Sampling Non Probabilita

2. Sampling Non Probabilita

  Penarikan sampel dengan teknik non probabilita adalah teknik penarikan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau tujuan-tujuan tertentu berdasarkan maksud dari penelitian. Sampling non probabilita terdiri atas convenience sampling, quota sampling, purposive sampling, snowball sampling, deviant case sampling dan sequential sampling. Kendati lebih banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, pada kenyataannya, banyak juga penelitian kuantitatif yang menggunakan metode sampling ini. Alasannya, banyak berkisar pada “kemalasan” peneliti, keterbatasan dana, keterbatasan waktu studi, dan alasan lebih praktis dan kemudahan penentuan. Beberapa teknik penarikan sampel dengan sampling non probabilita tersebut sebagai berikut:

  Disebut juga haphazard atau accidental sampling. Convenience sampling sebagai metode sampling bisa berakibat pada sampel yang tidak efektif (tidak menggambarkan populasi) dan tidak direkomendasikan.

  Convenience sampling adalah sampel yang dipilih secara convenience (nyaman) karena sifatnya yang mudah dan tidak menyulitkan peneliti. Contoh dari convenience sampling adalah sebuah surat kabar bertanya pada pembaca lewat kolom kuisioner di surat kabar tersebut. Tidak semua orang yang baca koran punya minat pada masalah di dalam kuisioner, atau punya waktu buat menggunting kuisioner dan mengirimkannya lewat pos kendati gratis. Misalnya terdapat 5.000 orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara akurat menggambarkan populasi. Mungkin saja, kuisioner tersebut lebih punya nuansa menghibur daripada melakukan penelitian. Hasil kesimpulan penelitian seperti ini mendistorsi kesimpulan atas topik di dalam kuisioner.

b. Kuota sampling

  Kuota sampling adalah upaya memperbaiki kelemahan convenience sampling. Dalam kuota sampling, peneliti awalnya mengidentifikasi kategori-kategori yang relevan dari sejumlah orang (misalnya laki – perempuan atau <30 tahun, 30-60 tahun, > 60 tahun), lalu memutuskan seberapa banyak dibutuhkan dari setiap kategori untuk dijadikan sampel. Sebab itu, jumlah orang di kategori sampel yang beragam itu cocok.

  Misalnya, peneliti memutuskan memilih 5 laki-laki dan 5 perempuan di bawah umur 30 tahun; 10 laki-laki dan 10 perempuan antara 30-60 tahun; dan 5 laki-laki dan 5 perempuan di atas umur 60 tahun dalam menentukan 40 sampel yang dikehendaki. Adalah sulit mewakili seluruh karakteristik populasi secara akurat.

  Kuota sampling adalah “perbaikan” convenience sampling karena peneliti dapat memastikan sejumlah perbedaan dalam sampelnya. Dalam convenience sampling, orang yang diwawancara atau mengisi kuisioner bisa saja berasal dari usia atau jenis kelamin yang serupa. Namun, kuota sampling mengatasi kelemahan itu dengan menentukan variasi di dalam populasi. Kuota sampling ini kerap dilakukan Gallup’s American Institute of Public Opinion dalam memprediksi Presiden Amerika Serikat. Mereka sukses dalam pilihan presiden tahun 1936, 1940, dan 1944, tetapi tahun 1948 mereka salah memprediksi.

c. Purposive sampling

  Disebut judgmental sampling. Purposive sampling digunakan dalam situasi dimana seorang ahli menggunakan penilaiannya dalam memilih responden dengan tujuan tertentu di dalam benaknya. Dengan purposive sampling, peneliti tidak pernah tahu apakah responden yang dipilih mewakili populasi. Metode ini kerap digunakan dalam exploratory research atau dalam field research.

  Teknik dilakukan dengan cara ini, dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau benar-benar mewakili populasi. Purposive sampling signifikan digunakan dalam 3 (tiga) situasi. Peneliti memilih responden unik yang akan memberi informasi penting. Contohnya peneliti ingin menggunakan content Teknik dilakukan dengan cara ini, dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau benar-benar mewakili populasi. Purposive sampling signifikan digunakan dalam 3 (tiga) situasi. Peneliti memilih responden unik yang akan memberi informasi penting. Contohnya peneliti ingin menggunakan content

  Peneliti menggunakan purposive sampling untuk memilih responden yang sulit dicapai, yaitu suatu populasi khusus semisal kaum semburit atau lesbian. Misalnya, peneliti hendak meneliti masalah prostitusi. Mustahil peneliti mendaftar seluruh nama pelacur di suatu lokalisasi dan secara acak memilih lewat teknik simple random sampling. Untuk itu, peneliti cenderung informasi subjektif (misalnya lokalisasi pelacuran atau dengan siapa pelacur biasa berhubungan) dan para ahli (polisi susila, satuan polisi Pamong Praja, atau LSM pemerhati pelacur) guna mengidentifikasi sampel para pelacur untuk digunakan dalam penelitian.

  Ketika peneliti ingin mengidentifikasi jenis responden tertentu untuk diadakan wawancara mendalam. Tujuan penelitian bukan hendak melakukan generalisasi atas populasi yang lebih besar, tetapi lebih pada kehendak untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang sesuatu hal. Misalnya, Boim menggunakan purposive sampling dalam focus group study seputar apa yang dipikirkan kelas pekerja tentang politik. Boim menghendaki 188 orang dari kelas pekerja untuk berpartisipasi dalam 1 dari 37 focus group study yang dibentuk. Ia mencari responden yang tidak merampungkan pendidikan tinggi tetapi bervariasi dari segi usia, etnis, agama, minat politik dan jenis pekerjaan. Boim merekrut orang dari 35 kawasan di Kota Bekasi.

  Disebut network sampling, chain referral sampling atau reputational sampling. Snowball sampling adalah metode guna mengidentifikasi dan mengambil sampel lewat suatu jaringan. Ia didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dalam ukuran kecil, tetapi seiring proses, jumlahnya membesar. Snowball sampling adalah teknik multi tahap. Ia dimual dengan sedikit orang dan membesar sehubungan pergerakan penelitian.

  Snowball sampling dapat dilakukan dengan membuat sosiogram, yaitu suatu diagram lingkaran yang dihubungkan dengan garis. Misalnya Boim dan Ratna tidak kenal satu sama lain secara langsung, tetapi tiap mereka punya teman yaitu Eka sehingga Boim dan Ratna berteman secara tidak langsung. Snowball sampling kerap digunakan bersamaan dengan purposive sampling.

  Disebut extreme case sampling. Deviant case sampling digunakan kala peneliti mencari responden yang berbeda dari pola-pola dominan yang berkembang. Sama dengan purposive sampling, deviant case sampling digunakan saat peneliti menggunakan teknik yang beragam untuk menempatkan responden dengan karakteristik tertentu. Deviant case sampling beda dengan purposive sampling karena tujuannya mencari hal yang unik, khusus, tidak biasa, bukan mewakili seluruhnya.

  Misalnya, Astrid tertarik meneliti mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado yang dikeluarkan. Riset-riset sebelumnya menyebut mahasiswa tersebut dikeluarkan berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah, orang tua bercerai atau tidak stabil, sering pindah rumah, dan secara etnis atau agama minoritas. Penelitian yang sudah dibuat juga menyebut mahasiswa yang dikeluarkan kerap Misalnya, Astrid tertarik meneliti mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado yang dikeluarkan. Riset-riset sebelumnya menyebut mahasiswa tersebut dikeluarkan berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah, orang tua bercerai atau tidak stabil, sering pindah rumah, dan secara etnis atau agama minoritas. Penelitian yang sudah dibuat juga menyebut mahasiswa yang dikeluarkan kerap

  Sequential Sampling mirip dengan purposive sampling dengan satu perbedaan. Dalam purposive sampling, peneliti mencoba menemukan sebanyak mungkin responden yang relevan dengan masalah penelitian, hingga suatu saat uang, tenaga, dan jiwa peneliti mulai “menjerit”.

  Dalam sequential sampling, peneliti terus mengumpulkan responden hingga jumlah informasi baru atau keragaman responden yang baru terpenuhi. Contohnya Boim menentukan dan merencanakan wawancara mendalam dengan 60 janda di atas umur 70 tahun yang telah hidup tanpa pasangan selama sekurangnya 10 tahun. Bergantung pada tujuan Boim, memperoleh tambahan 20 janda yang pengalaman hidup, latar belakan sosial, dan pandangan hidup berbeda kecil dari 60 orang tersebut bisa dibilang tidak dibutuhkan.

  Penentuan sampel dengan teknik accidental, dilakukan dengan memilik anggota sampel dengan cara sesuka hati, atau bersifat sangat subjektif. Contohnya menghitung persentase merek mobil yang dipergunakan masyarakat Manado berdasarkan sampel mobil yang diparkir di Jalan Sam Ratulangi Manado. Kesimpulan masyarakat Manado, yaitu 70 memakai mobil Toyota. Tentu saja hasil sampel ini tidak representatif.

h. Cluster sampling tertentu

  Teknik ini membagi-bagi populasi ke dalam beberapa kelompokbagian yang lebih kecil, kemudian salah satu kelompok diambil sebagai sampel. Jadi generalisasi sesungguhnya hanya pada cluster tersebut tidak pada populasi.

  Sampel yang dilakukan secara bertahap untuk kepentingan penghematan biaya. Sistemnya yaitu pertama diambil sampel yang kecil, apabila hasil yang diperoleh belum memberikan keyakinan dilakukan tahap kedua dan seterusnya sampai dihasilkan kesimpulan yang cukup meyakinkan.

  Double sampling sangat baik untuk penelitian dengan angket yang dikirim per pos atau surat elektronik. Misalkan sampel pertama mereka yang mengembalikan daftar pertanyaan, sampel kedua mereka yang tidak mengembalikan, diminta informasinya dengan cara wawancara.