dan pengangkatan
malahan tidak
mampu memanfaatkan
kekuasaaan itu.
75
c Expert Power
Expert Power adalah kekuasaan yang diperoleh karena seseorang tersebut memiliki keahlian tertentu sehingga orang lain
membutuhkan keahliannya, kecerdasan, keterampilan, baik dalam mengajar, atau pun tempat bertanya, bahkan tidak menutup
kemungkinan orang lain membayarnya, dengan demikian yang bersangkutan menjadi mampu memerintah, dan menyuruh sebagai
awal kekuasaan.
76
d Reward Power
Reward Power adalah kekuasaan yang diperoleh karena seseorang tersebut sering memberi kepada pihak lain sehingga
resikonya orang yang diberi berhutang budi dan bersedia diatur dan disuruh oleh orang yang membayar, jadi bukan berarti kekuasaan
yang diberikan dari seseorang kepada seseorang tetapi kekuasaan yang diperoleh dengan sendirinya karena banyaknya pemberian
dari sang penguasa.
77
e Reverent Power
Kekuasaan ini muncul dengan didasarkan atas pemahaman secara kultural dari orang-orang dengan berstatus sebagai
pemimpin. Masyarakat menjadikan pemimpin itu sebagai panutan simbol dari perilaku mereka. Aspek kultural yang biasanya muncul
dari pemahaman religiolitas direfleksikan pada kharisma pribadi, keberanian, sifat simpatik dan sifat-sifat lain yang tidak ada pada
kebanyakan orang. Hal itu menjadikan orang lain tunduk pada kekuasaannya.
78
f Connection Power
75
Syafiie, op.cit
76
Ibid
77
Ibid
78
Sitepu, op.cit., hlm., 55
Connection Power adalah kekuasaan yang diperoleh karena seseorang mempunyai hubungan silahturahmi yang luas dengan
orang lain, hal ini disebut juga saat ini koneksi nepotisme, namun bagaimanapun kekuasaan seseorang itu muncul karena banyaknya
sahabat, relasi, keluarga, almamater, teman, persengkongkolan dengan pihak lain.
79
g Information Power
Information Power adalah kekuasaan yang diperoleh karena seseorang mempunyai data, informasi, fakta, dan lain lain sehingga
pihak lain membutuhkan dirinya, itulah sebabnya wartawan baik dari media elektronik, maupun media cetak apalagi internet sangat
memiliki kekuasaan saat ini karena menghimpun data dengan sangat sempurna.
80
G. Pengajaran Sastra di Sekolah
Manurut Jakob Sumardjo fungsi sastra dan pengjarannya di Indonesia belum begitu berhasil, karena itu ia megemukakan beberapa hal
yang dapat diakukan. Pertama, memperbaiki pegajaran sastra di sekolah- sekolah. Kalau faktor guru dan sistem memang bisa segera diatasi bisa
digalakkan pengadaan buku-buku penuntun yang memadai, buku-buku antalogi dan semacamnya. Kedua, memanfaatkan kehadiran sastra populer
untuk pengajaran sastra serius.
81
Ketiga, kalau sastra popler yang baik boleh masuk sekolah, maka sebaliknya karya-kayasastra yang baik harus
bisa masuk ke dalam wilayah penerbitan populer.
82
Karya sastra merupakan refleksi dari fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Fenomena tersebut juga tidak lepas dari bidang
pendidikan, seperti yang tergambar di dalam novel Laskar Pelangi karya
79
Syafiie, op.cit., hlm., 90
80
Ibid.
81
Jakob Sumardjo, Sastra Populer dan Pengajaran Sastra dalam buku Budaya Sastra, Jakarta: Rajawali, 1984, hlm., 61.
82
Sumardjo, op.cit, hlm., 62.
Andrea Hirata. Selain itu banyak juga novel-novel yang dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain.
Melalui karya sastra, kita diajak untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di dalam msyarakat dengan kacamata yang berbeda, yaitu
sastra. Sebuah karya sastra yang baik bukan hanya dapat menghibur, tapi juga dapat membuka pikiran kita kan kemungkinan-kemungkinan lain
dalam menjalani hidup. Asahan emosi dan logika bisa kita dapatkan melalui karya sastra khususnya novel.
Sastra dalam pengajaran dapat membantu pengajaran kebahasaan karena sastra dapat meningkatkan keterampilan berbahasa. Sastra dapat
membantu pendidikan secara utuh karena sastra dapat meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta, rasa dan karsa, menunjang
pembentukan watak, mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, pengetahuan-pengetahuan lain dan teknologi
83
.
H. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan novel Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara karya Langit Kresna Hariadi.
Penelitian ini menggunakan teori politik mengenai perebutan kekuasaan. Penelitian ini sebenarnya sangat menarik untuk dikaji. Namun, penelitian
karya Langit Kresna Hariadi terdahulu belum ada yang mengangkat segi ini. Penelitian yang relevan tersebut diantaranya adalah:
Skripsi karya Handoyo UNS, 2009 dengan judul Analisis Struktural Novel Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Tahta dan
Angkara dan Perang Bubat Karya Langit Kresna Hariadi. Hasil dari penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik dari kedua novel tersebut. Permasalahan yang dibahas adalah pertama, unsur intrinsik dari novel Bergelut dalam Kemelut Tahta dan
Angkara dan Perang Bubat. Kedua, unsur ekstrinsik kedua novel tersebut
83
Kinayati Djojosuroto, Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya, Yogyakarta: Penerbit Pustaka, 2006, hlm., 85.