Paradigma Penelitian Sosial

2. Paradigma Penelitian Sosial

  Menurut Kuhn, perkembangan ilmu tidak selalu berjalan linear, karena itu tidak benar kalau dikatakan perkembangan ilmu itu bersifat kumulatif. Penolakan Kuhn didasarkan pada hasil analisisnya terhadap perkembangan ilmu itu sendiri yang ternyata sangat berkait dengan dominasi paradigma keilmuan yang muncul pada periode tertentu. Bahkan bisa terjadi dalam satu waktu, beberapa metode pengetahuan berkembang bersamaan dan masing-masing mengembangkan disiplin keilmuan yang sama dengan paradigma yang berlainan. Perbedaan paradigma dalam mengembangkan pengetahuan menurut Kuhn akan melahirkan pengetahuan yang berbeda pula. Sebab bila cara berpikir (mode of thought) para ilmuwan berbeda satu sama lain dalam menangkap suatu realitas, maka dengan sendirinya pemahaman mereka tentang realitas itu juga menjadi beragam. Konsekuensi terjauh dari perbedaan mode of thought ini adalah munculnya keragaman skema konseptual pengembangan pengetahuan yang kemudian berakibat pula pada keragaman teori-teori yang dihasilkan.

  Mengacu pada Kuhn, dapat dikatakan bahwa paradigma ilmu itu amat beragam.Keragaman paradigma ini pada dasarnya adalah akibat dari perkembangan pemikiran filsafat yang berbeda-beda sejak zaman Yunani. Sebab sudah dapat dipastikan, bahwa pengetahuan yang didasarkan pada filsafat rasionalisme akan berbeda dengan yang didasarkan empirisme, dan berbeda dengan positivisme, Marxisme dan seterusnya, karena masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang sendiri tentang hakikat sesuatu serta memiliki ukuran-ukuran sendiri tentang kebenaran. Menurut Ritzer (1980), perbedaan aliran filsafat yang dijadikan dasar berpikir oleh para ilmuwan akan berakibat pada perbedaan paradigma yang dianut. Terdapat 3 (tiga) alasan untuk mendukung asumsi ini yaitu pandangan filsafat yang menjadi dasar ilmuwan untuk menentukan tentang hakikat apa yang harus dipelajari sudah berbeda; pandangan filsafat yang berbeda akan menghasilkan objek berbeda; dan karena objek berbeda, maka metode yang digunakan juga berbeda

  Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuwan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan skema konseptual penelitian, melainkan juga pada perbedaan produk pengetahuan. Perbedaan dimaksud dapat terlihat level penjernihan epistemologi, level middle range teori (khususnya dalam menguraikan pengetahuan ke dalam kerangka kerja teoritis) dan tingkat metode serta teknik

  Hampir semua disiplin ilmu menghadapi persoalan keragaman paradigma, terlebih lagi bidang ilmu-ilmu sosial. Sosiologi, misalnya, dapat didekati dari berbagai macam paradigma (multi paradigma). Dalam sosiologi dikenal sejumlah paradigma sosiologi yang cukup dominan antara lain paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial. Keragaman paradigma ini sudah jelas memunculkan sejumlah pendekatan yang berlainan terhadap suatu objek, baik dalam mendefinisikan hakikat objek itu sendiri, maupun dalam cara menganalisisnya – yang hasilnya sudah dapat dipastikan akan berbeda antara satu sama lain.

  Pada saat ini, ilmu pengetahuan sosial dapat menggambarkan dan mewakili perubahan sosial dengan penekanan disiplin sangat luas dan dalam pertimbangannya terhadap sebuah cakupan sangat heterogen pada perkembangan regional dan global. Runtuhnya kekuasaan Uni Soviet menimbulkan dan mengakibatkan membanjirnya

  penelitian dengan topik “Dari Rencana ke Pasar Sebenarnya”. “Globalisasi” telah menjadi sebuah kata yang cocok yang disebabkan terjadinya

  perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi, sistem liberalisasi dari aset yang ada dan komoditas pasar dan peningkatan yang sangat signifikan di seluruh dunia pada semua organisasi yang sedang beroperasi (dengan menjadikannya sebagai organisasi hak asasi manusia atau perusahaan trans nasional).

  “Dunia Ketiga” sudah tidak lagi menjadi sebuah kesatuan yang perlu dikenali lagi sebagai

  dunia yang sedang berkembang namun masih juga disebut sebagai sebuah “Keajaiban Asia” sebagaimana halnya dengan kemiskinan yang terjadi di sebagian besar (bagian) benua ini.

  Paradigma yang mendasari penjelasan ini dapat dikenali melalui beberapa ciri pokok, sebagai berikut:  Modernisasi: yang disimpulkan di bawah penjelasan ini adalah teori-teori tentang

  perubahan sosial yang memfokuskan diri pada pendekatan pada masyarakat modern yang dilengkapi dengan fitur struktural, sebagai contoh, hubungan pemerintahan terpilih secara demokratik, pengadilan independen dan ekonomi keuangan;

   Pertumbuhan: paradigma ini yang didasari pada teori-teori perubahan sosial yang terpusat

  pada daerah tertentu dari proses modernisasi yang dilakukan. Sebagai contoh pada skala nasional “Sonderwege” dan perubahan budaya dengan skala lokal;

   Transformasi: di sini semua teori yang ada akan dikumpulkan. Teori-teori tersebut adalah

  teori yang mengamati tentang pergeseran fundamental antar sistem sosio-ekonomi, dan sekarang ini untuk membedakan hal tersebut di atas maka kita harus melakukan transisi dari sosialisme yang ditentukan oleh pemerintah menjadi demokrasi parlemen dan kapitalisme pasar;

   Evolusi sosial: dalam rubrik ini akan mewakili semua teori-teori yang berhubungan dengan

  proses sejarah yang tidak dapat diubah lagi, maka pembangunan struktur sosial yang komplek dan rumit ini dilakukan melalui cara kebetulan dan kesempatan yang ada, dan juga pada jejak-jejak langkah dari perubahan sosial itu sendiri.

  Beberapa dekade yang sudah lama maupun yang baru saja yang diteliti yang dilakukan dengan sangat intensif menjadi proses perubahan sosial, pertanyaan dan keraguan yang ada menjadi sesuatu yang harus dijawab pada penelitian yang dilakukan di masa akan datang dimana penelitian tersebut dilengkapi dengan konsep- konsep yang beragam dan berbeda. Hal ini menjadi suatu daya tarik yaitu seberapa efektif konsep-konsep tersebut yang berkaitan dengan penelitian multi disiplin menjadi suatu proses. Paradigma perubahan sosial, yang berhubungan dengan modernisasi dan perkembangan, transformasi dan evolusi diharapkan mampu memecahkan permasalahan tersebut di atas, yaitu:  Sangat berhubungan dengan potensi yang ada pada penelitian antar disiplin dalam ilmu

  pengetahuan sosial. Pada era sekarang ini, spesialisasi dan perbedaan serta kondisi antara ekonomi, sosiologi, teori politik, antropologi sosial dan sejarah yang ada akan sangat membantu memecahkan masalah bersama, tanpa harus memilah masing-masing konsep dalam ilmu sosial;

   Prasyarat untuk mengkaji masalah-masalah antar disiplin semacam ini harus didiskusikan

  dalam rangka mempraktikkan konsep paradigma mana yang akan digunakan. Kondisi yang dalam rangka mempraktikkan konsep paradigma mana yang akan digunakan. Kondisi yang

  Beberapa pertanyaan yang akan muncul antara lain pra kondisi apa yang menyertai konsep dasar dari perubahan sosial sehingga menjadi sebuah paradigma yang mampu membimbing penelitian ini ke bidang respektifnya? Disiplin ilmu yang mana telah memberikan dukungannya terhadap konsep-konsep ini, yang mana pula yang tidak? Dalam hal memberi respon, pada skala mana mereka berhasil dalam bidang antar disiplin ilmu? Bagaimana cara penelitian yang berhubungan dengan hal ini membentuk dalam bidang akademiknya masing-masing? Apakah hasil yang ada telah cukup memperoleh perhatian dan sudah cukup diserap oleh akademika yang ada di luarnya, sebagai contoh cara yang dilakukan konsultan kebijakan atau dengan menciptakan kesempatan kerja. Hal terakhir yaitu pelajaran apa yang ada dan yang dipelajari bagi kebijakan penelitian dalam ilmu pengetahuan sosial?

  Masing-masing pertanyaan tersebut menjadi bagian yang dapat dijadikan dasar pengkajian terhadap bidang ilmu sosial, pendekatan mana yang akan dilakukan untuk melakukan penelitian ilmu sosial (disarikan dari Eine Deutsche Version, 1999).