148 baik oleh kenaikan air laut yang menyebabkan banjir maupun rob. Hal ini mereka
anggap biasa terjadi di wilayah mereka. Selain itu pula mereka juga mengetahui bahwa beberapa bagian Wilayah Pesisir Kota Semarang saat ini sudah ada yang
hilang akibat kenaikan air maupun penurunan permukaan tanah. Rata-rata kawasan yang hilang tersebut yakni kawasan pertambakan yang berada di
Kecamatan Tugu dan Kecamatan Genuk Survei Primer, 2009. Untuk memperjelas kerentanan pemahaman masyarakat terhadap bencana tersebut dapat
dilihat pada Gambar 4.16.
4.2.3.6. Analisis Kekerabatan Penduduk dalam Penanggulangan Bencana
Pada analisis ini merupakan penilaian kerentanan kekerabatan penduduk dalam penanggulangan bencana tergenangnya beberapa kawasan akibat kenaikan
air laut di Wilayah Pesisir Kota Semarang pada Tahun 2029. Secara umum konsep dan proses pada analisis ini sama dengan proses yang dilakukan pada analisis
kerentanan pemahaman masyarakat. Pada analisis ini juga didasarkan pada survei primer berupa wawancara yang telah dilakukan. Berdasarkan data wawancara
yang didapat maka ditentukan tingkat kerentanannya yang dijabarkan dalam Tabel IV.28.
TABEL IV.28 PENILAIAN KERENTANAN KEKERABATAN PENDUDUK DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA DI WILAYAH RAWAN GENANGAN AKIBAT KENAIKAN AIR LAUT TAHUN 2029
Kelurahan Kekerabatan
Penduduk Bobot
Skor Kerentanan
Nilai
Mangkang Kulon
ada 1 Rendah
Mangunharjo ada 1
Rendah 0 Mangkang
Wetan ada 1
Rendah Randu Garut
ada 1
Rendah Karang
Anyar ada 1
Rendah Tugu Rejo
ada 1
Rendah Jerakah ada 1
Rendah Tanjung Mas
ada 1
Rendah
149
Kelurahan Kekerabatan
Penduduk Bobot
Skor Kerentanan
Nilai
Bandarharjo ada 1
Rendah 0 Panggung
Lor belum ada
1 2
Tinggi 2
Tawang Sari belum ada
1 2
Tinggi 2
Tambakharjo ada 1
Rendah 0 Terboyo
Kulon belum ada
1 2
Tinggi 2
Terboyo Wetan
belum ada 1
2 Tinggi
2 Trimulyo belum
ada 1 2
Tinggi 2 Tambakrejo belum
ada 1
2 Tinggi
2
Sumber : Hasil analisis, 2009
Berdasarkan penilaian kerentanan tersebut diketahui bahwa keberadaan kelembagaan dan sistem kekerabatan di Wilayah Pesisir Kota Semarang cukup
bervariasi. Pada kelurahan-kelurahan pesisir tersebut, ada 10 kelurahan yang memiliki kelembagaan dan kekerabatan yang baik dalam upaya penanganan
bencana tersebut. Dengan adanya kelembagaan dan sistem kekerabatan tersebut maka menyebabkan kerentanannya menjadi rendah. Hal ini karena dengan adanya
kondisi tersebut tentu saja upaya penanggulangan bencana akan berjalan lebih baik daripada tidak ada sistem kekerabatan di masyarakatnya. Di sisi lain terdapat
6 kelurahan lainnya belum memiliki sistem kelembagaan yang baik dalam penanggulangan bencana tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan kerentanan
tinggi pada kelurahan-kelurahan tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan diketahui bahwa faktor yang
menyebabkan terbentuknya kelembagaan dan sistem kekerabatan di 10 kelurahan tersebut karena adanya solidaritas yang tinggi di antara wargamasyarakat
lokalnya. Kondisi yang ada, rata-rata terbentuknya hal ini karena masyarakat merasa senasib dan sepenanggulangan. Sistem kekerabatannya berlangsung baik
karena sifat kegotongroyongankebersamaan masyarakat yang tinggi dan terbukti dengan terbentuknya berbagai kelembagaanpaguyuban masyarakat. Berbeda pada
6 kelurahan lainnya yang memiliki kerentanan tinggi karena belum ada sistem kekerabatan yang baik. Hal ini nampak dengan belum munculberkembang
berbagai paguyubankelembagaan masyarakat di 6 kelurahan tersebut Survei Primer, 2009. Hal ini tentunya menyebabkan kerentanan tersebut menjadi tinggi.
150 Untuk memperjelas kerentanan kelembagaan dan kekerabatan penanggulangan
bencana tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.17.
4.2.3.7. Analisis Sikap penduduk terhadap terjadinya bencana