f. Gerobak sampah untuk proses pengumpulan adalah gerobak tertutup.
Kekurangan: a. Belum adanya atap untuk melindungi sampah klinis dan domestik di
TPS dari hujan dan panas b. Sampah klinis tidak langsung dibakar dalam insinerator.
6.3. Pengelolaan Limbah Cair RS. Telogorejo
IPAL RS. Telogorejo yang memiliki luas sebesar 235,84 m
2
berada di bagian belakang rumah sakit sehingga tidak berdekatan dengan pusat aktivitas
pelayanan kepada pasien dan pengunjung. Lokasi IPAL memang dekat dengan Jalan Anggrek namun antara lokasi dengan jalan dipisahkan dengan tempat parkir
sehingga bau yang timbul dari IPAL diharapkan tidak tercium dari luar rumah sakit. Selain itu, Jalan Anggrek yang berdekatan dengan lokasi IPAL tidak
terdapat rumah warga seperti yang ada di samping rumah sakit sehingga bau yang dihasilkan dari IPAL tidak sampai tercium dari luar dan rumah warga.
Limbah cair RS. Telogorejo yang dihasilkan dari masing-masing ruangan dan unit pelayanan dibuang melalui saluran berupa pipa pembuangan yang akan
terkumpul di sumpit utama untuk akhirnya diolah. Terdapat 3 sumpit di RS. Telogorejo, yaitu Sumpit OK, Sumpit RU dan Sumpit Utama. Masing-masing
sumpit memiliki sumber sendiri dari ruangan-ruangan dan unit pelayanan. Sumpit OK diperuntukkan gedung OPD, Auditorium, ruang OK operasi dan ruang
direksi. Sedangkan untuk sumpit RU diperuntukkan ruang Bougenville, Anyelir dan Cempaka. Setelah dari sumpit OK dan RU, limbah cair akan bermuara di
Sumpit Utama bersama limbah cair dari ruang laundry, gudang, perkantoran dan dapur serta ruang makan. Setelah semua terkumpul di sumpit utama, limbah
diolah dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL yang bersistem bioreaktor.
Secara rinci, berikut adalah sumber-sumber limbah cair yang ada di RS. Telogorejo Semarang.
a. Gedung OPD lantai 1, 2, 3 dan 4 Limbah cair berasal dari laboraturium, septik tankkloset, kafetaria,
kamar mandi, wastafel dan pantry. b. Gedung Radiologi dan Auditorium
Limbah cair berasal dari cuci film, septik tankkloset, kamar mandi dan wastafel.
c. Gedung Ruang Direksi dan OK Limbah cair berasal dari septik tankkloset, kamar mandi dan wastafel
d. Gedung Bougenville lantai 1,2,3 dan 4 Limbah cair berasal dari pantry, PH, septik tankkloset, kamar mandi
dan watafel. e. Gedung Anyelir Lantai 1,2,3 dan Ruang Infertil.
Limbah cair berasal dari pantry, PH, septik tankkloset, kamar mandi, wastafel dan hemodialisa.
f. Gedung Cempaka lantai 1 dan 2
Limbah cair berasal dari PH, septik tankkloset, kamar mandi dan wastafel.
g. Gedung ICU dan RU Limbah cair berasal dari PH, septik tankkloset, kamar mandi, wastafel
dan Hemodialisa.
h. Ruang laundry, Gudang dan Perkantoran Limbah cair berasal dari kamar mandi, septik tankkloset dan air
cucian. i.
Ruang Dapur dan Ruang Makan Limbah cair berasal dari cucian dapur, kamar mandi dan septik
tankkloset. Pengolahan limbah cair menggunakan IPAL bersistem bioreaktor yang
bertujuan untuk mengolah air limbah yang mengandung polutan yang mana dinyatakan dalam beban BOD, COD, TSS, NH
3
, PO
4
dan bakteriologis E. Coli. Air limbah sebelum dibuang harus memenuhi standar baku mutu air limbah yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri KLH, Kep. 58MENLH121995 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 tahun 2004, sehingga air limbah
tersebut harus diolah dahulu sebelum dibuang ke saluran umum agar tidak mencemari lingkungan .
Air limbah mula-mula melewati NSI – Nogerrath Automatic Screen, bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar kotoran yang besar,
memampatkan dan mengeringkan padatan-padatannya, agar tidak masuk menuju ke unit IPAL. Unit ini bekerja secara otomatis dan semua proses tersebut di atas
dilakukan di dalam satu wadah chamber. Air limbah kemudian dimasukkan ke Grit Chamber sebelum masuk ke dalam Bak Equalisasi Equalization Tank yang
dilengkapi dengan Submersible Aerator. Bak Equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi debit air limbah
yang masuk dan penampung macam-macam karakteristiksifat air limbah yang berbeda-beda seperti: pH tinggi dari laundrycucian, lemak dari dapur ataupun
kamar mandi. Bak equalisasi dapat menyetarakan beban air limbah baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien dan
optimal. Air limbah dipompa menuju Clarifier Tank setelah dari bak. Hal ini
bertujuan untuk mengendapkan padatan-padatan yang tidak tersaring pada screen. Air limbah secara visual sudah lebih bersih dari Clarifier tetapi beban polutannya
masih di ambang batas, seperti BOD, COD dan lain-lain, masih hampir sama seperti waktu air limbah masuk. Air kemudian masuk ke dalam Buffer Tank
setelah dari Clarifier, kemudian dipompa ke dalam reaktor yang disebut Bioreaktor atau Biodetox.
Bioreaktor merupakan sistem pengolah limbah secara aerobic dengan menggunakan sistem Fixed Bed Cascade yang merupakan paten dari Jerman.
Sistem ini merupakan alih teknologi dari Jerman. Sistem ini mempunyai keunikan dalam aliran air dan desain rumah bakteri. Sistem ini terdiri dari sebuah reactor
yang didalamnya terdapat elemen fixed bed atau media film yang berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme. Dengan sistem ini,
mikroorganisme pembentuk film akan melekat, tumbuh dan berkembang. Bioreaktor menggunakan media lumpur aktif activated sludge dalam
pengoperasiannya. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dengan spektrum yang amat luas
dengan adanya media tersebut, seperti: Bakteri lipolitik untuk pemakan lemak, bakteri Proteolitik untk pemakan protein, bakteri pemakan detergent, bakteri
warna dan lain sebagainya. Pada sistem ini aerasi diperlukan karena mikroorganisme yang digunakan adalah mikroorganisme aerob.
Air limbah diproses secara aerobic dengan efisiensi yang tinggi di dalam Bioreaktor,. BOD dan COD yang terkandung dalam air limbah akan mengalami
penurunan 90-98 persen tergantung jenis limbah yang akan diolah. Air limbah yang keluar dari Bioreaktor sudah memenuhi baku mutu dari segi BOD dan COD
tetapi kadang masih terlihat padatan-padatan sehingga lanjutan dari proses seperti proses pengendapan lanjutan di dalam polishing tank dan khlonirasi masih
diperlukan. Polishing tank ini berfungsi untuk mengendapkan padatan atau partikel
yang keluar dari Bioreaktor. Air yang keluar dari Polishing Tank sudah
memenuhi syarat yang ditentukan BOD, COD, TSS, dan lain-lain dan layakdapat dibuang. Setelah dari Polishing tank, air secara overflow dialirkan ke
Treated Water Tank lalu ke saluran umum. Sebagian air dari Treated Water Tank digunakan untuk spraying Sistems pada Bioreaktor, yaitu kolam ikan yang
dijadikan sebagai indikator alami dalam menguji kelayakan baku mutu limbah hasil olahan IPAL.
Uji baku mutu air limbah hasil pengolahan outlet juga wajib dilakukan di laboratorium Badan Lingkungan Hidup BLH Kota Semarang. Biaya yang
dikeluarkan untuk pengujian outlet ini ditanggung oleh rumah sakit. Besar biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 185.000,-. Pengujian outlet limbah
merupakan salah satu bentuk pengawasan pemerintah kota dalam menyikapi permasalahan limbah. Pengujian inlet tidak dilakukan karena selain tidak
diharuskan dalam peraturan, pengujian limbah akan menambah beban biaya bagi rumah sakit.
Sumber: Hasil Pengamatan Selama Penelitian, 2009
Gambar 5. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair RS. Telogorejo Semarang
Sumpit RU
R. Laundry,
Gudang dan
Perkantoran 1. Gd. OPD Lt 1,2,3,4
2. Gd. Auditorium 3. Gd. Ruang OK + Direksi
1. Gd. Bougenville Lt. 1,2,3,4 2. Gd. Anyelir 1,2,3 + R.
Infertil 3. Gd. Cempaka Lt. 1,2
4. Radiologi+ Sumpit OK
Sumpit Logistik Utama
R. Dapur, R. Makan Grease Trap
Noggerath Automatic Screen
Equalization Tank Clarifier Tank
Buffer Tank Bioreaktorbiodetox
Chlorination Tank Polishing Tank
Grit Chamber Submersible
aerator
Fixed bed cascade sistem
Treated Water Tank Sludge tank
lumpur
lumpur
Uji Laboratorium BLH Kolam Ikan
Spraying sistem Saluran umum kota
Selain itu, RS. Telogorejo juga melakukan pengujian di laboatorium lain seperti di Sucofindo, Dinas Perdagangan dan Perindustrian ataupun Dinas Kesehatan
dengan biaya yang bervariasi dan lebih dari Rp 185.000,-. Pengujian di tempat- tempat tersebut tidak bersifat rutin seperti yang dilakukan di BLH dan tujuannya
hanya untuk dijadikan pembanding. Secara ringkas, berdasar pemaparan mengenai alur dan proses pengelolaan termasuk pengolahan limbah cair RS.
Telogorejo melalui IPAL dapat dilihat dalam Gambar 5. IPAL
RS. Telogorejo
menggunakan dua
macam air
dalam pengoperasiannya, yakni air PAM dan air tanah. Setiap harinya rata-rata debit
limbah yang diolah adalah sebesar 300 m
3
atau 300.000 liter. Air limbah hasil olahan IPAL RS. Telogorejo tidak dimanfaatkan kembali padahal air limbah
tersebut sudah dikhlorinasi dan seharusnya dapat dimanfaatkan kembali misalnya air olahan tersebut dapat digunakan untuk mencuci kendaraan operasional rumah
sakit.
VII. EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG