berkurang. Perkembangan ativitas perikanan tersebut berada di wilayah
Kecamatan Tugu dan Kecamatan Genuk. d.
Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan di Wilayah Pesisir Kota Semarang berkembang di wilayah kelurahan Tambakaji dan kelurahan – kelurahan lain yang terdapat di
sepanjang jalan raya Semarang – Kendal. Bahan tambang yang dihasilkan adalah bahan tambang golongan C seperti batu padas.
3.5.3 KomposisiStruktur Penduduk
Konsentrasi penduduk di wilayah pesisir Kota Semarang tergolong tinggi. Hal ini karena wilayah pesisir Kota Semarang juga merupakan kawasan pusat kota
Semarang. Jumlah penduduk pada Kecamatan pesisir pada tahun 2007 secara keseluruhan adalah sebanyak 539.714 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi di
kecamatan pesisir ini yakni di Kecamatan Semarang Barat yaitu sebanyak 158.566 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah adalah pada Kecamatan Tugu,
sebanyak 26.454 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Gayamsari, yaitu sebesar
130 jiwaHa. Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Tugu yaitu 2 jiwaHa. Sedangkan jika dilihat dari
Konsentrasi penyebaran penduduk tertinggi berada pada Kecamatan Semarang Barat yang diikuti oleh Kecamatan Semarang Utara. Keterangan mengenai
kepadatan penduduk di wilayah pesisir Kota Semarang dapat diperjelas pada Tabel III.11.
TABEL III.11 KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN-KECAMATAN
PESISIR KOTA SEMARANG TAHUN 2007
Kecamatan Luas
Ha Jml Pddk
Jiwa Kepadatan
JiwaHa
Genuk 2.738,44 77.196
28 Gayamsari 531,23
68.910 130
Semarang Timur 770,25
82.788 107
Semarang Utara 1.133,27
125.800 111
Semarang Barat 2.386,57
158.566 66
Tugu 15.429,35 26.454
2
TOTAL 22.989,11 539.714
23
Sumber : RTRW Kota Semarang, 2009
97
GAMBAR 3.12 PETA PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG
97
98
BAB IV ANALISIS KERENTANAN BENCANA AKIBAT PERUBAHAN
IKLIM DI WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG
Analisis ini melalui beberapa tahapan analisis yang harus dilakukan secara runtut. Langkah analisis yang dilakukan dimulai dari mengidentifikasi dan
menganalisis jangkauan kerawanan bencana banjir dan rob yang akan terjadi di 20 tahun mendatang dan kemudian dilihat kerentanan-kerentanan pada masing-
masing sektor. Kerentanan pada masing-masing sektor tersebut nantinya akan dianalisis pula secara komprehensif dangan mengacu pada beberapa ketentuan
klasifikasi yang telah ditentukan. Setelah didefinisikan dan dijabarkan tingkat kerentanan bencana tersebut kemudian dilakukan analisis strategi untuk
menangani potensi terjadinya bencana alam tersebut. Adapun penjabaran dari tiap tahapan analisis dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
4.1. Analisis Jangkauan Kerawanan Bencana Banjir dan Rob Akibat
Perubahan Iklim
Analisis ini merupakan upaya untuk mengindentifikasi dan menganalisis ruang yang diprediksi akan tergenang banjir dan rob akibat adanya kenaikan
permukaan air laut di tahun 2029 20 tahun mendatang. Wilayah genangan tersebut tentunya akan menenggelamkan berbagai aset yang ada di atas lahan. Hal
ini tentunya akan membawa kerugian yang cukup besar bagi masyarakat di wilayah tersebut.
Berdasarkan peta kerawanan
Diposaptono 2009, diketahui a
danya prediksi bahwa wilayah pesisir Kota Semarang yang tergenang setelah kenaikan paras
muka air laut dalam 20 tahun mendatang sebesar 16 cm yakni seluas 2672,2 Ha. Dalam proses analisis ini, dilakukan konversi data peta .jpg menjadi peta
dalam bentuk .shp berbasis SIG dan juga overlay data-data fisik, sosial dan ekonomi sehingga diketahui luasan secara detail beserta aset-aset yang ada di atas
lahan tergenangruang tersebut. Berdasarkan interprestasi data SIG yang ada diketahui bahwa dari 6 Kecamatan Pesisir Kota Semarang hanya 5 kecamatan
98