Regresi Linear Berganda

3. Regresi Linear Berganda

  Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah:

  Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +....+b n X n

  Dengan Y adalah variabel bebas, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Interpretasi terhadap persamaan juga relatif sama, sebagai ilustrasi, pengaruh antara motivasi (X1), kompensasi (X2) dan kepemimpinan (X3) terhadap kepuasan kerja (Y) menghasilkan persamaan sebagai berikut:

  Y=0,235+0,21 X1+0,32 X2+0,12 X3

  № Jika variabel motivasi meningkat dengan asumsi variabel kompensasi dan kepemimpinan

  tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat. № Jika variabel kompensasi meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan kepemimpinan

  tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat. № Jika variabel kepemimpinan meningkat, dengan asumsi variabel motivasi dan kompensasi

  tetap, maka kepuasan kerja juga akan meningkat.

  Interpretasi terhadap konstanta (0,235) juga harus dilakukan secara hati-hati. Jika pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert antara 1 sampai dengan 5 maka tidak boleh diinterpretasikan jika variabel motivasi, kompensasi dan kepemimpinan bernilai nol, sebagai ketiga variabel tersebut tidak mungkin bernilai nol karena skala Likert terendah yang digunakan adalah 1.

  Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi secara parsial tidak. Sebagai ilustrasinya seorang penjahat takut terhadap polisi yang membawa pistol (diasumsikan polisi dan pistol secara serempak membuat takut penjahat). Akan tetapi secara parsial, pistol tidak membuat takut seorang penjahat. Contoh lainnya air panas, kopi dan gula menimbulkan kenikmatan, tetapi secara parsial, kopi saja belum tentu menimbulkan kenikmatan.

  Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi asumsi normalitas, multi kolinearitas, auto korelasi, heteroskedastisitas dan asumsi linearitas (akan dibahas belakangan).

  Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah koefisien determinasi; uji-F dan uji-t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan adjusted R Square dan jika bernilai negatif maka uji-F dan uji-t tidak dapat dilakukan.

  Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul adalah:

  ⅎ Dalam uji regresi sederhana apakah perlu menginterpretasikan nilai F hitung? Uji-F adalah

  uji kelayakan model yang harus dilakukan dalam analisis regresi linear. Untuk analisis regresi linear sederhana uji-F boleh dipergunakan atau tidak, karena uji-F akan sama hasilnya dengan uji-t.

  ⅎ Kapan menggunakan uji dua arah dan kapan menggunakan uji dua arah? Penentuan arah

  adalah berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian dan perumusan hipotesis. Jika hipotesis sudah menentukan arahnya, maka sebaiknya digunakan uji satu arah, tetapi jika hipotesis belum menentukan arah, maka sebaiknya menggunakan uji dua arah. Penentuan arah pada hipotesis berdasarkan tinjauan literatur. Contoh hipotesis dua arah yaitu terdapat pengaruh antara kepuasan terhadap kinerja. Contoh hipotesis satu arah yaitu terdapat pengaruh positif antara kepuasan terhadap kinerja. Nilai t tabel juga berbeda antara satu arah dan dua arah. Jika menggunakan signifikansi, maka signifikansi hasil output dibagi dua terlebih dahulu, baru dibandingkan dengan 5.

  ⅎ Apa bedanya korelasi dengan regresi?

  Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku bolak-balik, sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan dengan A. Untuk regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi tidak boleh dikatakan B berpengaruh terhadap A. Dalam kehidupan sehari-hari kedua istilah itu (hubungan dan pengaruh) sering dipergunakan secara rancu, tetapi dalam ilmu statistik sangat berbeda. A berhubungan dengan B belum tentu A berpengaruh terhadap B. Tetapi jika A berpengaruh terhadap B maka pasti A juga berhubungan dengan B. (Dalam analisis lanjut sebenarnya juga ada pengaruh yang bolak-balik dan disebut recursive, yang tidak dapat dianalisis dengan analisis regresi tetapi menggunakan structural equation modelling).