155 Di sisi lain masyarakat di Kelurahan Panggung Lor banyak yang tergolong
ekonomi menengah ke atas yang rata-rata tinggal di kawasan permukiman elite seperti Perumahan Tanjung Mas. Namun kondisi sekarang, di wilayah perumahan
tersebut terjadi genangan rob maupun banjir sehingga masyarakat tersebut memilih untuk berpindah tempat tinggal ke arah Semarang bagian selatan. Hal ini
juga didasari bahwa mereka memiliki kemampuan finansial dan aset-aset berharga untuk berpindah tempat tinggal Survei primer, 2009. Untuk memperjelas
kerentanan sikap masyarakat ini juga dapat dilihat pada Gambar 4.18.
4.2.4. Analisis Kerentanan Lingkungan
Pada analisis ini merupakan penilaian kerentanan terhadap kondisi lingkungan yang ada akibat adanya bencana tergenangnya beberapa kawasan di
Wilayah Pesisir Kota Semarang pada Tahun 2029. Pada analisis ini didasarkan terhadap analisis kerentanan Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Hutan Mangrove,
Kawasan Terumbu Karang maupun Kawasan Historis Kota Semarang. Untuk memperjelas analisis terhadap kondisi-kondisi lingkungan tersebut maka akan
dijabarkan dalam analisis-analisis berikut ini.
4.2.4.1. Analisis Hutan LindungKawasan Resapan Air
Analisis ini didasarkan pada keberadaan hutan lindung yang ada di Wilayah Pesisir Kota Semarang. Pada analisis ini, adanya hutan lindung di wilayah
tergenang dinilai sebagai salah satu bentuk kerentanan. Semakin tinggi tingkat tutupan lahan kawasan hutan lindung tersebut, maka semakin besar pula
kerentanan yang akan dihadapi karena akan kehilangan aset kawasan lindung
tersebut.
Berdasarkan data yang didapat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir RTRWP Kota Semarang Tahun 2009-2028 diketahui bahwa pada Wilayah
Pesisir Kota Semarang tidak terdapat Kawasan Hutan Lindung. Pada wilayah tersebut tidak terdapat jenis kawasan lindung dikarenakan pada wilayah studi
tidak ditemukan kawasan yang memiliki kelerengan diatas 40 ataupun kawasan
yang berfungsi sebagai kawasan resapan air RTRWP Kota Semarang, 2008.
156
GAMBAR 4.18 PETA KERENTANAN SIKAP PENDUDUK TERHADAP TERJADINYA BENCANA
AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029
156
157 Atas dasar fakta tersebut maka penilaian kerentanan Kawasan Hutan Lindung
di Wilayah tergenang secara langsung dapat disimpulkan bahwa kerentanan rendah dan bernilai kerentanan 1. Penilaian ini didasar klasifikasi kerentanan
Kawasan Hutan Lindung yang terjabar dalam metodologi penelitian. Untuk memperjelas kondisi kerentanan tersebut, maka dapat dilihat pada Gambar 4.19.
4.2.4.2. Analisis Hutan Mangrove
Analisis ini didasarkan pada keberadaan hutan mangrove yang ada di Wilayah Pesisir Kota Semarang. Pada analisis ini, adanya hutan mangrove di
wilayah tergenang dinilai sebagai salah satu bentuk kerentanan. Dalam proses analisis ini secara konsep dan proses sama seperti analisis penilaian kerentanan
Kawasan Hutan Lindung.
Berdasarkan data yang didapat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir RTRWP Kota Semarang Tahun 2009-2028 diketahui bahwa pada Wilayah
Pesisir Kota Semarang terdapat beberapa sebaran Kawasan Hutan Mangrove. Adapun Sebaran tersebut terjabar dalam Tabel IV.30 sebagai berikut ini.
TABEL IV.30 SEBARAN DAN LUASAN MANGROVE DI PESISIR
KOTA SEMARANG TAHUN 2007
Kelurahan Luas Ha
Tambakrejo 3,87 Terboyo Kulon
16,93 Terboyo Wetan
3,51 Trimulyo 7,32
Tambakharjo 13,29 Tawangsari 0,01
Tanjung Emas 1,24
Jerakah 0,08 Karang Anyar
8,65 Mangkang Kulon
1,54 Mangkang Wetan
4,77 Mangunharjo 7,22
Randugarut 8,02 Tugurejo 17,08
Total 93,53
Sumber : RTRWP Kota Semarang, 2008
158 Secara umum dari hasil survei ekosistem mangrove di kawasan pesisir Kota
Semarang sudah mengalami degradasi, kerusakan tersebut sejalan dengan perkembangan kota yakni pembukaan lahan di wilayah pesisir untuk budidaya
tambak intensif, untuk kawasan permukiman, kawasan industri dan kawasan pelabuhan. Berdasarkan kondisi tersebut disimpulkan secara umum kerusakan
ekosistem mangrove di kawasan pesisir Kota Semarang sudah mencapai 90 dan dalam kategori rusak berattutupan lahan di bawah 25 RTRWP Kota Semarang,
2008. Atas dasar data yang ada dalam RTRWP Kota Semarang, maka dapat
disimpulkan bahwa kerentanan Kawasan Mangrove di Wilayah Pesisir Kota Semarang tergolong kerentanan rendah dengan nilai kerentanan 1. Untuk
memperjelas kondisi kerentanan tersebut, maka dapat dilihat pada Gambar 4.21.
4.2.4.3. Analisis Tutupan Terumbu Karang