Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas Lingkungan dan Kesehatan Pemanfaatan Limbah

Kapasitas : 1000 liter Calcium hypochloride : 17.5 kg Jadwal pengisian : 14 hari Polishing Tank Berfungsi sebagai bak pengendapan terakhir dan bak khlorinasi sebelum masuk ke Treated Water Tank. Treated Water Tank Berfungsi sebagai bak penampung terkahir dan sebagian air didkembalikan ke bireaktor untuk mengurangi busa dengan menggunakan pompa spayer. Sludge Tank Berfungsi untuk menampung lumpur yang terkumpul dari bak Clarifier dan Polishing. Secara periodik, lumpur yang berada di dalamnya harus dibuang SOP Bioreaktor RS. Telogorejo Semarang, 2001.

2.6. Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas Lingkungan dan Kesehatan

Menurut Depkes 1993, Limbah rumah sakit perlu diolah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir agar tidak mencemari lingkungan. Adapun dampak yang timbul apabila limbah tidak diolah adalah : 1. Mencemari air permukaan, air tanah dan badan-badan air. 2. Mengganggu biota air. 3. Mengganggu estetika. 4. Terjadi pendangkalan pada sungai dan badan air. 5. Menyebabkan penurunan kesehatan dan kehilangan nyawa. 6. Menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat. 7. Mengurangi kesejahteraan masyarakat. Zat-zat yang terdapat dalam limbah dapat menyebabkan dampak negatif bagi kualitas lingkungan. Terdapat tiga kategori polutan limbah yaitu, fisik, kimia dan biologis. Polutan fisik memiliki resiko lingkungan dan kesehatan yang terkait dengan limbah medis. Resiko tersebut dapat berupa pengaruh insenerasi terhadap kesehatan seperti iritasi mata dan saluran pernafasan sampai hujan asam dan juga cedera fisik yang dapat timbul karena tertusuk limbah benda tajam. Polutan kimia kemungkinan dapat bersifat karsinogenik dan cedera fisik seperti terbakar karena terkena bahan kimia yang mudah terbakar. Sedangkan polutan biologis dapat menyebabkan resiko terkena infeksi apabila limbah biologis memiliki dosis agen infeksi yang tinggi dan limbah. Resiko ini dapat terjadi pada pemulung dan anak- anak yang ada di sekitar tempat pembuangan. Pada dasarnya, adanya limbah dapat memberi resiko dampak bagi semua orang yang ada di sekelilingnya termasuk pengunjung, masyarakat, pekerja kesehatan dan pemulung Aqarwal, 2005.

2.7. Upaya Meminimisasi Limbah

Pengolahan limbah merupakan salah satu upaya untuk meminimisasi limbah baik dalam mengurangi jumlah, konsentrasi atau bahaya limbah, pasca produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau secara hayati. Minimisasi limbah meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya dan upaya pemanfaatan limbah. Menurut Soemantojo dalam Djunaedi, 2007, terdapat beberapa cara dalam meminimisasi limbah, yaitu : 1. Reduksi pada sumbernya source reduction dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan modifikasi bahan, operasi misalnya housekeeping, segregasi limbah, preventive maintenance, pengaturan kondisi operasi dan proses pengolahan, modifikasi proses dan perubahan produk. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah Hananto, 1999 : a Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. b Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. c Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaanpenggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. d Pengelolaan bahan material inventory, adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. e Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasianpenggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. f Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya. 2. Re-use atau penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan jalan menggunakan kembali untuk keperluan yang sama atau fungsinya sama tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk. Contohnya, botol infus dapat digunakan kembali sebagai botol infus. 3. Daur ulang atau re-cycle adalah pemanfaatan kembali limbah melalui pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk lain. Contohnya, besi bekas dapat digunakan kembali untuk membuat barang berbahan besi. 4. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan jalan memprosesnya guna memperoleh kembali salah satu komponen yang terkandung di dalamnya. Contohnya, pengambilan logam perak dari limbah. 5. Pemanfaatan kembali ataupun daur ulang limbah rumah sakit harus menggunakan teknologi yang benar-benar tepat. Apabila tidak, dapat dipastikan, kuman atau bibit penyakit yang menempel dan bersarang akan tetap hidup, yang selanjutnya menularkan kepada penggunanya. Apabila pengguna ini misal : anak-anak terkontaminasi lalu terjangkit penyakit HIV atau hepatitis melalui limbah medis, dalam puluhan tahun diasumsikan kualitas SDM remaja Indonesia menurun, belum lagi pengobatannya yang mahal. Bibit penyakit berupa kuman, virus HIV, dan virus hepatitis bila strain ganas bukan lagi menyebabkan kualitas SDM menurun, bahkan menyebabkan maut.

2.7.1. Hubungan Minimisasi Limbah dengan Ekonomi

Proses minimisasi limbah di rumah sakit bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan memberikan keuntungan ekonomis antara lain : 1. Mengurangi biaya investasi atau modal dan biaya operasi unit pengolah limbah yang dilakukan di rumah sakit yang bersangkutan. 2. Mengurangi biaya pengolahan limbah dan transportasi untuk pengolahan limbah di luar fasilitas rumah sakit. 3. Mengurangi biaya untuk perizinan, pemantauan, penegakan dan tanggap darurat. 4. Mengurangi biaya penanggulangan kerusakan lingkungan 5. Meningkatkan keuntungan karena penjualan atau pemanfaatan limbah. 6. Menjamin kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat karena terhindar dari kerugian yang dapat ditimbulkan dari limbah. Limbah yang merupakan eksternalitas negatif dari adanya suatu produksi atau kegiatan dapat diminimisasi dengan suatu pengolahan yang membutuhkan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk menutup eksternalitas negatif atau mengkompensasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi disebut dengan External Cost. Biaya tersebut adalah biaya di luar biaya swasta Private Cost yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain, keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha yang mencakup biaya eksternal disebut dengan biaya sosial Sosial Cost. Besarnya biaya akan berubah sejalan dengan adanya perubahan aktivitas produksi dari suatu unit usaha. Perubahan biaya tersebut adalah biaya marjinal. Gambar 1. Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal Sumber : Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan Departemen ESL, IPB 2008 Sesuai dengan konsep biaya sosial yang lebih besar dari biaya swasta, besar Marginal Sosial Cost MSC juga lebih besar daripada Marginal Private Cost MPC karena merupakan penambahan MPC dengan MEC Marginal External Cost. Hubungan antara MSC dan MPC dapat dilihat pada Gambar 1.

2.8. Pemanfaatan Limbah

Pemanfaatan limbah akan sangat membantu dalam mengurangi jumlah limbah di lingkungan rumah sakit dan juga memberi nilai tambah pada limbah yang semula tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis. Pelaksanaan pemanfaatan limbah dapat berlangsung di dalam ataupun di luar rumah sakit. Pemanfaatan limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, kegiatan 3R reuse, recycle dan recovery DKSHE IPB, 2008. Limbah cair rumah sakit dalam bentuk air hasil olahan dapat digunakan kembali. Air hasil olahan dapat dipergunakan untuk menyiram tanaman dan mencuci mobil serta endapannya dapat dijadikan batu bata. Selain itu, air hasil olahan dapat dijadikan pengisi kolam ikan hias atau membuat ternak ikan non konsumtif seperti ikan hias dan ikan sapu-sapu. Sampah limbah padat rumah sakit tidak bisa dimanfaatkan seluruhnya. Hanya sampah non-infeksius yang dapat dimanfaatkan, misalnya sampah tersebut dijadikan kompos untuk dijual sebagai pupuk tanaman. Pemanfaatan sampah infeksius rumah sakit tidak diperkenankan karena mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan penggunanya. Oleh karena itu, sampah infeksius harus selalu dimusnahkan.

2.9. Kendala dalam Pengelolaan Limbah Rumah Sakit