12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra merupakan hasil dari ideologi dan perasaan pengarang. Dalam menuangkan ide dan perasaannya, pengarang
maupun penyair memiliki pertimbangan dalam memilih genre seperti apa yang mewakili diri pengarang dan penyair tersebut.
Menurut perkembangannya, jenis sastra dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: jenis sastra lama dan modern.
1
Karya sastra terbagi menjadi puisi, prosa, dan drama. Ketiga genre ini bisa terlihat
perbedaannya baik dari segi bentuk dan penulisannya, khususnya prosa. Bentuk prosa rekaan modern bisa dibedakan atas roman, novel,
novelette, dan
cerpen.
2
Penelitian ini
akan memusatkan
pembahasannya pada genre novel. Novel berasal dari bahasa latin novellus yang kemudian diturunkan
menjadi noveis yang berarti baru. Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul
belakangan dibandingkan cerita pendek dan roman
3
. Walaupun dikatakan lebih baru dari roman, namun banyak pula yang berpendapat
bahwa kata novel memiliki pengertian yang sama dengan roman. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia novel adalah
karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat tiap pelaku. Penjabaran unsur-unsur intrinsik pada
1
Nyoman Kutha Ratna, Estetika Sastra dan Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm., 173.
2
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo, 2008, hlm., 140.
3
Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, cetakan kedua, Surakarta: 1994, hlm., 37.
novel tidak sekompleks roman. Biasanya novel hanya menceritakan suatu peristiwa tertentu.
B. Hakikat Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif, yaitu kritik sastra yang sasarannya hanya karya sastra semata tanpa menghubungkannya dengan dimensi-dimensi
lain seperti pengarang, pembaca, keadaan masyarakat, dan lain-lain.
4
Pendekatan objektif merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang dilakukan dalam penelitian sastra. Pendekatan ini justru
merupakan pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang
menggunakan konsep dasar struktur
5
. Kritik sastra dengan pendekatan objektif, memusatkan telaahnya
pada segi intrinsik, struktur dalam karya itu saja.
6
Menurut Junus, pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan
kajiannya pada karya sastra
7
. Karena pendekatan ini memusatkan kajiannya pada struktur karya sastra itu sendiri, maka pendekatan ini
mengabaikan aspek-aspek ekstrinsik. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis egocentric, pembacaan
mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak,
dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain.
8
Pendekatan struktural, sama dengan pada linguistik, adalah salah satu pendekatan kajian kesusastraan yang menitikberatkan pada hubungan
antarunsur pembangun karya sastra.
9
Teori struktural, teori yang bertolak
4
Atmazaki, Ilmu Sastra: Teori dan Terapan, : Angkasa Raya,
, hlm., 12.
5
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm., 72.
6
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: UPI PRESS, 2006, hlm., 22.
7
Wahyudi Siswanto, op.cit., hlm.,183.
8
Nyoman Kutha Ratna, op.cit., hlm., 73
9
Nani Tuloli, Kajian Sastra, Gorontalo: BMT “Nurul Jannah”, 2000, hlm., 41