Perilaku Seksual Remaja Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Menurut Nurhidayah dan Setiawan 2008 seksseksual tidak sepenuhnya berarti hubungan kelamin masalah fungsi kelamin secara fisikreproduksi namun juga berkaitan dengan fungsi psikososial berperilaku yang tidak saja menimbulkan kepuasan bagi diri sendiri tetapi juga pada orang lain. Menurut Hurlock 1999 dorongan seksual dipengaruhi oleh : a. Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan, b. Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno.

2. Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual adalah manifestasi dari adanya dorongan seksual yang dapat diamati secara langsung melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap- tahap perilaku seksual dari tahap yang paling ringan hingga yang paling berat Purnomowardani dan Koentjoro, 2000. Sedangkan menurut Rahayu 2005 dalam Retnaningtias, 2009 perilaku seksual adalah beralihnya perhatian remaja ke lawan jenisnya kemudian diikuti saling tertarik, saling mendekati dan berkeinginan untuk mengadakan kontak fisik yang diwarnai nafsu seksual. Selain itu pula pengertian perilaku seksual ini pula dikemukakan Sarwono 2005, dalam Retnaningtias, 2009 Universitas Sumatera Utara bahwa perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya ataupun dengan sesama jenis. Menurut Kinsey dalam Harahap, 2004 mengemukakan bahwa perilaku seksual mencakup empat tahapan yaitu: a. Bersentuhan touching, mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan, b. Berciuman kissing, mulai dari ciuman pendek hingga ciuman dengan mempermainkan lidah deep kissing, c. Bercumbuan petting, menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seksual, dan d. Berhubungan kelamin. Perilaku seksual ini sangat berkaitan erat dengan persoalan yang banyak dihadapi oleh remaja terutama yang berkaitan dengan persoalan kesehatan reproduksi. Menurut Makhfudli 2009 angka kejadian remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah menunjukan gejala yang cukup mengkhawatirkan.

3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Soetjiningsih 2004, dalam Kurniawan, 2008 adanya perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai dari praremaja, remaja awal, remaja menengah sampai pada remaja akhir. Fase pertama adalah pra remaja. Masa remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa pra remaja ada beberapa indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan identitas gender laki- laki atau perempuan. Beberapa indikator biologis yang berdasarkan jenis Universitas Sumatera Utara kromosom, bentuk gonad dan kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain ialah perkembangan fisik yang masih tidak banyak beda dengan sebelumnya. Pada masa remaja ini mereka sudah mulai senang mencari informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya. Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang berarti. Fase yang kedua adalah remaja awal, merupakan tahap awal atau permulaan remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah mulai mencoba melakukan karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang alami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. Sebagian dari mereka amat menikmati apa yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan berdosa. Perasaan berdosa ini diakibatkan pemahaman agama yang mereka pahami dari tokoh agamanya yaitu mereka akan berdosa bila melakukan onani. Hampir sebagai besar dari laki-laki dari periode ini tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani sebab pada masa ini mereka sering kali mengalami fantasi. Sebagian dari mereka amat menikmati apa yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa. Fase ketiga adalah remaja menengah. Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki- laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah Universitas Sumatera Utara mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian, perilaku seksual mereka masih secara alamiah, sebagian besar dari mereka mempunyai sikap yang tidak mau bertanggung jawab terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan. Fase keempat adalah remaja akhir. Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkan aspek-aspek perkembangan pada masa remaja. Dari tahapan perkembangan seksual di atas maka terdapat tugas perkembangan remaja yang berhubungan dengan seks, tugas perkembangan pertama adalah pembentukan hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis. Tugas tersebut tidaklah mudah baik bagi remaja laki-laki maupun perempuan, setelah melewati tahun-tahun terakhir masa kanak-kanak yang bahkan keduanya memiliki kelompok dan minat masing-masing. Ketika mereka secara seksual telah matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan minat terhadap lawan jenis, juga mengembangkan minat pada berbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan. Minat yang baru ini mulai berkembang bila kematangan seksual telah tercapai, bersifat romantis dan disertai dengan keinginan yang kuat untuk memperolah dukungan dari lawan jenis. Tugas perkembangan yang kedua adalah belajar memerankan peran seks yang diakui. Tugas ini lebih sulit bagi banyak remaja, terutama bagi Universitas Sumatera Utara perempuan, dibandingkan penguasaan tugas perkembangan dalam masalah seks yang pertama yaitu belajar bergaul dengan lawan jenis. Anak perempuan seringkali memasuki masa remaja dengan emmbawa konsep peran wanita yang kabur sekalipun konsep tentang pria lebih jelas dan terumus dengan baik.

4. Penyebab Perilaku Seksual Remaja