2.5. Sistem Informasi Geografis SIG Sebagai Alat Dalam Mitigasi Bencana
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan
atribut, yang mana secara spasial mengacu keadaan bumi Haifani, 2008. Pengembangan Sistem Informasi Geografis SIG dapat menunjang kegiatan
pembangunan dan perencanaan wilayah dan kota. Sistem Informasi Geografis SIG menyediakan platform yang tepat dalam perolehan data dan manajemen
informasi dalam mitigasi bencana. citra satelit dan elevasi digital digunakan sebagai layer dalam SIG mitigasi dan dikombinasikan dengan geodata dan data
tematik yang berbeda Taymaz dan Willige, 2006. Salah satu kegunaan dari SIG dalam perencanaan wilayah dan kota yakni
digunakan sebagai alat analisis dalam menentukan daerah resiko bencana. Dalam hal ini SIG akan membantu dalam proses analisis yang dilakukan hingga
mengarahkan pada suatu arahan perencanaan berdasarkan analisis spasial yang dilakukan. SIG dapat digunakan untuk berbagai macam bencana dalam fase
pencegahannya Erlingsson, 2005. Berdasarkan kondisi tersebut tentunya SIG berfungsi sebagai alat dalam menganalisis resiko bencana baik berupa kerentanan
dan kerawanan bencana dalam upaya mitigasi. Basis data SIG digunakan untuk menyampaikan informasi paling tidak
tentang lokasi bencana, tipe bencana, waktu kejadian, analisis hubungan antar keruangan dan temporal dari kejadian bencana Haifani, 2008. Dalam hal ini
terkait dengan bencana perubahan iklim menyebabkan adanya kerawanan tenggelamnya beberapa wilayah pesisir, SIG juga dapat untuk menemukenali dan
menganalisis resiko bencana tersebut. Dalam hal ini konsepsi dasar dari SIG sekiranya dapat diaplikasikan pula pada kasus tersebut.
2.6. Penetapan Variabel Penelitian
Dari berbagai kajian literatur yang telah dikemukakan diatas, maka disusun variabel penelitian yang akan digunakan. Variabel-variabel ini akan
mempermudah, membatasi dan mengarahkan pada tujuan penelitian ini. Berikut ini yakni penetapan variabel-variabel penelitian yang akan digunakan dari
beberapa kajian literatur yang ada.
66
TABEL II.1 PENETAPAN VARIABEL PENELITIAN
Teori Literatur
BahasanDefinisi Sumber
SintesisVariabel Dasar Dalam Penelitian
Isu Dampak Perubahan
Iklim terhadap
Kerentanan Kota Pesisir
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari bencana perubahan iklim terutamanya
dengan adanya kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan kerawanan
wilayah pesisir yakni:
• Kerusakan infrastruktur jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan
PDAM, fasilitas umum dan sebagainya
• Kerusakan kawasan-kawasan strategis. • Keterancaman masyarakat pesisir
untuk tetap dapat tinggal di wilayah tersebut.
Harmoni, 2005
¾ Kerentanan bencana yang dapat terjadi di wilayah pesisir
akibat perubahan iklim
• Kerentanan infrastruktur • Kerentanan kawasan-kawasan strategis
• Kerentanan sosial ekonomi masyarakat pesisir
Kerentanan Terhadap
Bencana kerentanan suatu wilayah juga terkait
dengan kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi,
politik, sosial, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat
tersebut dalam mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi
dampak bahaya tertentu
variabel kerentanan bencana a. Kerentanan Fisik
GLG Jateng, 2008
Bakornas Variabel Justifikasi
Kerentanan fisik
Jaringan listrik Prasarana dasar guna
pemenuhan aktivitas penduduk dan terkait
struktur ruang kawasan
Jaringan jalan Jaringan
telekomunikasi Jaringan PDAM
Persentase kawasan terbangun
Merupakan sarana pendukung dalam
aktivitas penduduk
Kerentanan Sosial
Ekonomi Persentase tingkat
kemiskinan Semakin tinggi
persentase masyarakat miskin di suatu
66
67
Teori Literatur
BahasanDefinisi Sumber
SintesisVariabel Dasar Dalam Penelitian
Kerentanan fisik ini terkait dengan struktur ruang wilayah. Pada struktur
ruang wilayah terdiri atas sarana prasarana wilayah guna mendukung
aktivitas manusia yang ada. Kerentanan fisik menggambarkan
suatu
kondisi fisik infrastruktur
yang rawan terhadap faktor bahaya hazard
tertentu. Indikator yang digunakan yakni:
• Jaringan listrik • Rasio panjang jalan
• Jaringan telekomunikasi • Jaringan PDAM
• Persentase kawasan terbangun b. Kerentanan Sosial Ekonomi
Kerentanan sosial ekonomi
menggambarkan suatu
kondisi tingkat
kerapuhan ekonomi
penduduk dalam menghadapi
ancaman bahaya hazards. Indikator yang dapat digunakan:
• Persentase tingkat kemiskinan • Persentase status kepemilikan lahan
c. Kerentanan Sosial Kependudukan Kerentanan sosial kependudukan
menggambarkan kondisi tingkat PB, 2007;
UU. No.26 Th. 2007
Bakornas PB, 2007;
UU. N0.26 Th. 2007
Bakornas PB, 2007;
wilayah akan meningkatkan resiko
bencana yang ada
Persentase status kepemilikan lahan
Lahan yang dimiliki oleh penduduk akan
lebih rentan dibandingkan lahan
yang merupakan asset daerah. Penduduk
yang akan kehilangan kepemilikan lahan,
akan berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan penduduk tersebut.
Kerentanan Sosial
Kependudukan kepadatan
penduduk Semakin padat suatu
wilayah akan sangat berpengaruh pada
kerentanan bencana
persentase penduduk usia tua
semakin banyak penduduk usia tua,
balita dan wanita maka semakin tinggi
resiko penduduk yang terkena dampak
bencana persentase
penduduk usia balita
persentase penduduk wanita
pemahaman Adanya
pemahaman
67
68
Teori Literatur
BahasanDefinisi Sumber
SintesisVariabel Dasar Dalam Penelitian
kerapuhan sosial penduduk dalam menghadapi bahaya hazards dan
pada kondisi sosial yang rentan maka jika terjadi bencana dapat dipastikan
akan menimbulkan dampak kerugian besar. Indikator yang digunakan:
• kepadatan penduduk • persentase penduduk usia tua
• persentase penduduk usia balita • persentase penduduk wanita
• pemahaman masyarakat tentang bencana
• kelembagaan dan kekerabatan penanggulangan bencana.
• sikap penduduk terhadap terjadi bencana
d. Kerentanan Lingkungan Pada hal ini kerentanan lingkungan ini
terkait dengan kondisi fisik alam yang memiliki nilai strategis terhadap
kelangsungan manusia yang mendiami wilayah tersebut. Indikatornya yakni:
• Tutupan hutan lindungkawasan resapan air
• Tutupan hutan mangrove • Tutupan Terumbu Karang
UU No. 24 Tahun 2007
Bakornas PB, 2007;
UU. 24 Th. 2007;
UU. 26 Th. 2007;
UU. 27 Th. 2007
masyarakat tentang bencana
masyarakat tentang bencana akan
mengurangi resiko bencana bagi
masyarakat tersebut
kekerabatan penduduk dalam
penanggulangan bencana.
Adanya kekerabatan penduduk akan
berpotensi membentuk kelembagaan yang
efektif dalam mengurangi resiko
bencana
sikap penduduk terhadap terjadi
bencana Respon penduduk
akan menetapberpindah
tempat jika terjadi bencana
Kerentanan Lingkungan
Tutupan hutan lindungkawasan
resapan air Kawasan strategis
yang berfungsi melindung kawasan
lainnya maupun sebagai daerah
tangkapan air guna menghidari bencana
banjir
Tutupan hutan mangrove
Kawasan strategis yang merupakan
68
69
Teori Literatur
BahasanDefinisi Sumber
SintesisVariabel Dasar Dalam Penelitian
• Keberadaan kawasan historis e. Kerentanan Ekonomi Wilayah
Kerentanan ini merupakan penilaian terhadap kerentanan kondisi ekonomi
dalam konsteks wilayah. Kerentanan ekonomi wilayah ini, salah satunya
terkait dengan dengan kerugian ekonomi akibat
hilangnyaterancamnya lokasi usahaproduksi dan juga lokasi
perdagangan dan perkantoran di suatu wilayah.
• Keberadaan lokasi usahaproduksi • Keberadaan lokasi perdagangan dan
jasa Pada kasus perubahan iklim,
kerentanan vulnerability didefinisikan sebagai kemampuan
suatu sistem termasuk ekosistem, sosial ekonomi, dan kelembagaan
untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Kerentanan merupakan fungsi
besarnya perubahan dan dampak, serta variasi perubahan iklim
Bakornas PB, 2007;
UU. 26 Th. 2007
Harmoni, 2005
Tutupan Terumbu Karang
perlindungan pantai dari bencana kawasan
pesisir dan bernilai ekologis bagi wilayah
sekitarnya
Keberadaan kawasan historis
Merupakan kawasan yang memiliki nilai
sejarah di suatu wilayahkota
Kerentanan Ekonomi
Wilayah Keberadaan lokasi
usahaproduksi Kawasan strategis
yang memiliki peran penting dalam
ekonomi wilayah Keberadaan lokasi
perdagangan dan jasa
Kasus perubahan iklim, kerentanan vulnerability suatu wilayah juga disesuaikan dengan variabel kerentanan bencana
secara umumnya, namun yang membedakan dalam hal ini yakni didasarkan pada kerawanan kenaikan air laut
Pendekatan dan Strategi
Dalam Menghadapi
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam menghadapi perubahan
iklim tersebut yakni Pendekatan Mitigasi
Diposaptono, 2009
¾ Pendekatan yang sekiranya dapat dilakukan untuk mengantisipasi kerawanan kenaikan paras permukaan air
laut yakni pendekatan adaptasi. ¾ Pendekatan adaptasi memiliki 3 pilihan strategi yakni :
70
Teori Literatur
BahasanDefinisi Sumber
SintesisVariabel Dasar Dalam Penelitian
Bencana Perubahan
Iklim Pendekatan Adaptasi
Sedangkan dalam pendekatan adaptasi terdapat 3 strategi yakni :
Strategi protektif Strategi akomodatif
Strategi mundur retreat Strategi protektif
Strategi akomodatif Strategi mundur retreat
Sistem Informasi
Geografis SIG
Sebagai Alat Dalam
Mitigasi Bencana
Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk
memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang
terkait dengan atribut, yang mana secara spasial mengacu pada keadaan
bumi
SIG dapat digunakan untuk berbagai macam bencana dalam fase
pencegahannya Basis data digunakan untuk
menyampaikan informasi paling tidak tentang lokasi bencana, tipe bencana,
waktu kejadian, analisis hubungan antar keruangan dan temporal dari
kejadian bencana Haifani,
2008 Erlingsson,
2005 Haifani,
2008 ¾ SIG dapat digunakan sebagai teknik analisis dalam
mengetahui kerentanan bencana suatu wilayah. Pada hal ini kasus bencana perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan
permukaan air laut berakibat pada kerentanan wilayah pesisir
Sumber: Hasil Analisis,2009
69 70
71
BAB III GAMBARAN KERAWANAN BENCANA AKIBAT
PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG
3.1. Kondisi Kota Semarang sebagai Kota Pesisir
Kota Semarang terletak di kawasan pantai utara Pulau Jawa, yang sangat pesat perkembangannya. Hal ini karena dipengaruhi kondisi bahwa Kota
Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota ini terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ LS dan garis 109º 50’ - 110º 35’ BT, dan secara administratif Kota
Semarang dibatasi oleh RTRW Kota Semarang, 2009:
•
Sebelah Utara: Laut Jawa
•
Sebelah Timur: Kabupaten Demak,
•
Sebelah Selatan: Kabupaten Semarang
•
Sebelah Barat: Kabupaten Kendal Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 meter sampai dengan 348
meter di atas garis pantai. Berdasarkan kondisi tersebut, Kota Semarang terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Semarang atas dan Semarang bawah. Semarang Atas
merupakan daerah perbukitan yang terletak di sebelah selatan yang merupakan kaki Gunung Ungaran dengan ketinggian antara 50-350 meter dpl. Sedangkan
Semarang Bawah berupa dataran rendah yang berada di Semarang sebelah utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa yang merupakan kawasan pesisir
Kota Semarang. Sedangkan secara administratif Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah
kecamatan dan 177 Kelurahan dengan keseluruhan luas wilayah Kota Semarang yakni 373,70 Km
². Adapun pembagian wilayah Kota Semarang berdasarkan administrasi kecamatan-kecamatan yang ada dapat dilihat pada Tabel III.1
71