karena akan mendorong remaja untuk mencoba-coba disamping menimbulkan salah persepsi Syah, 2011.
Menurut Prihatin 2007, dalam Syah, 2011 hubungan komunikasi yang lancar dan terbuka sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja
harus tetap dijaga. Orang tua harus dapat menyediakan waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak remaja di rumah.
Sehubungan dengan itu menurut BKKBN 2002, dalam Kurniawan, 2008 bahwa orang tua perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
pengetahuan kesehatan reproduksi baik pengetahuan untuk diri sendiri maupun pengetahuan untuk anak remajanya. Orang tua perlu memahami kondisi anak
remajanya yang sedang mengalami perubahan-perubahan pada dirinya, yang menyangkut proses reproduksi. Orang tua harus mempunyai kemampuan
memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak remajanya, agar memilki informasi proses reproduksi yang benar.
E. Pengaruh Guru dalam Perilaku Seksual Remaja
Menurut Syaodih 2004 dalam Vitaloka, 2012 menyatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi konsep diri
dimana sekolah sebagai tempat kedua setelah lingkungan keluarga yang dapat memberi pengalaman baru sebab dengan bersekolah anak dapat mengembangkan
lingkungan fisik dan sosialnya. Apabila sekolah mempunyai fungsi sebagai wadah untuk mewujudkan seluruh kemampuan siswa dan merupakan lingkungan
yang dapat memberi pengalaman baru kepada siswa, maka sekolah mempunyai peranan penting dalam mengembangkan konsep diri siswa. Dengan demikian,
sekolah dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang menantang dan memenuhi kebutuhan siswa, serta memberi pengalaman baru yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mengubah sikap atau pandangan siswa menjadi lebih positif, yang berarti tumbuhnya perasaan dihargai, dimiliki dan dianggap mempunyai kemampuan.
Dalam proses pendidikan di sekolah terjadi interaksi pendidikan dan pengajaran antara pendidik kepala sekolah, guru, konselor dan tenaga pendidik lain dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik peserta
didik. Peranan pendidik lebih besar karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai,
pengetahuan dan keterampilan. Peranan guru artinya keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang luas baik di sekolah, di keluarga, maupun di masyarakat. Di sekolah ia berperan sebagai
perancang pengajaran, pengelola pengajaran,penilai hasil pembelajaran murid, pengarah pembelajaran dan sebagai pembimbing murid. Di dalam keluarga guru
berperan sebagai pembina masyarakat social developer, pendorong masyarakat social motivator, penentu masyarakat social agent. Guru yang baik dan efektif
ialah guru yang dapat memainkan semua perananan-peranan itu secara baik. Dilihat dari sudut pandang psikologis, guru adalah sebagai pakar psikologis
pendidikan, artinya seseorang yang memahami psikologis pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik,
seniman dalam hubungan antar manusia artist in human relations, artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar
manusia khususnya dengan siswa-siswa sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan, pembentuk kelompok, yaitu mampu membentuk, menciptakan
kelompok dan aktivitas, aktivitas sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
catalytic agent atau inovator, yaitu orang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi pembuat suatu hal yang lebih baik, petugas kesehatan mental
mental hygiene worker artinya, guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para siswa.
Penelitian yang dilakukan Abidah Muflihati tentang pelaksanaan program pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja KRR berbasis sekolah melalui studi
kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun 2005 menunjukan bahwa proses
pelaksanaan program pendidikan KRR mengisyaratkan adanya berbagai tahapan mulai dari program kerja sama dengan BKKBN sampai dengan memasukkan
program tersebut dalam layanan Bimbingan Konseling BK di kelas, dan dalam pelajaran Biologi, Penjaskes, serta Agama. Dalam proses pengajaran, materi
KRR disampaikan oleh guru BK, Biologi, Penjaskes, dan Agama pada waktu dan kelas yang berbeda-beda. Guru BK menggunakan kelas terpisah pada saat
menjelaskan tentang alat reproduksi, sedangkan tiga guru lainnya menggunakan kelas campur. Materi yang disampaikan para guru mencakup aspek pengetahuan
fisik, aspek psikologis, dan aspek sosialnilai. Program penyuluhan dan Konseling KRR yang dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru Biologi,
Penjaskes, dan Agama merupakan upaya pelembagaan program pendidikan KRR. Penyampaian materi KRR oleh keempat guru dalam pelajaran masing-
masing membuat siswa dapat menjaga perilaku seksualnya agar tidak melakukan seks pranikah dalam pacaran, meskipun sebenarnya para guru telah menekankan
agar tidak berpacaran Muflihati, 2005.
Universitas Sumatera Utara
F. Pengaruh Teman Sebaya dalam Perilaku Seksual Remaja