Bentuk Perilaku Domain Perilaku

2. Faktor pemungkin enabling factors Faktor ini mencakup lingkungan fisiksosial, terpaan media, ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan masyarakat. 3. Faktor penguat reinforcing factors Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini Undang-Undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.2.3. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seorang terhadap rangsangan stimulus dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam yaitu: 1. Bentuk pasif Adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat dari orang lain. Misalnya : seorang ibu hamil tahu bahwa pemerikaaan antenatal itu sangat penting baginya salah satunya untuk mencegah komplikasi pada saat kehamilan, namun ibu tidak memeriksakan kehamilannya. Maka perilaku ibu tersebut masih terselubung atau tertutup. 2. Bentuk aktif Yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya ibu sudah memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan. Maka ibu tersebut Universitas Sumatera Utara sudah melakukan bentuk tindakan nyata dan disebut perilaku terbuka Notoatmodjo, 2007.

2.2.4. Domain Perilaku

Notoatmodjo 2007, berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam tiga domain yaitu: 1. Pengetahuan Knowledge Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior karena itu dari pengalaman dan penelitian terbyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif mempunyai ena tingkatan yaitu: 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatau materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall suatu yang spesifik dariseluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara 3. Aplika si application Aplikasi diartikansebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sma lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasari pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Universitas Sumatera Utara 2. Sikap Attitude Sikap memiliki arti penting dalam kehidupan manusia, karena sikap yang terbentuk dalam diri manusia dapat menentukan perilaku dalam menghadapi suatu objek sikap atau masalah yang muncul. Thurstone 1946, cit. Ahmadi, 2002 menyatakan bahwa sikap adalah tingkat kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi di sini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable. Sebaliknya, orang yang dikatakan memiliki sikap negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologi. Menurut Notoadmodjo 2007 sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang objek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dalam sikap. 3. Menghargai valiung Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Universitas Sumatera Utara 4. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktek atau Tindakan Practice Menurut Notoatmodjo 2007 yaitu suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tingkat-tingkat praktek adalah persepsi perception, respon terpimpin guided respons , mekanisme mechanisme, dan adopsi adoption. 1. Persepsi percept ion Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin guided respons Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh yang telah diketahui. 3. Mekanisme mechanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupaka kebiasaan. Universitas Sumatera Utara 4. Adopsi adoption Adalah sesuatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2.5. Definisi Perilaku Seks Pranikah

Dokumen yang terkait

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

Studi Kualitatif Perilaku Seks Pranikah Remaja Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun 2013

10 70 131

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

41 141 87

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI LINGKUNGAN Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di Lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan Y Di Pacitan.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA.

0 1 10

Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Remaja 2.1.1. Definisi Remaja - Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 2 49

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual remaja saat ini sudah menjadi masalah dunia. Tidak dapat - Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tamb

0 0 13

Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 0 14

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI SEKS PRANIKAH DARI TEMAN SEBAYA DENGAN SIKAP DAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA MAN GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Sumber Informasi Seks Pranikah dari Teman Sebaya dengan Sikap dan Perilaku Se

0 0 10