Hubungan antara Perhitungan Efisiensi dengan Ekonomi Perusahaan dan Masyarakat

4 NH 3 outlet 6.18000 4.92098 7.2 1.000 5 PO 4 outlet 0.599506 0.212451 -38.44 0.000 Keterangan: = signifikan pada selang kepercayaan 95 persen P-Value dari uji-t untuk kesemua parameter BOD, COD, TSS dan PO 4 adalah 0.000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa outlet dari parameter BOD, COD, TSS dan PO 4 secara signifikan telah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan. Nilai tersebut terkecuali untuk NH 3 yang memiliki P-Value sebesar 1.000 yang artinya, IPAL RS. Telogorejo tidak signifikan dalam menghasilkan kualitas limbah yang sesuai dengan standar baku mutu untuk parameter NH 3 . Hasil dari uji-t dalam mengetahui signifikansi pencapaian kualitas limbah yang sesuai dengan standar baku mutu dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data limbah RS. Telogorejo, dapat dikatakan IPAL RS. Telogorejo signifikan dalam menurunkan konsentrasi per parameter limbah. Sesuai dengan standar baku mutu yang telah disyaratkan pada Perda Prov. Jateng102004, RS. Telogorejo telah berhasil memenuhi standar baku mutu untu parameter BOD, COD, TSS dan PO 4 . Sedangkan standar baku mutu NH3 tidak terpenuhi. Standar baku mutu NH 3 sebesar 0.1 mgl memang sulit dicapai karena nilainya begitu ketat. Nilai 0.1 mgl untuk NH 3 biasanya diperuntukkan dalam penggunaan air sebagai air minum 10 .

7.3. Hubungan antara Perhitungan Efisiensi dengan Ekonomi Perusahaan dan Masyarakat

Aktivitas rumah sakit yang menghasilkan limbah membuat pengelola rumah sakit wajib untuk membangun dan menjalankan IPAL agar dampak atau eksternalitas negatif dari limbah dapat diatasi. Pendirian IPAL dan pembuatan 10 Berdasar wawancara yang dilakukan dengan sanitarian RS. Telogorejo, Suharno, AMKL pada tanggal 29 Desember 2008 di RS. Telogorejo Semarang. sistem pengelolaan limbah secara utuh memerlukan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan oleh pengelola rumah sakit bukan hanya biaya privat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, melainkan juga biaya pengelolaan limbah yang termasuk dalam biaya eksternal. Keseluruhan biaya tersebut merupakan biaya sosial yang besarnya lebih dari biaya privat. Rumah Sakit Telogorejo belum pernah membandingkan kinerja IPAL dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan dalam mengelola limbah sampai saat ini. Nilai efisiensi dapat dijadikan bahan pembanding mengenai manfaat yang didapat dari pengelolaan limbah dengan keseluruhan biaya pengelolaan limbah. Apabila nilai efisiensi atau manfaat yang dihasilkan dirasa belum sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan, maka pengelola RS. Telogorejo perlu melakukan evaluasi lebih lanjut baik dalam hal teknis maupun pembiayaan pengelolaan limbah. Selain itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pertimbangan apabila pengelola RS. Telogorejo mengganti jenis atau unit pengolahan limbah cair. Hasil dari perhitungan efisiensi dan beban pencemar aktual dapat dijadikan informasi penting bagi pengelola RS. Telogorejo untuk menjustifikasi bahwa limbah hasil olahan dengan menggunakan IPAL sudah layak atau belum untuk dibuang. Sebagaimana yang terjadi pada Rumah Sakit Telogorejo Semarang yang memiliki nilai efisiensi di atas 60 persen untuk parameter BOD, COD, TSS, NH 3 dan PO 4, nilai tersebut dapat menguatkan pernyataan bahwa RS. Telogorejo sudah mengolah limbah cair dengan baik. Selain nilai efisiensi, nilai BPA dari keempat parameter yang dipantau dinyatakan tidak mencemari. Hanya satu parameter yang dinyatakan mencemari, yaitu NH 3 . Jika konsentrasi NH 3 tinggi, salah satu dampaknya adalah adanya potensi iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan paru-paru karena bau dari amoniak. Potensi tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan gangguan kesehatan bagi orang yang merasakannya. Selain itu, NH 3 dalam air sangat beracun bagi ikan, udang dan binatang air lainnya. NH 3 dapat menimbulkan kesuburan tanaman air eutropia sehingga dapat menganggu biota air lainnya yang berfungsi sebagai bahan makanan manusia. Dampak yang ditimbulkan ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat, baik berupa biaya untuk berobat kesehatan maupun penurunan tangkapan biota laut untuk konsumsi manusia ataupun pemanfaatan lainnya. Berdasarkan informasi tersebut, pengelola RS. Telogorejo dapat menyusun strategi lebih lanjut mengenai pengolahan limbah yang lebih fokus kepada penurunan konsentrasi NH 3 . Pemerintah daerah juga dapat memberikan pandangan berupa saran atau revisi peraturan yang terkait dengan pengelolaan limbah. Hal ini diharapkan untuk lebih menguatkan sistem pengelolaan limbah secara umum dan secara khusus di Rumah Sakit Telogorejo sehingga dampak kepada masyarakat, baik dampak terhadap kesehatan maupun kesejahteraan, yang dapat ditimbulkan dari adanya limbah dapat diminimalkan.

VIII. EFEKTIVITAS BIAYA PENURUNAN KONSENTRASI PARAMETER LIMBAH