Analisis Alternatif Strategi Penanganan Bencana Banjir dan Rob Akibat

187 Terboyo Kulon, Kelurahan Trimulyo, Kelurahan Bandarharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan. Sedangkan 10 Kelurahan lainnya yang meliputi Kelurahan Panggung Lor, Kelurahan Randu Garut, Kelurahan Tambakharjo, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Tawang Sari, Kelurahan Terboyo Wetan, Kelurahan Tugu Rejo, Kelurahan Jerakah, Kelurahan Karang Anyar dan Kelurahan Mangkang Kulon termasuk pada kategori kerentanan rendah. Kelurahan-kelurahan yang memiliki kerentanan rendah ini tentunya penangananpenentuan strateginya akan lebih mudah daripada kelurahan-kelurahan yang memiliki kerentanan sedang. Temuan-temuan kerentanan ini selanjutnya akan dijadikan dasar pada penentuan strategi dalam penanganan kerentanan bencana kenaikan air laut di Wilayah Pesisir Kota Semarang. Untuk memperjelas hasil kerentanan totalfinal yang ditemukan dapat dilihat dalam Gambar 4.33.

4.3. Analisis Alternatif Strategi Penanganan Bencana Banjir dan Rob Akibat

Perubahan Iklim Analisis ini merupakan alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam mengantisipasi potensi kerentanan bencana akibat kenaikan permukaan air laut pada Tahun 2029. Secara garis besar 3 strategi yang dapat diterapkan dalam mengatasi kerentanan bencana ini yakni strategi protektif, strategi akomodatif dan strategi mundur. Strategi protektif yakni bersifat melawan terhadap kerawanan kenaikan permukaan air laut dengan mengupayakan teknologi struktur penahan air laut. Strategi akomodatif yakni bersifat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi akibat bencana tersebut dengan tetap berupaya menggunakan kawasan- kawasan yang ada. Sedangkan strategi mundur yakni berupaya untuk tidak menentang bencana tersebut dengan cara pindah dari kawasan yang akan terendam akibat kenaikan permukaan air laut tersebut. Penentuan strategi juga harus mengacu kepada 4 hal yakni manajemen perencanaan kawasan pantai harus memperhitungkan faktor kenaikan permukaan laut, identifikasi daerah-daerah rawan terhadap kenaikan permukaan laut, pengembangan pantai tidak meningkatkan kerentanan terhadap kenaikan permukaan laut dan kesiapsiagaan dan mekanisme respons terhadap kenaikan 188 permukaan laut International Panel on Climate Change dalam Manurung, 2008. Intisari dari keempat hal tersebut dalam studi ini telah tertuang dalam analisis kerentanan. Berdasarkan pada hal tersebut diatas penentuan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi potensi bencana kenaikan air laut di Kota Semarang didasarkan pada hasil analisis kerentanan yang ada. Dengan mengacu hasil kerentanan tersebut secara garis besar strategi yang dapat digunakan yakni strategi mundurretreat dan strategi akomodatif. Hal ini karena hasil analisis kerentanan Wilayah Pesisir Kota Semarang tergolong pada tingkatan rendah hingga sedang. Tingkatan kerentanan rendah dan sedang tersebut tersebar di berbagai kelurahan sehingga tiap kelurahan akan memiliki alternatif strategi berdasarkan tingkat kerentanan yang ada di wilayahnya. Selain itu pula untuk memperjelas penerapan strategi akomodatif di wilayah studi maka perlu dijabarkan alternatif strategi yang disesuaikan dengan tingkat kerentanannya. Berdasarkan pada hasil kerentanan, survei primer dan kajian penentuan strategi kenaikan air laut Diposaptono 2009 maka dapat dijabarkan alternatif strategi untuk mengantisipasi potensi kenaikan air laut yang akan mengenangi Wilayah Pesisir Kota Semarang. Adapun alternatif strategi-strategi tersebut dirinci dalam Tabel IV.42 sebagai berikut. TABEL IV.42 STRATEGI DALAM MENGATASI POTENSI BENCANA KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029 Kerentanan Alternatif Strategi Sifat Adaptasi Waktu Adaptasi Alami Masya- rakat Aksi Strategis Pemerin -tah Bertahap Proaktif Rendah Meliputi: • Kelurahan Jerakah • Kelurahan Karang Anyar Memberikan kebijakan tidak ada pembangunan fisik 9 9 Penarikan Subsidi dan Penerapan Pajak tinggi bagi pembangunan 9 9 189 Kerentanan Alternatif Strategi Sifat Adaptasi Waktu Adaptasi Alami Masya- rakat Aksi Strategis Pemerin -tah Bertahap Proaktif • Kelurahan Mangkang Kulon • Kelurahan Mangunharjo • Kelurahan Panggung Lor • Kelurahan Randu Garut • Kelurahan Tambakharjo • Kelurahan Tambakrejo • Kelurahan Tawang Sari • Kelurahan Terboyo Kulon • Kelurahan Terboyo Wetan • Kelurahan Trimulyo • Kelurahan Tugu Rejo fisik dan masyarakat Meningkatkan atau menetapkan kawasan mundurpindah 9 9 9 Memberikan kemudahan perizinan bagi investormasya- rakat yang akan dan telah meninggikan lahan skala kawasan reklamasi secara swadaya dan memberikan gambaran kerentanan yang ada. 9 9 Memindahkan bangunan- bangunan dan penduduk terancam 9 9 9 Memperkirakan pergerakan kenaikan air laut 9 9 Mengatur realignment garis pantai 9 9 Menciptakan penyanggajalur hijau di kawasan upland. 9 9 9 Konversi fungsi lahan tergenang menjadi kawasan pertambakan, hutan mangrove dan kawasan wisata 9 9 9 190 Kerentanan Alternatif Strategi Sifat Adaptasi Waktu Adaptasi Alami Masya- rakat Aksi Strategis Pemerin -tah Bertahap Proaktif Sedang Meliputi: • Kelurahan Bandarharjo • Kelurahan Mangkang Wetan • Kelurahan Tanjung Mas Perubahan tata guna lahan dan Pemanfaatan ruang x memperluas jalur hijaukonservasi x Meningkatkan sistem drainasekanali- sasi x Peninggian Kawasan x Modifikasi bangunan dapat berupa rumah panggung x Pembangunan seawall tanggul rivertment 9 9 9 Perencanaan dan penyediaan jalur evakuasi dan emergensi 9 9 Meningkatkan kelembagaan siaga bencana 9 9 9 Pengaturan dan regulasi yang ketat dalam pembangunan kawasan 9 9 Memberikan kemudahan perizinan bagi investormasyara- kat yang meninggikan kawasanlahan reklamasi secara swadaya 9 9 Memperkirakan pergerakan kenaikan air laut 9 9 Sumber: Hasil Analisis, 2009 dan Modifikasi Subandono, 2009 191 GAMBAR 4.33 PETA KERENTANAN TOTAL AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029 19 1 Pada Tabel IV.42 dijelaskan alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk menangani potensi kerawanan bencana kenaikan air laut pada tiap-tiap kelurahan sesuai dengan kondisi kerentanannya. Pada tabel tersebut alternatif strategi di tiap kelurahan sesuaikan dengan kerentanan yang dominan pada wilayahnya. Namun mengingat beberapa kelurahan-kelurahan memiliki kerentanan rendah maupun kerentanan sedang maka alternatif strategi yang dilakukan dikombinasikan sesuai dengan kondisi masing-masing kerentanannya. Sebagai contoh Kelurahan Mangkang Wetan yang memiliki kerentanan sedang dan kerentanan rendah maka alternatif strateginya juga disesuaikan dengan masing-masing kerentanannya. Sedangkan secara garis besar strategi-strategi yang telah dijabarkan terbagi menjadi 2 strategi utama yakni strategi akomodatif untuk penanganan kawasan kerentanan sedang dan strategi mundurretreat untuk penanganan kawasan kerentanan rendah. Namun dalam pengembangan strategi tersebut juga terjadi kombinasi antara strategi mundurretreat dan strategi akomodatif untuk mengatasi kerentanan rendah serta adanya kombinasi antara strategi akomodatif dan strategi protektif dalam mengatasi kerentanan sedang. Salah satu contoh kombinasi antara strategi mundurretreat dan strategi akomodatif yakni pemberian kemudahan perizinan bagi investormasyarakat yang akan dan telah meninggikan lahan skala kawasan reklamasi secara swadaya. Pada strategi mundurretreat murni kebijakan tersebut tentu saja tidak diperbolehkan. Kebijakan tersebut merupakan salah satu bentuk penyesuaian bagi masyarakatinvestor yang akan bertahan di wilayah rawan tersebut. Kebijakan ini boleh dilakukan jika peninggian lahannya skala kawasan dan bukan bangunan- bangunan individual. Sedangkan contoh kombinasi antara strategi akomodatif dan strategi protektif yakni pembangunan seawalltanggulrivertment. Pembangunan sarana tersebut merupakan salah satu bentuk strategi protektif. Namun dalam pembangunannya harus disertai dengan peninggian kawasan supaya terjadi kombinasi dari kedua strategi tersebut. Untuk lebih memperjelas zonasi kawasan dalam penerapan dari strategi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.34. 193 GAMBAR 4.34 PETA PERWILAYAHAN STRATEGI DALAM MENGATASI POTENSI BENCANA KENAIKAN AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2029 193

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang didapat setelah melakukan proses analisis dari penelitian ini. Pada bagian ini juga berisi rekomendasi dalam menanggulangi kerentanan Wilayah Pesisir Kota Semarang terhadap perubahan iklim terutamanya akibat bencana kenaikan permukaan air laut. Selain itu terdapat pula arahan studi lanjutan yang dapat dilakukan untuk mendetailkan hasil penelitian ini. Penjabaran dari masing-masing hal tersebut adalah sebagai berikut ini. 6.2

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dijabarkan dalam Bab IV dapat disimpulkan beberapa hal yakni: • Tingkat kerentanan Wilayah Pesisir Kota Semarang akibat kenaikan permukaan air laut terkategori dalam kerentanan rendah hingga sedang dan tidak ditemukan kerentanan tinggi. Total luas kawasan berpotensi tergenang pada Tahun 2029 yakni seluas 2672,21 Ha yang berada di 16 kelurahan pesisir dan sebagian besar luasannya termasuk dalam kategori kerentanan rendah. Kerentanan rendah berada di kawasan seluas 2241,20 Ha sedangkan kawasan yang memiliki kerentanan sedang seluas 431,02 Ha. • Kerentanan sedang terjadi pada 6 kelurahan pesisir yakni Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan Terboyo Kulon, Kelurahan Trimulyo. Kerentanan Sedang tertinggi berada di Kelurahan Tanjung Mas dengan luas kawasan seluas 197,31 Ha atau keseluruhan dari luas wilayah kelurahan tersebut. • Kerentanan rendah terjadi pada 15 kelurahan pesisir yang meliputi Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Terboyo Kulon, Kelurahan Trimulyo, Kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Panggung Lor, 194