rumah sakit. Seringkali rumah sakit belum memiliki sistem limbah perkotaan dengan pertimbangan faktor-faktor efektivitas, kebutuhan lahan, biaya investasi,
tingkat mekanisasi, biaya operasi dan pemeliharaan, serta energi listrik yang dibutuhkan. Namun untuk keamanan lingkungan, karyawan dan pasiennya, rumah
sakit tersebut harus membangun dan memiliki sistem pengolahan air limbah. 12. Pelatihan
Program pelatihan meliputi latihan dasar tentang prosedur penanganan limbah untuk semua tenaga kerja yang menangani limbah. Program pelatihan
hendaknya ditinjau secara periodik dan diperbaharui bila perlu penerangan pokok dalam pelatihan antara lain mengenai biaya limbah klinis dan sejenisnya, prosedur
aman untuk menangani limbah, tindakan yang diperlukan bila terjadi kecelakaan termasuk cara pelaporan kepada supervisor. Rumah sakit harus menunjuk seorang
pejabat yang bertanggungjawab atas sistem pembuangan limbah secara efisien dan memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja.
2.5. Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang
terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang
ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai
mengandung zat medis Suparmin, et.al. 2002. Menurut Depkes 1993 sistem pengolahan limbah cair yang sudah
berjalan adalah:
1. Tangki septik. Tangki ini digunakan untuk menampung limbah cair dari kamar mandi,
kakus, ruang bersalin dan ruang perawatan. Limbah cair ini ditampung untuk mendapatkan pengolahanpembersihan yang lebih baik.
2. Sistem biologi aerobik. Sistem ini menggunakan udara yang berfungsi untuk mencerna zat organik
dan zat anorganik. 3. Sistem biologi anaerobik.
Sistem ini berkebalikan dengan proses aerobik. Biasanya proses anaerobik menggunakan penambahan peralatan seperti pompa limbah dan anaerobik
filter.
Bioreaktor sebagai Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Instalasi Pengolah Air Limbah IPAL ini bertujuan untuk mengolah air limbah yang mengandung polutan yang mana dinyatakan dalam beban BOD,
COD, TSS dan lain-lainnya. Bioreaktor memiliki 10 komponen, yaitu NSI – Noggerath Automatic Screen, Grit Chamber, Equalisasi, Clarifier, Buffer Tank,
Bioreaktor, Dosing Pump, Polishing Tank, Treated Water Tank dan Sludge Tank yang memiliki fungsi masing-masing. Berikut adalah fungsi dari komponen yang
ada dalam bioreaktor.
NSI – Noggerath Automatic Screen
NSI berfungsi untuk menyaring sampahkotoran yang ikut ke dalam saluran air limbah. Sampah yang tersaring tersebut dikumpulkan, dikeringkan lalu
dikompresi secara otomatis sehingga sampah yang keluar berupa sampah padat
yang kering. Sampah kering tersebut lalu ditampung pada kantong plastik dan kemudian dibakar di dalam insinerator.
Grit Chamber
Berfungsi sebagai bak pengendapan awal, sebelum masuk ke dalam bak equalisasi sebagai proses lanjutan untuk proses peruraian limbah secara areob.
Equalisasi
Bak Equalisasi berfungsi sebagai : -
Penampung fluktuasi debit air limbah yang masuk. -
Penampung macam-macam karakteristik dan sifat air limbah yang berbeda-beda.
Bak equalisasi
berisikan pompa
equalisasi yang
berfungsi memindahmentransfer air limbah ke Clarifier Tank dan Submersible Aerator
yang berfungsi untuk membantu proses aerasi. Pompa equalisasi didesain dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas air limbah yang masuk, maka ada
sebagian air limbah yang disirkulasikan kembali ke dalam Bak Equalisasi.
Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai unit pemisah antara partikel-partikel atau padatan dengan air agar air yang keluar dari Clarifier terpisah antara air dan
padatannya. Padatan yang terkumpul dalam bentuk lumpur akan turun ke dasar Clarifier yang berbentuk kerucut. Clarifier dilengkapi dengan Tube Settler yang
berguna untuk mempercepat proses pembentukan endapan. Clarifier dilengkapi dengan Automatic Sludge Cleaning Systems, dimana lumpur yang terkumpul akan
dialirkan ke Sludge Tank.
Buffer Tank
Buffer Tank berfungsi sebagai bak penampung sementara, untuk selanjutnya dipompa ke dalam Bioreaktor. Buffer Tank berisikan pompa buffer
yang berfungsi memindahkanmentransfer air limbah ke Bioreaktor. Pompa buffer didesain dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas air limbah yang masuk,
maka ada sebagian air limbah yang disirkulasikan kembali ke dalam Buffer Tank.
Bioreaktor
Bioreaktor merupakan sistem pengolah limbah secara aerobik dengan menggunakan sistem Fixed Bed Cascade. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor
dan di dalamnya terdapat elemen fixed bed yang berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya mikroorganisme. Mikroorganisme pembentuk film akan
melekat, tumbuh dan berkembang pada permukaan elemen tersebut. Kemudian dari sisi bawah elemen fixed bed tersebut diaerasi dengan menggunakan blower
untuk menciptakan suasana aerobik. Bioreaktor ditambahkan dengan cairan mikroorganisma saat dioperasikan. Organisme yang ditambahkan adalah jenis
NOGGIES
®
, yang merupakan mikroorgnisma pembentuk film. Mikroorganisme yang dimasukkan dalam reaktor akan tumbuh dalam waktu beberapa hari setelah
ditambahkan makanan tambahan selama limbah belum dimasukkan, kemudian mikroorganisma tersebut akan membentuk lapisan film pada fixed bed sesuai
dengan spesifikasi makanannya.
Dosing Pump
Berfungsi untuk menginjeksikan kaporit setelah bioreaktor, untuk mematikan bakteri-bakteri yang ada.
Pengisian kaporit Konsentrasi
: 3 mgl
Kapasitas : 1000 liter
Calcium hypochloride : 17.5 kg Jadwal pengisian
: 14 hari
Polishing Tank
Berfungsi sebagai bak pengendapan terakhir dan bak khlorinasi sebelum masuk ke Treated Water Tank.
Treated Water Tank
Berfungsi sebagai bak penampung terkahir dan sebagian air didkembalikan ke bireaktor untuk mengurangi busa dengan menggunakan pompa
spayer.
Sludge Tank
Berfungsi untuk menampung lumpur yang terkumpul dari bak Clarifier dan Polishing. Secara periodik, lumpur yang berada di dalamnya harus dibuang SOP
Bioreaktor RS. Telogorejo Semarang, 2001.
2.6. Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas Lingkungan dan Kesehatan