Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair IPAL Rumah Sakit.

untuk mengetahui keragaan pengelolaan limbah secara umum. Analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah analisis deskriptif.

4.4.2. Evaluasi Pengelolaan Limbah Cair IPAL Rumah Sakit.

Kemampuan fisik IPAL rumah sakit akan dianalisis dalam mengolah limbah cair yang dihasilkan berdasarkan kualitas limbah cair yang dihasilkan. Hasil dari tahap ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengelolaan IPAL di kemudian hari sebagai masukan dalam pengembangan rumah sakit termasuk perencanaan pengembangan IPAL. Selain itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pembanding terhadap keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk mengelola limbah cair. Kemampuan fisik IPAL rumah sakit dievaluasi dengan membandingkan kualitas setiap kadar parameter pencemar limbah rumah sakit sebelum inlet dan sesudah masuk IPAL outlet menggunakan uji-t pada taraf nyata lima persen. Beban IPAL dihitung berdasarkan tingkat efisiensi, kapasitas IPAL, beban limbah nyata atau beban pencemaran, dan pencapaian baku mutu limbah cair yang berpedoman pada metode yang dikemukakan oleh Soeparman dan Suparmin 2001. 100 parameter parameter - parameter Efisiensi x inlet outlet inlet  Tingkat efisiensi IPAL dikelompokkan sebagai berikut: - Sangat efisien : x 80 - Efisien : 60 x ≤ 80 - Cukup efisien : 40 x ≤ 60 - Kurang efisien : 20 x ≤ 40 - Tidak efisien : x ≤ 20 kghari x 1000 limbah debit x parameter - parameter Kapasitas outlet inlet  kghari x 1000 limbah debit x parameter Pencemaran Beban outlet  Hasil dari Beban Pencemar Aktual BPA dibandingkan dengan Beban Pencemaran Maksimum BPM yang dihitung dengan menggunakan standar baku mutu pada masing-masing parameter. 100 x parameter BM parameter - parameter BM x 2 BMLC target Pencapaian outlet  Standar target pencapaian BMLC adalah sebagai berikut: - 0 BMLC 99  pencapaian di atas baku mutu - BMLC = 100  pencapaian sama dengan baku mutu - 101 BMLC 200  pencapaian di bawah baku mutu Keterangan: BM = Baku Mutu BMLC = Baku Mutu Limbah Cair Selain standar efisiensi yang dikemukakan dalam pedoman tersebut, efisiensi pengolahan limbah cair juga dapat dikelompokkan menurut kategori yang dikemukakan oleh Metcalf Eddy 1991. Efisiensi pengolahan limbah cair berdasarkan unit operasi dan unit pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam penelitian ini, kategori efisiensi yang digunakan adalah kategori untuk jenis unit pengolahan activated sludge lumpur aktif. Data yang digunakan berupa data series dengan mengambil sampel outlet yang diuji di laboratorium selama 36 bulan. Nilai yang dimasukkan dalam perhitungan adalah nilai rata-rata. Data inlet yang digunakan dalam penelitian ini hanya berupa satu titik. Hal ini dikarenakan perbedaan konsentrasi limbah pada inlet tidak terlalu berbeda dari waktu ke waktu sehingga diasumsikan tetap 17 . Tabel 5. Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Berdasarkan Unit Operasi dan Unit Pengolahan Limbah Jenis Unit efisiensi Pengolahan BOD COD TSS Primary Treatment 30-40 30-40 50-65 Chemical Processes 60-80 80-90 80-90 Biological Processes  Activated Sludge 80-95 80-95 10-25  Oxydation Ditch 80-95 80-85 10-25  Trickling Filter 65-80 60-80 60-85  RBC 80-85 80-85 80-85 Sumber: Metcalf Eddy 1991 Penggunaan uji-t pada penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai rataan baku mutu limbah dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolahan memakai nilai inlet dan dengan pengolahan memakai nilai outlet. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya pengolahan nilai outlet akan berada di bawah nilai inlet. Uji-t dilakukan dengan menggunakan statistik t-paired pada software Minitab 14. Notasi yang digunakan dan artinya: x 1n = inlet parameter n dan x 2n = outlet parameter n Penentuan H dan H 1 untuk setiap parameter: H : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 µ 2 jika t hit t α Walpole, 1982 Dimana: 17 Keputusan Sanitarian, HS RS. Telogorejo Semarang, 2009 µ 1n = nilai rataan parameter n tanpa perlakuan µ 2n = nilai rataan parameter n dengan perlakuan Selain membandingkan nilai rataan baku mutu limbah pada inlet dan outlet, pada penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai tengah untuk mengetahui apakah hasil pengolahan limbah rumah sakit memenuhi standar baku mutu yang telah disyaratkan. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah sama dengan pengujian statistik sebelumnya, yaitu 36 hasil outlet dari uji laboratorium. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai outlet masing-masing parameter akan berada di bawah standar baku mutunya. Misalkan, nilai outlet BOD yang dihasilkan apakah sudah memenuhi standar baku mutunya, yaitu 30 mgl. Uji statistik yang digunakan adalah 1-sample t pada software Minitab 14. Notasi yang digunakan dan artinya: x n = nilai outlet parameter n Penentuan H dan H 1 untuk setiap parameter akan ditunjukkan pada Tabel 6 dimana hipotesis setiap parameter disesuaikan dengan standar baku mutu masing- masing parameter. Tabel 6. Penentuan H dan H 1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu Masing-masing Parameter Hipotesis BOD COD TSS NH 3 PO 4 H µ ≥ 30 µ ≥ 80 µ ≥ 30 µ ≥ 0.1 µ ≥ 2 H 1 µ 30 µ 80 µ 30 µ 0.1 µ 2

4.4.3. Unit Daily Cost