Ruang Lingkup Substansial Ruang Lingkup Penelitian

pengkajian hal ini, diharapkan dapat diketahui kondisi kerentanan wilayah terhadap bencana perubahan iklim serta alternatif strategi dalam mengatasi kerentanan bencana tersebut.

1.3.2. Sasaran

Untuk mendukung tujuan dari penelitian ini maka dirumuskan beberapa sasaran yang perlu dilakukan dalam penelitian ini. Adapun sasaran yang dapat diambil yakni: • Mengidentifikasi karakteristik fisik alam, fisik buatan kondisi sarana prasarana dan kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir Kota Semarang • Mengidentifikasi kerawanan bencana akibat perubahan iklim di wilayah pesisir Kota Semarang • Menganalisis kerentanan bencana akibat perubahan iklim di wilayah pesisir Kota Semarang • Menentukan kategori kerentanan bencana di wilayah pesisir Kota Semarang • Memberikan arahan dan rekomendasi dalam pengembangan wilayah pesisir Kota Semarang berdasarkan kondisi kerentanan tersebut.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam studi ini dibedakan menjadi dua yaitu ruang lingkup substansial yang berisi mengenai materi-materi yang akan dibahas dalam studi ini, serta ruang lingkup wilayah yang menjelaskan batasan wilayah studi yang menjadi obyek penelitian.

1.4.1. Ruang Lingkup Substansial

Ruang lingkup ini secara umum terkait dengan lingkup materi yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun pada pembahasan ini, lingkup subtansial dalam penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yakni: • Kerentanan yakni dampak terjadinya bencana berupa jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang terdiri dari hancurnya permukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang yang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber daya alam lainnya Diposaptono, 2005. Pada saat ini, penataan ruang kota sudah harus memperhatikan aspek mitigasi bencana seperti yang diamanatkan Undang-undang Penanggulangan bencana UU No.24 Tahun 2007. Sesuai dengan kenyataan hal tersebut, maka wilayah pesisir perkotaan juga harus diperhatikan dalam penataannya. Kondisi saat ini wilayah pesisir perkotaan memiliki kerawanan bencana kenaikan permukaan air laut yang dapat meredam beberapa kawasannya akibat terjadinya perubahan iklim. Dengan memperhatikan faktor kerawanan bencana tersebut, tentunya penilaian kerentanan wilayah pesisir perkotaan sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan kota. • Proses penilaian kerentanan wilayah pesisir perkotaan harus mengacu pada substansi yang tertuang dalam ketentuan penataan ruang, penanggulangan bencana, pengelolaan wilayah pesisir maupun teorikonsep best practices. Penilaian ini juga harus mengacu pada multi aspek karena kerentanan merupakan kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat tersebut mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak tertentu Diposaptono, 2008. Berdasarkan definisi tersebut maka substansi materi juga harus mengacu pada hal-hal tersebut. Variabel-variabel yang digunakan harus aplikatif sesuai dengan dengan ketentuan penataan wilayah pesisir yang berbasis pada mitigasi bencana. Secara konseptual penilaian kerentanan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. • Perubahan iklim merupakan perubahan unsur-unsur iklim suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya secara global terhadap keadaan normalnya. Pada perubahan iklim ini terkait dengan pemanasan global yakni indikasi naiknya suhu muka bumi secara global meluas dalam radius ribuan kilometer terhadap normalrata-rata catatan pada kurun waktu standar ukuran Badan Meteorologi DuniaWMO: minimal 30 tahun United Nations Framework Convention on Climate Change, 2007. Salah satu dampak dari perubahan iklim yakni terjadinya kenaikan permukaan air laut yang menyebabkan kerentanan bencana di Wilayah Pesisir Kota Semarang. Sumber : Hasil Analisis, 2009 GAMBAR 1.1 PENYUSUNAN KONSEP KERENTANAN WILAYAH PESISIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM • Pada penelitian ini pembatasan jangka waktu prediksi yakni 20 tahun ke depan Tahun 2029. Hal ini karena penelitian tersebut didasari pada data-data sekunder yang telah ada bahwa terdapat prediksi 20 tahun mendatang, kerawanan kenaikan permukaan air laut sebesar 16 cm yang akan mengancam lahan seluas 2672,2 Ha di wilayah pesisir Kota Semarang Diposaptono, 2009. • Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Khusus pada variabel pemahaman masyarakat terhadap bencana perubahan iklim, variabel kekerabatan masyarakat dalam menghadapi bencana perubahan iklim dan variabel sikap masyarakat terhadap terjadinya bencana perubahan iklim murni menggunakan data-data primer melalui wawancara. Proses wawancara dilakukan terhadap stakeholder kecamatankelurahan dan beberapa masyarakat lokal dengan pertimbangan bahwa sudah dapat merepresentasikan penilaian terhadap variabel-variabel tersebut. Kondisi ini dilakukan karena ruang lingkup wilayah studi yang luas dan dianggap sebagai keterbatasan penelitian ini. ELEMEN KERENTANAN BENCANA BERDASAR KONSEP PRAKTIS ELEMEN KERENTANAN BENCANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ELEMEN KERENTANAN BENCANA BERDASARKAN PENANGGULANGAN BENCANA ELEMEN KERENTANAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PENATAAN RUANG VARIABEL KERENTANAN DALAM PENELITIAN KERENTANAN FISIK KERENTANAN SOSIAL EKONOMI KERENTANAN SOSIAL KEPENDUDUKAN KERENTANAN LINGKUNGAN KERENTANAN EKONOMI WILAYAH

1.4.2. Ruang Lingkup Wilayah