manusia akan terus berusaha menjaga konsistensi kognitif yang dia miliki. Salah satu caranya adalah melakukan seleksi, baik terhadap informasi dari
media massa yang ingin ia dapatkan maupun terhadap orang -orang dengan pandangan yang sama. Setiap individu yang berbeda akan memiliki reaksi
yang berbeda pula ketika menerima informasi dari media massa.
5. Faktor Paling Dominan Berhubungan dengan Perilaku Seksual Siswi di SMA Negeri 17 Medan
Beradasarkan hasil uji regresi logistik, diketahui bahwa dari keseluruhan variabel independen yang diduga mempengaruhi perilaku
seksual siswi terdapat satu aspek yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual siswi yaitu peran guru dengan nilai p sebesar 0,065. Nilai OR
terbesar yang diperoleh yaitu 13,131. Hal ini menunjukan bahwa peran guru memiliki pengaruh yang paling kuat diantara lima faktor lain dimana peran
guru ini berpengaruh 13,131 kali lebih besar daripada faktor pengetahuan, sikap, peran orang tua, teman sebaya, dan akses media informasi terhadap
perilaku seksual siswi di SMA Negeri 17 Medan. Peran guru memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan
faktor lain berkaitan dengan perilaku seksual siswi di SMA Negeri 17 Medan, hal ini karena responden merupakan siswi yang waktunya banyak
dihabiskan dalam lingkungan sekolah dan berinteraksi dengan guru. Guru memiliki peran yang penting diantaranya memberikan pengetahuan,
mempengaruhi cara berpikir siswa, serta melakukan pengawasan terhadap setiap perilaku siswi.
Hal berdasarkan referensi yang menyatakan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan dan sarana informasi melakukan berbagai tindakan
Universitas Sumatera Utara
preventif terhadap kecenderungan remaja terutama remaja putri terhadap perilaku seksual. Dimana dalam hal ini adanya keikutsertaan guru berperan
dalam memberikan informasi berkala dan terus-menerus mengenai pentingnya menjaga pergaulan agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas,
memaksimalkan tugas wali kelas dalam mengenal siapa peserta didiknya dan meningkatkan hubungan baik dengan peserta didik dan adanya kegiatan
intra sekolah yang diadakan untuk memanfaatkan waktu luang peserta didik ke arah kegiatan yang positif Sinn, 2013.
Hal yang sama dikemukakan oleh Syaodih 2004, dalam Vitaloka, 2012 yang menyatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi konsep diri dimana sekolah sebagai tempat kedua setelah lingkungan keluarga yang dapat memberi pengalaman
baru sebab dengan bersekolah anak dapat mengembangkan lingkungan fisik dan sosialnya. Apabila sekolah mempunyai fungsi sebagai wadah untuk
mewujudkan seluruh kemampuan siswa dan merupakan lingkungan yang dapat memberi pengalaman baru kepada siswa, maka sekolah mempunyai
peranan penting dalam mengembangkan konsep diri siswa. Hal ini didukung oleh peran SMA Negeri 17 Medan yang
mengoptimalkan peran guru dalam pendidikan kesehatan terutama kesehatan reproduksi bagi peserta didiknya. Sekolah mengembangkan
keberlangsungan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan terutama mengenai pendidikan seks dan reproduksi. Walaupun sampai saat
ini pemerintah belum menetapkan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi tetapi sekolah merasa hal ini menjadi suatu kebutuhan sehingga
sekolah membuat kebijakan untuk memasukkan materi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
reproduksi ini dalam pelajaran biologi penjaskes, agama, dan bimbingan konseling karena pendidikan kesehatan reproduksi merupakan suatu proses
yang integratif dengan memadukan pengetahuan biologis, nilai moral, aspek psikologis dan berlandaskan agama. Peranan guru sangatlah penting dalam
menyesuaikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak, proses ini dilakukan karena terkadang ada beberapa peserta didik yang belum atau
kurang mendapatkannya dari lingkungan keluarga serta memberi pengalaman baru, nilai moral dan pengawasan berkaitan dengan kesehatan
reproduksi khusunya mengenai perilaku seks yang dapat mengubah sikap atau pandangan peserta didik menjadi lebih positif.
C. Keterbatasan Penelitian