lambat Suhardjo, 1992. Daya simpan buah menunjukkan besarnya potensi pemanfaatan kitosan dalam mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas buah-buah yang diekspor dari Indonesia. Tabel 2.2. Penggunaan Chitosan dan Turunannya Dalam Industri Pangan Penggunaan Contoh Antimikroba Bakterisidal, fungisidal, pengukur kontaminasi jamur pada komoditi pertanian. Edible film Mengatur perpindahan uap antara makanan dan lingkungan sekitar, menahan pelepasan zat-zat antimikroba, antioksidan, nutrisi, flavor, dan obat, mereduksi tekanan parsial oksigen, pengatur suhu, menahan proses browning enzimatis pada buah. Bahan aditif Mempertahankan flavor alami, bahan Pengontrol tekstur, bahan pengemulsi, bahan pengental, stabilizer, dan penstabil warna. Nutrisi Sebagai serat diet, penurun kolesterol, persediaan dan tambahan makanan ikan, mereduksi penyerapan lemak, memproduksi protein sel tunggal, bahan anti grastitis radang lambung, dan sebagai bahan makanan bayi. Sumber : Shahidi dkk., 1999

2.3.5. Kualitas Chitosan

Chitosan merupakan salah satu biomaterial yang paling menjanjikan untuk menggantikan bahan sintetis, terutama untuk makanan dan aplikasi kemasan. Chitosan merupakan polycation yang kepadatan muatan tergantung pada derajat deasetilasi dan pH. Dengan kualitas chitosan yang baik maka juga akan mendapatkan chitosan yang memiliki keunggulan dibandingkan biomaterial lain, karena pada chitosan ini sangat antimikroba. Edible film yang terbuat dari chitosan memiliki daya tarik yang baik dengan adanya alkilasi. Diketahui bahwa edible film dari chitosan ini memiliki kecenderungan untuk mengkarakterisasi chitosan sebagai bakteriostatik daripada bakterisida Fahmi, 1997. Kualitas chitosan yang baik memiliki pH rendah dengan pH kurang lebih 6,3. Keunggulan chitosan ialah antimikroba dan didapatkan dari sifat permeabilitas pada dinding membran, sehingga terjadi ketidakseimbangan osmotik internal dan akibatnya menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Chitosan edible film merupakan sifat penghalang yang baik terhadap gas dan lipid tetapi kurang baik apabila untuk menghalangi uap air. Alkilasi adalah suatu bahan yang dapat mengurangi rantai dalam dan luar hydrogen, mengelastiskan molekul dan meningkatkan daya tahan terhadap uap air. Dalam edible film chitosan ini, mengandung gliserol yang akan menghasilkan edible film dengan kemampuan rentang yang tinggi dan meningkatkan tingkat permeabilitas baik oksigen dan air. Chitosan edible film ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan umur simpan dari berbagai makanan seperti pada wortel dan mangga Wardaniati, 2011.

2.4. Chitosan Tidak Berbahaya Untuk Dikonsumsi

Chitosan adalah serbuk yang dihasilkan dari deasetilasi chitin, senyawa yang banyak diperoleh di kerangka luar eksoskeleteon hewan Crustacea seperti udang, kerang, dan kepiting Rhamnosa, 2006. Serbuk yang telah dilepaskan asetilnya merupakan zat murni, tinggi sifat basanya, serta mengandung banyak molekul glukosa. Dalam chitosan terdapat unsur butylosar yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Butylosar yang telah didapatkan itu hanya larut dalam asam encer dan cairan tubuh manusia. Dengan demikian, butylosar dapat diserap oleh tubuh. Zat itu merupakan satu-satunya selulosa yang dapat dimakan. Zat ini mempunyai muatan positif yang kuat, dan dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain. Selain itu, zat ini mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun Purwanti, 2010. Selain telah memenuhi standard secara mikrobiologi ditinjau dari segi kimiawi juga aman karena dalam prosesnya chitosan cukup dilarutkan dengan asam asetat encer 1 hingga membentuk larutan chitosan homogen yang relatif lebih aman Wardaniati, 2009. Masalah utama yang dihadapi dalam memproduksi chitin dan chitosan di Indonesia adalah kualitas produk masih rendah, kontinuitas suplainya belum pasti dan belum bisa diakses oleh semua kalangan . Selain itu banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi dari chitin-chitosan Swastawati, dkk, 2008. Jurnal Jonathan Rhodes dan Bob Rastall menyebutkan tentang paten produk di Rusia yang menggunakan chitosan sebagai pengawet untuk kaviar, yang dinyatakan efektif dengan kombinasi masing-masing 0,1 chitosan dan asam sorbat Rhamnosa,