Andrea Hirata. Selain itu banyak juga novel-novel yang dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain.
Melalui karya sastra, kita diajak untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di dalam msyarakat dengan kacamata yang berbeda, yaitu
sastra. Sebuah karya sastra yang baik bukan hanya dapat menghibur, tapi juga dapat membuka pikiran kita kan kemungkinan-kemungkinan lain
dalam menjalani hidup. Asahan emosi dan logika bisa kita dapatkan melalui karya sastra khususnya novel.
Sastra dalam pengajaran dapat membantu pengajaran kebahasaan karena sastra dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Sastra dapat
membantu pendidikan secara utuh karena sastra dapat meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta, rasa dan karsa, menunjang
pembentukan watak, mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, pengetahuan-pengetahuan lain dan teknologi
83
.
H. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan novel Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi.
Penelitian ini menggunakan teori politik mengenai perebutan kekuasaan. Penelitian ini sebenarnya sangat menarik untuk dikaji. Namun, penelitian
karya Langit Kresna Hariadi terdahulu belum ada yang mengangkat segi ini. Penelitian yang relevan tersebut diantaranya adalah:
Skripsi karya Handoyo UNS, 2009 dengan judul Analisis Struktural Novel Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan
Angkara dan Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi. Hasil dari penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik dari kedua novel tersebut. Permasalahan yang dibahas adalah pertama, unsur intrinsik dari novel Bergelut dalam Kemelut Tahta dan
Angkara dan Perang Bubat. Kedua, unsur ekstrinsik kedua novel tersebut
83
Kinayati Djojosuroto, Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya, Yogyakarta: Penerbit Pustaka, 2006, hlm., 85.
yaitu aspek sosial budaya pengarang dan sosial budaya yang ada dalam kedua novel tersebut. Teori struktural digunakan untuk membahas
permasalahan pertama, sedangkan teori sosiologi sastra digunakan untuk membahas permasalahan kedua.
84
Selanjutnya skripsi karya Rizki Adistya Zubaida UNS, 2012 dengan judul penelitian Analisis Tokoh dan Nilai Pendidikan dalan Novel
Gajah Mada Karya Langit Kresna Hariadi Tinjauan Psikologi Sastra. Analisis dalam penelitian ini membahas mengenai: pertama, unsur
intrinsik novel Gajah Mada; kedua, konflik batin tokoh; ketiga nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel Gajah Mada karya Langit
Kresna Hariadi. Nilai-nilai pendidikan yang diangkat penelitian ini adalah nilai
sosial, nilai
moraletika, nilai
religiuskeagamaaan, nilai
kepahlawananpatriotisme, dan nilai estetika.
85
84
Handoyo. Analisis Struktural Novel Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara dan Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi, skripsi mahasiswa Universitaas Sebelas
Maret, 2009. Dalam http:perpustakaan.uns.ac.id.
85
Rizki Adistya Zubaida. Analisis Tokoh dan Nilai Pendidikan dalan Novel Gajah Mada Karya Langit Kresna Hariadi Tinjauan Psikologi Sastra, skripsi mahasiswi Universitas Sebelas
Maret, 2012, Dalam http:perpustakaan.uns.ac.id.
36
BAB III TINJAUAN NOVEL
GAJAH MADA: TAHTA DAN ANGKARA
A. Sinopsis
Siapa yang tidak mengenal Gajah Mada? Tokoh fenomenal yang merupakan contoh sempurna seorang patriot sejati. Mengerahkan segala
pikiran, jiwa, dan raganya demi keutuhan dan kejayaan Kerajaan Majapahit. Tangan besi dan hati batu, itulah Gajah Mada.
Negeri yang damai dan tentram semasa pemerintahan Sri Jayanegara terusik oleh ulah Dharmaputra Winehsuka yang melakukan
makar dan memaksa Sri Jayanegara angkat kaki dari dampar. Gajah Mada, yang saat itu masih berpangkat bekel, memimpin pasukan kecilnya,
Bhayangkara,namun berkemampuan keprajuritan paling tinggi dibanding pasukan kerajaan yang lain, berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan
Sri Jayanegara kembali ketahtanya. Usaha itu pun tercapai. Dharmaputra Winehsuka dihukum mati atas perbuatannya dan Majapahit pun memulai
mengobati luka-luka makar tersebut. Tapi perebutan kekuasaan tetap berlanjut.
Sembilan tahun setelah makar Dharmaputra Winehsuka, Majapahit kembali dirundung masalah perebutan kekuasaan. Semua ini berawal dari
terbunuhnya Sri Jayanegara akibat diracun oleh tabib kerajaan kepercayaannya, satu-satunya Dharmaputra yang menyerah, Ra Tanca.
Setelah meracuni Sri Jayanegara, Ra Tanca pun tewas oleh keris beracun milik Gajah Mada yang telah berpangkat patih.
Sesuai dengan hukum monarki, tahta raja seharusnya jatuh kepada saudara satu darah. Namun, kedua saudara Sri Jayanegara bukan laki-laki
melainkan sekar kedaton. Yang lebih berhak atas tahta tentu saja yang tertua, Sri Gitarja, namun sikapnya yang sangat lembut membuat Gajah
Mada khawatir. Sedangkan sifat-sifat kepemiminan lebih dimiliki oleh adiknya, Dyah Wiyat. Tapi bukan para sekar kedaton yang membuat Gajah