Kawasan Terbangun Analisis Kerentanan Fisik

106 hal ini yang menyebabkan tidak terdapat kerentanan prasarana jalan di kelurahan ini. Berdasarkan pada persentase tersebut maka dapat dilakukan skoring berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kerentanan prasarana jalan pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada Tabel IV.4. Sedangkan deliniasi kerentanan prasarana jalan di wilayah pesisir dapat dilihat pada Gambar 4.3. TABEL IV.4 PEMBERIAN SKOR DAN BOBOT KERENTANAN PRASARANA JALAN Kecamatan Kelurahan Persentase Jalan Tergenang Skor Kategori Kerentanan Bobot Nilai Tugu Mangkang Kulon 5,04 1 Rendah 2 2 Mangunharjo 16,97 1 Rendah 2 2 Mangkang Wetan 12,02 1 Rendah 2 2 Randu Garut 1,05 1 Rendah 2 2 Karang Anyar 8,97 1 Rendah 2 2 Tugu Rejo 1,1 1 Rendah 2 2 Jerakah 23,21 1 Rendah 2 2 Semarang Utara Tanjung Mas 35,33 2 Sedang 2 4 Bandarharjo 29,61 1 Rendah 2 2 Panggung Lor 6,12 1 Rendah 2 2 Semarang Barat Tawangsari 13,03 1 Rendah 2 2 Tambakharjo 5,2 1 Rendah 2 2 Genuk Terboyo Kulon 17,8 1 Rendah 2 2 Terboyo Wetan 1 Rendah 2 2 Trimulyo 28,44 1 Rendah 2 2 Gayamsari Tambakrejo 4,99 1 Rendah 2 2 Total 15,75 1 Rendah 2 2 Sumber : Hasil analisis, 2009

4.2.1.2. Kawasan Terbangun

Pada analisis ini merupakan penilaian kerentanan terhadap kawasan terbangun yang ada di wilayah pesisir Kota Semarang yang memiliki kerawanan genangan akibat permukaan air laut. Analisis ini mewakili analisis terhadap berbagai macam bentuk fasilitas yang ada maupun berbagai macam sebaran bangunan yang ada di wilayah rawan genangan akibat kenaikan air laut. 107 GAMBAR 4.3 KERENTANAN JALAN AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029 107 108 Pada analisis ini bentuk analisis keruangannya mengikuti pola sebaran bangunan yang ada namun tidak didasari pada polygon administratif kelurahan yang ada. Untuk memperjelas sebaran kawasan terbangun eksisting yang diprediksi akan tergenang pada tahun 2029 dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berdasarkan modifikasi data RDTRK Kota Semarang Tahun 2010-2030 diketahui bahwa jumlah bangunan yang tergenang yakni sebanyak 2385 unit. Keberadaan bangunan tersebut tersebar di 5 kecamatan pesisir, namun konsentrasi sebaran bangunan tersebut banyak terpusat di Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Semarang Barat. Pada Kecamatan Semarang Utara merupakan kecamatan dengan jumlah bangunan tergenang terbanyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Pada kecamatan ini pula terdapat kelurahan yang memiliki jumlah bangun tergenang terbanyak pula yakni Kelurahan Tanjung Mas. Pada Kelurahan Tanjung Mas tersebut jumlah bangunan yang tergenang terdapat 1038 unit. Jumlah bangunan ini terbanyak dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lainnya karena pada kelurahan ini merupakan kawasan campuran pemukiman, industri, budaya, perdagangan maupun pelabuhan. Dengan adanya berbagai jenis kawasan tersebut tentunya akan terdapat banyak bangunan pada kelurahan tersebut. Sedangkan kelurahan yang tidak memiliki kerentanan bangunan berdasarkan data bangunan eksisting pada RDTRK Kota Semarang Tahun 2010-2030 yakni terdapat di Kelurahan Terboyo Wetan dan Kelurahan Tambakrejo. Pada Kelurahan Terboyo Wetan merupakan kawasan pertambakan sehingga jarang terdapat bangunan permanen. Sedangkan pada Kelurahan Tambakrejo, wilayah tergenang yang ada hanya sekitar 3,75 Ha dan keberadaannya saat ini masih berada tegalanlahan terbuka. Untuk memperjelas jumlah bangunan tergenang pada wilayah rawan tersebut dapat dilihat pada Tabel IV.5. TABEL IV.5 JUMLAH BANGUNAN TERGENANG DI WILAYAH RAWAN GENANGAN AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT TAHUN 2029 Kecamatan Kelurahan Jumlah Bangunan unit Tugu Mangkang Kulon 157 Mangunharjo 240 109 Kecamatan Kelurahan Jumlah Bangunan unit Mangkang Wetan 373 Randu Garut 96 Karang Anyar 79 Tugu Rejo 77 Jerakah 10 Total 1032 Semarang Utara Tanjung Mas 1038 Bandarharjo 50 Panggung Lor 28 Total 1116 Semarang Barat Tawangsari 123 Tambakharjo 49 Total 172 Genuk Terboyo Kulon 13 Terboyo Wetan Trimulyo 52 Total 65 Gayamsari Tambakrejo Total Total Bangunan Tergenang 2385 Sumber : Hasil analisis, 2009 Berdasarkan pada kondisi eksisting sebaran bangunan tersebut, maka dapat dinilai tingkat kerentanan di wilayah pesisir Kota Semarang dengan dasar justifikasi skor dan bobot yang telah ditentukan dalam metodologi studi ini. Pada penilaian kerentanan ini didasarkan pada luasan kawasan terbangun yang tergenang. Adapun langkah yang dilakukan berupa membentuk deliniasi kawasan tergenang berdasarkan pada sebaran bangunan eksisting. Berdasarkan data sebaran bangunan yang ada tersebut maka analisis berdasarkan keruangan sebaran bangunan tersebut. Bangunan-bangunan yang ada tersebut dibentuk suatu delianiasi kawasan sehingga akan nampak adanya pemusatan-pemusatan kawasan terbangun di wilayah tergenang tersebut. Adapun dalam proses pembentukan deliniasi kawasan tersebut dilakukan menggunakan alat SIG sehingga nampak blok-blok kawasan terbangun dengan tingkat kerentanan rendah hingga tinggi. Adapun klasifikasi kerentanan tersebut dapat dijabarkan dalam Tabel IV.6. 110 GAMBAR 4.4 PETA EKSISTING SEBARAN KAWASAN TERBANGUN DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG 110 111 TABEL IV.6 PENILAIAN KERENTANAN BANGUNAN DI WILAYAH RAWAN GENANGAN AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT TAHUN 2029 No Luas Kawasan Terbangun Ha Bobot Skor Nilai Kerentanan 1 2532,17 2 1 2 Rendah 2 59,74 2 2 4 Sedang 3 80,30 2 3 6 Tinggi Total 2672,21 Sumber : Hasil analisis, 2009 Kerentanan kawasan terbangun ini pada proses analisis selanjutnya tidak dapat dilihat secara parsial pada masing-masing batasan administratif kelurahan, akan tetapi harus dilihat dalam satu kesatuan kerentanan kawasan terbangun. Hal ini karena tingkat kerentanan yang dilakukan berdasarkan luas areal terbangun secara kumulatif tidak berdasarkan pada wilayah administratif kelurahan dan akan nampak blok-blok kawasan terbangun. Namun untuk mempermudah analisis terhadap kerentanan bangunan pada masing-masing wilayah administratif kelurahan dapat dirinci tiap kerentanan yang ada dipecah berdasarkan poligon- poligon kelurahan. Hal ini ditujukan hanya agar dapat mengetahui sebaran kerentanan yang ada di wilayah tergenang tersebut berdasarkan lingkup administratif kelurahan-kelurahan yang ada pula. Berdasarkan poligon-poligon kelurahan tersebut dapat diketahui tingkat kerentanan pada masing-masing kelurahan. Untuk memperjelas hal tersebut dapat dirinci pada Tabel IV.7. TABEL IV.7 PENILAIAN KERENTANAN KAWASAN TERBANGUN BERDASARKAN WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN No Kelurahan Luasan Ha Bobot Skor Nilai Kerentanan 1 Bandarharjo 1,01 2 3 6 Tinggi 2 Tanjung Mas 79,29 2 3 6 Tinggi 3 Mangkang Kulon 5,08 2 2 4 Sedang 4 Mangkang Wetan 8,59 2 2 4 Sedang 5 Mangunharjo 11,39 2 2 4 Sedang 6 Tanjung Mas 10,38 2 2 4 Sedang 7 Tawang Sari 11,74 2 2 4 Sedang 8 Trimulyo 12,56 2 2 4 Sedang 9 Bandarharjo 109,74 2 1 2 Rendah 10 Jerakah 55,93 2 1 2 Rendah 112 No Kelurahan Luasan Ha Bobot Skor Nilai Kerentanan 11 Karang Anyar 230,10 2 1 2 Rendah 12 Mangkang Kulon 282,37 2 1 2 Rendah 13 Mangkang Wetan 183,64 2 1 2 Rendah 14 Mangunharjo 314,78 2 1 2 Rendah 15 Panggung Lor 45,83 2 1 2 Rendah 16 Randu Garut 291,24 2 1 2 Rendah 17 Tambakharjo 212,28 2 1 2 Rendah 18 Tambakrejo 3,75 2 1 2 Rendah 19 Tanjung Mas 107,63 2 1 2 Rendah 20 Tawang Sari 50,30 2 1 2 Rendah 21 Terboyo Kulon 155,61 2 1 2 Rendah 22 Terboyo Wetan 67,55 2 1 2 Rendah 23 Trimulyo 115,43 2 1 2 Rendah 24 Tugu Rejo 305,98 2 1 2 Rendah Total Wilayah Tergenang 2672,21 Sumber : Hasil analisis, 2009 Berdasarkan pada analisis pembobotan dan skoring tersebut diketahui bahwa kerentanan tinggi berada di Kelurahan Tanjung Mas dan Kelurahan Bandarharjo. Adapun luas areal yang memiliki kerentanan tinggi terbanyak berada di Kelurahan Tanjung Mas dengan seluas 79,29 Ha. Sedangkan untuk kawasan terbangun yang memiliki kerentanan sedang hanya berada di Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Tawang Sari dan Kelurahan Trimulyo. Disamping itu, untuk kerentanan rendah juga berada pada tiap-tiap kelurahan yang ada dan luasan kerentanannya cukup bervariatif. Untuk memperjelas kerentanan ini dapat dilihat Gambar 4.5.

4.2.1.3. Penggunaan Jaringan Listrik