Pengaruh Akses Informasi terhadap Perilaku Seksual Remaja

pengalaman diri sendiri. Disamping itu menurut Collins dan Loursen dalam Prihatin, 2007 dalam Syah, 2011 remaja cenderung lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah dengan kelompoknya, hal ini karena adanya konflik atau perbedaan nilai yang dianut remaja dengan keluarga sehingga peran teman sebaya sangatlah berarti bagi kalangan remaja. Sejalan dengan pendapat di atas menunjukan bahwa pola komunikasi dalam lingkungan teman sebaya di sekolah maupun di luar sekolah seperti berbagi pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja dapat menentukan atau mendorong pembentukan perilaku remaja dalam kehidupannya sehari-hari dalam hal kesehatan reproduksi Harahap, 2004.

G. Pengaruh Akses Informasi terhadap Perilaku Seksual Remaja

Croteau Hones 2003 dalam Suryanto Kuwatono, 2010 mengibaratkan media sebagai udara yang kita hirup setiap saat. Media, menurut Arthur A. Berger 2003 dalam Suryanto Kuwantono, 2010 terdiri dari tiga jenis: Media elektronik telepon, televisi, radio, rekaman, media cetak buku, majalah, surat kabar, billboard dan media fotografis fotografi, film, video. Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Menurut Indarsita 2006 media cetak dan media elektronik berperan dalam meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi beresiko pada remaja. Saat ini perilaku kesehatan reproduksi yang beresiko pada remaja banyak disebabkan Universitas Sumatera Utara karena informasi tentang kesehatan reproduksi terutama seks lebih mudah diperoleh karena aksesnya banyak antara lain melalui media cetak buku, majalah, stensilan dan elektronik radio, televisi, dan internet. Dengan demikian remaja akan semakin besar peluangnya untuk berperilaku kesehatan reproduksi yang beresiko karena terpapar oleh hal-hal tersebut. Selain itu mudahnya remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari berbagai media tanpa adanya batasan atau sensor, apalai saat mendapatkan informasi tersebut remaja tidak didampingi oleh keluarga sehingga remaja tersebut menerima sesuai dengan alur pikirnya sendiri, mengakibatkan tidak jarang terjadinya penyimpangan seksual akibat media massa. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini kerangka konseptual yang digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual siswi yang diukur melalui predispocing factor, reinforcing factor, dan enabling factor. Predispocing factor diukur dari pengetahuan dan sikap siswi, reinforcing factor diukur dari peran orang tua, guru, dan teman sebaya serta enabling factor yang diukur dari akses media informasi yang mempengaruhi perilaku seksual siswi. Dugaan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual siswi di SMA Negeri 17 Medan juga dijelaskan pada kerangka di bawah ini. Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Siswi di SMAN-17 Medan. Variabel Independen Variabel Dependen Factor Predispocing: • Pengetahuan siswi • Sikap siswi Perilaku Seksual Siswi Factor Reinforcing: • Peran Orang tua • Peran Guru • Peran Teman sebaya Factor Enabling : • Akses media Informasi media cetak dan media elektronik Universitas Sumatera Utara