Tipe Alasan Mengapa Dipermasalahkan

E. Tipe Alasan Mengapa Dipermasalahkan

  Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih butir masalah penelitian. Ada lima tipe topik masalah penelitian yang dapat digarap oleh seorang peneliti. Mahasiswa S-1 dianjurkan memilih masalah tipe 1 atau 2 pada tipe dibawah ini:

   Tipe 1 Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena yang merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat lanjutannya dapat diatasi atau dipacu.  Tipe 2 Keperluan memperbaiki kesalahan kebijaksanaan perubahan (pemerintah) yang tengah berjalan agar kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi.  Tipe 3 Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk menaikkan yang positif dan menihilkan yang negatif.  Tipe 4 Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih konsepsional sehingga dapat menjadi operasional.  Tipe 5 Keperluan membuat pendekatan baru atau alternatif guna meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.

  Dari suatu topik yang menarik untuk diteliti diperlukan langkah merumuskan masalah. Adapun langkah untuk merumuskan masalahan penelitian dapat menggunakan satu atau dua dari teknik berikut:

  ♥ Teknik pengenalan Beda Garis Fenomena Ideal terhadap Garis Fenomena Nyata (teknik

  BEGFI-GAFETA); ♥ Teknik pengenalan Efek Benturan Dua Arus Fenomena Berlawanan Arah (Teknik EBDA-

  FENOBA).

  Dalam memilih rumusan masalah penelitian yang akan dijadikan awal penelitian, maka perlu diperhatikan ketentuan sebagai berikut: ¸ Masalah yang dipilih harus mempunya nilai penelitian

  1. Masalah harus mempunyai keaslian

  2. Masalah harus menyatakan suatu hubungan

  3. Masalah harus merupakan hal yang penting

  4. Masalah harus dapat di uji

  5. Masalah harus mencerminkan suatu pertanyaan ¸ Masalah yang dipilih dengan bijak

  1. Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia

  2. Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas kemampuan

  3. Waktu memecahkan masalah harus wajar

  4. Biaya dan hasil harus seimbang

  5. Administrasi dan sponsor harus kuat

  6. Tidak bertentangan dengan hukum dan adat ¸ Masalah dipilih dengan kualifikasi peneliti

  1. Menarik bagi peneliti

  2. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti

  Seorang mahasiswa harus bersungguh-sungguh dalam upaya mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian. Upaya membuat skripsi atau tesis untuk gelar kesarjanaannya, tak lain mempraktikkan kegiatan penelitian secara mandiri. Ketika itu dia bertindak sebagai peneliti pemula dan ia sebenarnya sedang diasah menjadi seorang pemecah masalah kehidupan yang efektif.

  Manfaat penelitian (misalkan skripsi mahasiswa) yang terbimbing baik: ¸ Bagi lembaga

  1. Orisinilitas karya tulis sarjana yang ditelurkan lebih terjamin dan lebih terasakan

  2. Mutu sarjana yang diluluskan lebih tinggi dan handal

  3. Kegiatan akademik di kampus akan lebih hidup dan berbobot ¸ Bagi mahasiswa

  1. Mendapat pengalaman meneliti yang berharga

  2. Mendapat pembinaan diri menuju pribadi berkualitas

  3. Mempersembahkan hasil karya yang dapat membanggakan ¸ Bagi dosen pembimbing

  1. Menambah penalaran ilmu khususnya pengetahuan terapan

  2. Menambah khazanah data dan informasi yang terpercaya

  3. Menambah tajam wawasan keilmuan dan prestasi akademik

  Seperti diketahui bersama bahwa penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lalu apa sebenarnya masalah penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002) masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

  Pengertian serupa juga dikemukakan Danim (2003) bahwa yang dimaksud dengan masalah penelitian adalah suatu kesenjangan atau diskongruensi antara kenyataan dan harapan. Notoatmodjo (2002) menyebutkan bahwa pada hakikatnya masalah penelitian adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari jawabannya. Jika seorang dosen berkenan sedikit mencermati, sering kali dosen menemukan banyak sekali kesenjangan antara teori yang diajarkan di kelas dengan kenyataan yang ada di lapangan tempat praktik mahasiswa.

  Meskipun masalah penelitian itu selalu ada dan banyak, menurut Notoatmodjo (2002) belum tentu mudah mengangkatnya sebagai masalah penelitian, diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian. Kepekaan ini dipengaruhi oleh minat dan pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan atau keahlian itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: ² Profesi

  Profesi atau bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi sumber minat untuk melakukan penelitian. Semakin sering seseorang terpapar dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan profesinya, akan semakin mendorong orang tersebut berminat untuk menyelesaikannya.

  ² Spesialisasi

  Keahlian khusus seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih peka tehadap masalah yang berkaitan dengan keahliannya. Misalnya, seorang perawat spesialis jiwa, akan lebih peka terhadap masalah-masalah kesehatan jiwa pasien yang dirawatnya, meskipun pasien tersebut dirawat di rumah sakit umum dengan bukan karena gangguan jiwa. Sebagai contoh, ketika seorang perawat spesialis jiwa, menemukan pasien yang akan dioperasi terlihat gelisah, maka dengan cepat perawat tersebut akan dapat melihat bahwa pasiennya sedang mengalami kecemasan berat.

  ² Akademis

  Seseorang yang telah mengalami program pendidikan yang lebih tinggi, biasanya telah mendalami tentang salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Dengan penguasaan ilmu ini, orang tersebut cenderung lebih peka mengenali masalah dalam bidang keahliannya.

  ² Kebutuhan dan praktik kehidupan sehari-hari

  Seseorang yang cenderung menaruh perhatian akan kebutuhan dan praktik kehidupan sehari-hari akan lebih peka terhadap masalah yang muncul.

  ² Pengalaman lapangan

  Seseorang yang mempunyai banyak pengalaman lapangan akan menambah kepekaannya terhadap masalah di bidangnya.

  ² Bahan bacaan atau kepustakaan

  Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir seseorang, sehingga wawasannya akan semakin luas dan semakin mampu menggunakan penalaran dan pola berpikir kritisnya semakin berkembang. Dengan berpikir kritis ini, selanjutnya akan meningkatkan kepekaan seseorang terhadap masalah.