bencana. Keberadaan lokasi perdagangan dan jasa mutlak akan berpengaruh terhadap kerentanan ekonomi wilayah karena sektor ini merupakan sektor
basis dalam kegiatan perdagangan dan jasa dalam lingkup wilayah. Dengan adanya dasar hal ini tentunya variabel keberadaan lokasi perdagangan dan
jasa menjadi signifikan dalam penilaian kerentanan ekonomi wilayah.
2.4. Pendekatan dan Strategi Dalam Menghadapi Bencana Perubahan Iklim
Dalam menghadapi bencana perubahan iklim perlu dilakukan berbagai upaya untuk meminimalisasi dampak negatif dari bencana tersebut. Upaya tersebut
didasarkan pada beberapa pendekatan yang kemudian dijabarkan dalam berbagai strategi. Adapun dengan melihat karakteristik dari bencana perubahan iklim yang
dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama sering dengan pemanasan global yang terjadi maka pendekatan-pendekatan yang dilakukan juga
berorientasi pada mengatasi sumber bencananya maupun meminimalisasi dampak bencana yang akan ditimbulkan. Dalam hal ini beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim tersebut yakni Diposaptono, 2009:
1. Pendekatan Mitigasi Pendekatan ini merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi
bencana dari sumbernya. Pada bencana perubahan iklim, upaya yang dilakukan yakni dengan cara mengurangi emisi gas-gas rumah kaca atau dengan
meningkatkan kemampuan alam untuk menyerap emisi tersebut. Berdasarkan definisi tersebut tentunya pendekatan mitigasi bencana perubahan iklim ini
lebih ditekankan pada upaya-upaya untuk mengurangi terjadinya perubahan iklim dengan cara melakukan tindakan-tindakan preventif seperti
meminimalisasi limbah industri, pelestarian hutan dan berbagai aktivitas perkotaan yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi potensi
terjadinya perubahan iklim. Salah satu yang melatarbelakangi pendekatan ini yakni Protokol Kyoto pada Tahun 1997. Protokol ini merupakan upaya negara-
negara di dunia negara maju dan negara berkembang untuk meminimalisasi dampak perubahan iklim. Protokol ini berkomitmen bagi 38 negara industri
untuk memotong emisi GRK mereka antara tahun 2008 sampai 2012 menjadi 5,2 di bawah tingkat GRK mereka di tahun 1990. Mekanisme yang
digunakan yaitu berupa Joint Implementation, Clean Development Mechanism CDM dan Emission Trading United Nations, 1998.
Indonesia saat ini ikut serta dalam pengembangan CDM.
2. Pendekatan Adaptasi Pendekatan adaptasi merupakan upaya untuk mengatasi dampak perubahan
iklim baik sifatnya reaktif maupun antisipatif. Pendekatan ini sifatnya mengantisipasi dampak akibat terjadinya perubahan iklim. Adaptasi dalam hal
ini yakni melakukan proses yang dapat menyesuaikan dengan kondisi perubahan iklim yang ada. Sebagai contoh yakni menghadapi kerawanan
kenaikan paras permukaan air laut akibat perubahan iklim dengan cara mitigasi struktural pembangunan tembok laut maupun melalui mitigasi non struktural
kelembagaan penanganan bencana perubahan iklim. Kedua langkah tersebut dilakukan setelah adanya kerawanan bencana kenaikan paras permukaan air
laut dan bukan upaya mengurangi kenaikan air laut tersebut. Berdasarkan pada penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan adaptasi ini
dilakukan setelah adanya kerawanan bencana perubahan iklim. Maksud dari kedua pendekatan diatas secara umum agak berbeda dengan
mitigasi bencana secara umumnya. Mitigasi bencana secara terminologi diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi resikodampak akibat bencana.
Berdasarkan pada kedua definisi tersebut, maka sebenarnya pendekatan mitigasi bencana perubahan iklim dan pendekatan adaptif bencana perubahan iklim
merupakan bagian dari mitigasi bencana dalam arti luas. Pendekatan adaptasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi dampak perubahan iklim tersebut. Dalam kasus kenaikan air laut akibat perubahan iklim maka pendekatan adaptasi dapat dijadikan salah satu
solusi dalam menghadapi permasalahan bencana tersebut. Pendekatan ini lebih dapat tepat karena mengarahkan pada tindakan-tindakan langsung guna
mengantisipasi dampak kenaikan paras permukaan air laut yang sudah mulai terlihat dampaknya di wilayah-wilayah pesisir. Adapun terkait kerawanan
kenaikan paras permukaaan air laut tersebut maka pendekatan adaptasi ini menurunkan 3 strategi utama yakni Diposaptono, 2009:
• Strategi protektif Strategi ini merupakan strategi yang paling frontal dalam menghadapi
kerawanan kenaikan paras permukaan air laut. Strategi ini dengan membangun bangunan-bangunan fisik di kawasan pantai untuk mengantisipasi kerawanan
tersebut. • Strategi akomodatif
Strategi ini berusaha menyesuaikan dengan perubahan alam akibat kenaikan paras permukaan air laut dengan memanfaatkan morfodinamika karakteristik
wilayah pesisir tersebut. Sebagai contoh yakni antisipasi yang dilakukan untuk kawasan pemukiman di wilayah pesisir dengan membuat rumah panggung yang
didukung dengan dikembangkan mangrove sebagai buffer di sempadan pantai yang ada.
• Strategi mundur retreat atau do nothing Strategi ini merupakan strategi yang paling pesimistik. Strategi ini dengan tidak
melawan proses dinamika alami yang terjadi, tetapi mengalah pada proses alam dan menyesuaikan peruntukkan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang
terjadi akibat kenaikan paras muka air laut. Adapun sebagai salah satu bentuk program dari strategi ini yakni berupa relokasi penduduk pada kawasan yang
memiliki kerawanan kenaikan paras permukaan air laut.
Sumber : Diposaptono, 2009
GAMBAR 2.7 ALTERNATIF STRATEGI PENANGANAN KENAIKAN PERMUKAAN
AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR
2.5. Sistem Informasi Geografis SIG Sebagai Alat Dalam Mitigasi Bencana