memperhatikan isi dan waktu yang tepat. Harapannya adalah komunikasi efektif antara remaja orang tuanya akan mengarahkan remaja pada perilaku yang sehat,
terutama yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualKumi-Kyereme et al., 2007.
Lingkaran selanjutnya adalah sekolah, teman sebaya, tetangga, tokoh agama dan organisasi remaja. Kumi-Kyereme et al. 2007 mengemukakan bahwa semakin
besar keterikatan remaja dengan lingkungan sekitar teman sebaya, organisasi keagamaan dan organisasi sosial, semakin kecil kemungkinan remaja terlibat
perilaku hubungan seksual. Selain itu, lingkungan tempat tinggal neighbourhood dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Lingkaran terluar terdiri dari norma-
norma, media, kondisi perekonomian dan politik merupakan pengaruh tidak langsung terhadap kehidupan remaja. Meskipun demikian, mulai dari lingkaran
terdalam hingga lingkaran terluar dari kerangka konsep Bronfenbrenner’s Ecological System tetap memiliki pengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja
Kumi-Kyereme et al., 2007.
2.2. Perilaku Seks Pranikah
2.2.1. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan suatu keinginan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas
manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung Taufik, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Skinner 1938 dalam Notoatmodjo 2007 mengatakan perilaku manusia hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, perilaku merupakan responsreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar mauapun dari dalam tubuhnya. Respon ini bersifat
pasif tanpa tindakan; pengetahuan dan sikap maupun aktif tindakan yang nyata atau praktek.
2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo 2007, semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada bloom. Dari hasil penelitiannya di
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju. Bloom menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap staus kesehatan,
kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil no dua, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling kecil terhadap suatu status
kesehatan. Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi predisposing factor
Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor pemungkin enabling factors
Faktor ini mencakup lingkungan fisiksosial, terpaan media, ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan masyarakat.
3. Faktor penguat reinforcing factors
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga disini Undang-Undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.2.3. Bentuk Perilaku