a Setiap usaha atau kegiatan pembangunan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan masyarakat, perlu
dilakukan pengkajian aspek kesehatan masyarakat. b Aspek kesehatan masyarakat merupakan bagian dalam penyusunan
AMDAL yang perlu dikaji secara mendalam sehingga dampak negatif akibat suatu kegiatan terhadap kesehatan masyarakat dapat ditekan
serendah mungkin dan dikelola dengan baik.
2.3. Limbah Rumah Sakit
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidakbelum memilki nilai
DKSHE IPB, 2008. Karakteristik limbah rumah sakit pada umumnya dicerminkan dari kandungannya yang berupa zat organik, deterjen, beberapa
kandungan kimia organik, mikroorganisme pathogen, klor dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, produksi limbah cair dapat
ditentukan kisarannya per hari. Limbah rumah sakit harus menjadi konsentrasi penuh bagi para pengelola
mengingat dampaknya yang dapat bersifat multiplier. Hal ini dapat ditunjukkan kondisi pengelolaan limbah yang buruk seperti pembuangan limbah medis misal:
jarum suntik, botol infus, dan lain-lain di TPA dapat membawa dampak negatif bagi masyarakat sekitar TPA, pemulung, pekerja daur ulang dan bahkan ketika
sampah tersebut mengenai kucing dan anjing dimana binatang tersebut dapat menggigit manusia dan menularkan toksik yang ada di dalamnya. Maka dari itu,
diperlukan pemaparan yang jelas mengenai limbah rumah sakit. Jenis-jenis limbah yang dihasilkan rumah sakit antara lain :
1. Limbah padat a Sampah domestik dapur, pengunjung, kantor, daun-daun,
b Sampah medik. 2. Limbah cair yang berasal dari buangan :
a Dapur, b Laundry,
c Laboratorium, d Radiologi,
e Rembesan tangki septic tank dari asrama, poliklinik rawat jalan dan rawat inap.
Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengelolaan limbah cair adalah perilaku pembuangan limbah di peralatan saniter
oleh petugas, pasien, pengunjung dan penunggu pasien. Selain itu, dana pembangunan unit pengolahan juga perlu diperhatikan agar efisien baik secara
biaya maupun dalam upaya meminimisasi limbah. Fasilitas dari unit pengolahan juga perlu diperhatikan, misalnya fungsi pompa, blower ataupun filter. Tenaga
kerja yang ditugasi untuk menangani limbah cair harus sudah mendapat pelatihan dan memakai alat pelindung diri dengan benar.
Salah satu dampak dari limbah rumah sakit adalah pencemaran udara. Menurut Depkes RI 1996, pencemaran udara berasal dari :
a Debu dari pembakaran insinerator, b Uap asam dari laboratorium,
c Uap air dari steam boiler, d Asam dan karbon sisa pembakaran sampah,
e Pengoperasian genset, boiler dan alat masak dapur. Berdasarkan sumbernya, limbah dapat dibedakan menjadi :
a Ruang rawat jalan poliklinik, pengunjung dan karyawan, b Ruang rawat inap ruang perawatan, pelayanan khusus seperti UGD,
dan kamar operasi, c Ruang penunjang medis apotek, laboratorium dan radiologi,
d Bangunan umum, perkantoran, kantin dan asrama. Sampah rumah sakit dibagi menjadi infeksius dan non infeksius. Sampah
non infeksius masih dibagi menjadi sampah klinis dan non klinis. Sampah infeksius berupa plastik, jarum suntik, plasenta, organ tubuh dan limbah klinik
lainnya seperti: perban, pembalut wanita, kapas, sampah laboratorium klinik. Sampah tersebut dikumpulkan di kantong plastik berwarna khusus, kemudian
dibakar di insinerator. Sampah berupa jarum suntik dan benda-benda tajam lainnya sebaiknya dikumpulkan dalam kotak karton agar tidak melukai petugas
kebersihan dan selanjutnya dibakar dalam insinerator. Perbedaan penanganan yang mendasar antara sampah infeksius dan non infeksius adalah waktu
pemusnahannya. Sampah non infeksius dimusnahkan secara berkala ke dalam tempat penampungan sementara. Sedangkan sampah infeksius, sampahnya
langsung diantar ke insinerator. Abu hasil pembakaran akan dikirim ke tempat penampungan sementara dan selanjutnya diangkut ke tempat penampungan akhir
limbah di luar rumah sakit bersama sampah non infeksius. Limbah klinis dapat dibedakan menjadi limbah benda tajam, limbah
infeksius, limbah sitotoksik, limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif dan limbah plastik. Limbah klinis dapat menimbulkan bahaya, baik dalam kadar
rendah maupun tinggi. Masing-masing jenis limbah memiliki karakteristik dan potensi bahaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang
tepat pada masing-masing kelompok limbah. Pembagian jenis limbah klinis beserta cara penanganannya dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pengelompokkan Limbah Klinis dengan Potensi Bahaya dan Cara Penanganan
Jenis Limbah Potensi Bahaya dan Cara Penanganan
Limbah benda Dapat memotong atau menusuk kulit, cedera akibat sobekan
atau
tajam tusukan,dan infeksi. Penanganannya dengan menempatkan
limbah ke dalam kontainer benda tajam.
Limbah Bahaya infeksi yang akan meningkat apabila limbah tersebut
infeksius diinapkan maka harus cepat dimusnahkan misal: dengan
insinerator. Limbah
sitotoksik Menyebabkan kontaminasi. Jika terjadi tumpahan perlu
dibersihkan dihapus dengan segera dan dimusnahkan menggunakan insinerator.
Limbah farmasi Dapat menyebabkan keracunan konsumsi dari obat
kadaluarsa. Penanganannya dengan memasukkan ke dalam wadah
kontainer yang kuat dan bila dimungkinkan, hendaknya dibakar
dengan insinerator.
Limbah kimia Menimbulkan efek kimia misal : korosi, ledakan.
Penanganan dengan dibuang bersama limbah umum limbah tidak
berbahaya, reklamasi dan daur ulang limbah berbahaya.
Limbah radioaktif
Dapat menyebabkan radiasi. Penanganan harus memenuhi standar
BATAN. Limbah plastik
Pembakarannya dapat menghasilkan emisi udara yang
berbahaya pencemaran udara. Penanganannya dengan pemisahan dan
daur ulang.
Sumber : Depkes, 1991
2.4. Strategi Pengelolaan Limbah