150 Untuk memperjelas kerentanan kelembagaan dan kekerabatan penanggulangan
bencana tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.17.
4.2.3.7. Analisis Sikap penduduk terhadap terjadinya bencana
Pada analisis ini merupakan penilaian kerentanan sikap penduduk terhadap terjadi bencana tergenangnya beberapa kawasan akibat kenaikan air laut di
Wilayah Pesisir Kota Semarang pada Tahun 2029. Konsep dan proses analisis yang digunakan dalam hal ini serupa dengan proses yang dilakukan pada analisis
kerentanan pemahaman masyarakat dan kelembagaan dan kekerabatan penanggulangan bencana. Pada analisis ini juga didasarkan pada survei primer
berupa wawancara yang telah dilakukan. Berdasarkan data wawancara yang telah dilakukan dan juga dasar klasifikasi
kerentanan sikap penduduk terhadap terjadi bencana maka diketahui bahwa tingkat kerentanan tersebut pada tiap-tiap kelurahan dapat dijabarkan dalam Tabel
IV.29.
TABEL IV.29 PENILAIAN KERENTANAN SIKAP PENDUDUK TERHADAP
TERJADINYA BENCANA DI WILAYAH RAWAN GENANGAN AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT TAHUN 2029
Kelurahan Sikap penduduk Bobot
Skor Kerentanan Nilai
Mangkang Kulon menetap
1 2
Tinggi 2
Mangunharjo menetap 1
2 Tinggi 2
Mangkang Wetan menetap
1 2
Tinggi 2
Randu Garut menetap
1 2
Tinggi 2
Karang Anyar menetap
1 2
Tinggi 2
Tugu Rejo menetap
1 2
Tinggi 2
Jerakah menetap 1 2
Tinggi 2
Tanjung Mas menetap
1 2
Tinggi 2
Bandarharjo menetap 1
2 Tinggi 2
Panggung Lor pindah
1 Rendah
Tawang Sari menetap
1 2
Tinggi 2
Tambakharjo menetap 1
2 Tinggi 2
Terboyo Kulon menetap
1 2
Tinggi 2
Terboyo Wetan menetap
1 2
Tinggi 2
Trimulyo menetap 1 2
Tinggi 2
151
Kelurahan Sikap penduduk Bobot
Skor Kerentanan Nilai
Tambakrejo menetap 1
2 Tinggi 2
Sumber : Hasil analisis, 2009
Berdasarkan penilaian kerentanan tersebut diketahui bahwa keberadaan sikap penduduk terhadap terjadinya bencana di Wilayah Pesisir Kota Semarang rata-rata
pada kategori kerentanan tinggi. Hal ini terjadi karena sikap penduduk yang cenderung bertahanmenetap pada tempat tinggal mereka jika bencana ini benar-
benar terjadi. Mereka memilih menetap karena beberapa alasan yakni bahwa tempat tinggal mereka merupakan tempat kelahiran mereka yang perlu dijaga
keberlanjutannya. Alasan lain yakni bahwa aset tempat tinggal mereka merupakan aset satu-satunya yang dapat dijadikan tempat tinggalnya.
Hal ini juga terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat yang tergolong rendah sehingga kemampuan mereka untuk memiliki aset-aset lahan untuk tempat
tinggal juga tergolong rendah. Selain itu pula alasan lahan pekerjaan merupakan alasan mereka memilih menetap di wilayah rawan genangan tersebut. Masyarakat
lokal berfikir bahwa mata pencaharian mereka berada di sekitar wilayah tersebut sehingga mereka riskan untuk meninggalkan tempat tinggalnya karena juga takut
kehilangan pekerjaannya. Rata-rata mata pencaharian penduduk di wilayah tergenang tersebut yakni nelayan, buruh industri maupun buruh tambak Survei
primer, 2009. Melihat kondisi ini tentunya menyebabkan kerentanan tinggi pada kelurahan-kelurahan tersebut.
Sedangkan 1 kelurahan yang memiliki kerentanan rendah yakni berada di Kelurahan Panggung Lor. Hal ini karena masyarakat lokalnya memilih berpindah
tempat tinggal jika bencana ini terjadi. Pada Kelurahan Panggung Lor pada saat ini pula sudah banyak masyarakat yang berpindah dari lokasi-lokasi permukiman
di kelurahan tersebut. Kondisi pada saat ini, beberapa kawasan di kelurahan tersebut sering tergenang rob maupun banjir.
152
GAMBAR 4.15 PETA KERENTANAN PENDUDUK WANITA AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR
KOTA SEMARANG TAHUN 2029
153
154
GAMBAR 4.16 PETA KERENTANAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA AKIBAT
KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029
153
154
GAMBAR 4.17 PETA KERENTANAN KEKERABATAN PENANGGULANGAN BENCANA AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT DI
WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029
155 Di sisi lain masyarakat di Kelurahan Panggung Lor banyak yang tergolong
ekonomi menengah ke atas yang rata-rata tinggal di kawasan permukiman elite seperti Perumahan Tanjung Mas. Namun kondisi sekarang, di wilayah perumahan
tersebut terjadi genangan rob maupun banjir sehingga masyarakat tersebut memilih untuk berpindah tempat tinggal ke arah Semarang bagian selatan. Hal ini
juga didasari bahwa mereka memiliki kemampuan finansial dan aset-aset berharga untuk berpindah tempat tinggal Survei primer, 2009. Untuk memperjelas
kerentanan sikap masyarakat ini juga dapat dilihat pada Gambar 4.18.
4.2.4. Analisis Kerentanan Lingkungan