Skala Pengukuran

4. Skala Pengukuran

  Skala alat ukur (dalam kuisioner sikap) yang biasa digunakan adalah Likert, Bogardus social distance scale, semantic differential, dan Guttman scaling.

  Skala Likert diciptakan tahun 1930 oleh Rensis Likert guna menyediakan tingkat ordinal bagi pengukuran sikap seseorang. Likert menggunakan pilihan “setujutidak setuju” atas suatu pernyataan. Skala Likert minimal terdiri atas 2 (dua) pilihan jawaban (kategori). Lebih baik lagi jika mau menggunakan 4 (empat) hingga 8 (delapan) pilihan jawaban. Contoh-contoh skala Likert di bawah ini:

a. Skala self Esteem Rosenberg

  Contoh dari skala yang menggunakan Rosenberg ini adalah di atas semuanya, saya leluasa menyatakan bahwa saya keliru:

   Hampir selalu  Sering kali  Kadang  Jarang  Tidak pernah

  Misalnya, diterapkan pada kasus Skala Penilaian Pengajaran oleh Mahasiswa – Secara keseluruhan, saya memberi peringkat atas pengajaran di mata kuliah ini sebagai:

  Atau, misalnya diterapkan pada Skala Supervisor Kelompok Kerja – Supervisor Kerja.

b. Bogardus social dimension scale

  Bogardus social dimension scale mengukur jarak sosial yang memisahkan etnis atau kelompok lainnya satu sama lain. Bogardus digunakan di dalam satu kelompok guna menentukan seberapa besar jarak yang dirasakan kelompok tersebut terhadap suatu sasaran atau luar kelompok. Skala ini punya logika yang sederhana. Orang menjawab serangkaian pernyataan yang terurut; pernyataan yang paling dirasa mengancam atau yang jauh jarak sosialnya di satu sisi, dan yang paling tidak mengancam dan dekat jarak sosialnya di sisi lain. Logika skala ini adalah, orang yang menolak kontak atau tidak nyaman dengan item jarak sosial akan menolak item-item yang dekat secara sosial.

  Di atas tercantum kuisioner Bogardus yang dibuat tahun 1925 (kiri) dan tahun 1993 (kanan). Perhatikan yang kiri, di mana ada pertanyaan berbunyi “I would willingly admit members of each race”. Atas pernyataan tersebut memilih jawaban antara 1 hingga 7. Mendekati jawaban 1, jarang sosial semakin dekat dan makin mendekati 7 jarak sosial semakin jauh.

c. Semantic differential

  Semantic differential menyediakan ukuran tidak langsung pada bagaimana seseorang menyikapi suatu konsep, objek, atau orang lain. Semantic differential mengukur perasaan subjektif terhadap sesuatu menggunakan kata sifat. Ini karena orang mengkomunikasikan penilaian mereka lewat kata sifat, baik secara lisan atau tulisan. Karena sebagian besar kata sifat punya perlawanannya (misalnya gelapterang, kasarhalus lambatcepat), skala ini menggunakan kata sifat yang berlawanan guna membangun ukuran peringkat atau skala.

  Kisaran peringkat semantik dari 7 hingga 11 poin antara. Berikut kami contohkan skala semantic differential (Pratiknya, 2003):

  Dari skala di atas, terdapat 19 (sembilan belas) pernyataan. Setiap pernyataan diukur dengan 7 skala. Misalnya, antara Good dan Bad terdapat 7 skala. Contoh pernyataan untuk nomor 1 misalnya “Warga DKI Jakarta membuang sampah di tempat yang mudah disapu”.

  [Good ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ Bad] [Good ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ Bad]

  Disebut skala kumulatif, berbeda dengan skala-skala sebelumnya. Ini berarti, peneliti harus mendesain suatu dengan skala Guttman dicamkan di dalam benaknya.

  Skala Guttman dimulai dengan pengukuran seperangkat indikator atau item. Ini bisa berupan item kuisioner, suara, atau karakteristik yang diamati. Skala Guttman mengukur fenomena berbeda (misalnya pola kejahata, pola menggunakan narkoba, partisipasi politik, gangguan psikologis). Indikator-indikator biasanya diukur dalam jawaban sederhana “yatidak” atau “hadirabsen”. Skala Guttman bisa menggunakan

  3 (tiga) hingga 20 (dua puluh) indikator.

  Peneliti memilih item dengan keyakinan terdapat hubungan logis antar item. Peneliti lalu menempatkan hasilkan ke sebuah skala Guttman dan menentukan apakah item-item tersebut membentuk pola yang seiring dengan hubungan. Contoh skala Guttman di bawah ini (Pratiknya, 2003):

  Peneliti memilih item dengan keyakinan terdapat hubungan logis antar item. Peneliti lalu menempatkan hasilkan ke sebuah skala Guttman dan menentukan apakah item-item tersebut membentuk pola yang seiring dengan hubungan. Contoh skala Guttman yaitu:

  Berdasarkan tingkat pengukuran, secara umum dikenal ada 2 (dua) macam variabel penelitian yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum (Pratiknya, 2003).