Banjir di DKI Jakarta

8 sejauh mana kesiapan masyarakat dalam menghadapi kejadian bencana tersebut, dan yang mempengaruhi kesiapan masyarakat adalah persepsi masing-masing individu Messner dan Meyer 2004. Melalui persepsi dapat diketahui sejauh mana tingkat pengetahuan dan pandangan masyarakat mengenai bahaya bencana, serta dampak lokal yang kemungkinan diterimanya Messner dan Meyer 2004. Kerentanan dan persepsi masyarakat terhadap bencana mempengaruhi sejauh mana kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Semakin tinggi persepsi masyarakat akan rentannya daerah mereka terhadap bencana maka semakin tinggi pula tingkat kesiapan dalam menghadapi bencana, namun sebaliknya semakin rendah persepsi masyarakat terhadap rentannya daerah mereka terhadap bencana maka semakin rendah pula kesiapan dalam menghadapi bencana Messner dan Meyer 2004. Tinggi atau rendahnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana mempengaruhi besaran kerusakan dan kerugian yang akan diterima Messner dan Meyer 2004. Oleh sebab itu, fenomena ini penting untuk dipahami guna mengetahui kondisi banjir yang terjadi di Jakarta beberapa waktu terakhir ini. Persepsi risiko dapat didefinisikan sebagai faktor penting yang mencakup pembelajaran sosial didalamnya dan cara masyarakat dalam mengelola risiko bencana di masa mendatang guna meningkatkan ketahanan terhadap bencana Fatti 2013. Acuan untuk mengetahui persepsi risiko adalah risiko intutif penilaian individu dan kelompok-kelompok sosial dalam konteks yang terbatas dan informasi yang tidak pasti Messner dan Meyer 2004. Banjir bukanlah masalah baru di Jakarta, pemerintah kolonial belanda sedari awal pun dipusingkan dengan masalah banjir dan tata kelola air di Jakarta Sakethi 2010. Masalah banjir di Jakarta sudah sangat berlarut-larut dan hal tersebut menimbulkan banyak permasalahan lanjutan yang timbul sebagai efek multiplier akibat banjir tersebut, salah satunya adalah kerugian dan kerusakan ekonomi akibat banjir yang terjadi terus-menerus setiap tahun. Berdasarkan beberapa pengalaman kejadian banjir, banjir merupakan salah satu bencana yang tidak dapat dihindari, tapi dampak dari kejadian banjir kerusakan dan kerugian akibat banjir dapat dikurangi dan untuk mengurangi dampak tersebut perlu 9 diketahui jumlah kerusakan dan kerugian yang terjadi akibat banjir sehingga penilaian terhadap kerusakan dan kerugian banjir perlu untuk dilakukan Suriya 2012. Gambar 1 adalah indikator yang digunakan dalam menganalisis kerentanan banjir.

2.2 Konsep Kerentanan Banjir

Kerentanan dipengaruhi oleh exposure risiko dan ketidakmampuan untuk menghindari atau mengatasi potensi bahaya Marschiavelli 2008. Dimana kerentanan berakar pada dua konteks yaitu sosial dan fisik yang dirasakan oleh masyarakat Fatti 2013.Empat puluh persen atau kurang lebih sekitar 24 000 ha dari seluruh wilayah DKI Jakarta adalah dataran yang terletak lebih rendah dari permukaan laut Sakethi 2010. Ditambah lagi dengan kurang baiknya tata kelola air serta maraknya pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di hulu yang juga tidak tertata menjadikan wilayah DKI Jakarta menjadi wilayah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap banjir Sakethi 2010. Sehingga Penilaian kerentanan penting untuk dilakukan guna mengurangi dampak baik langsung mapun tidak langsung akibat banjir yang sudah terjadi dan yang akan datang dan penilaian terhadap kerentanan terhadap banjir pernah dilakukan sebelumnya oleh Marschiavelli 2008 di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dari penilaian kerentanan yang dilakukan oleh Marschiavelli 2008 diperoleh hasil bahwa kerentanan tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi geografi dan topografi saja, namun juga oleh tipe bangunan yang berada didaerah tersebut dan karakteristik penduduk umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bertempat tinggal didaerah tersebut.

2.2.1 Indikator Exposure Banjir dan Indikator Elemen Risiko Banjir

Jumlah kerusakan akibat banjir dapat diketahui dengan mengetahui indikator elemen yang berisiko, antara lain jumlah unit sosial, ekologi, unit ekonomi dan sistem yang berisiko terkena dampak pada suatu area yang rentan terhadap banjir Messner dan Meyer 2004. Elemen berisiko dapat disebut juga sebagai kerusakan aktual yang dapat dihitung nilai ekonominya, karena semua yang termasuk kedalam elemen berisiko memiliki kerentanan terhadap bahaya 10 banjir, sehingga elemen berisiko dapat menjadi acuan dalam melakukan penilaian kerusakan dan kerugian ekonomi terhadap banjir Messner dan Meyer 2004. Selain elemen yang berisiko perlu juga diketahui indikator dari exposure atau kondisi sekitar yang dianggap berbahaya seperti jarak dari sumber banjir sungailaut, ketinggian daratan, frekuensi terjadinya banjir dan karakteristik banjir itu sendiri Messner dan Meyer 2004. Indikator exposure secara umum dilihat berdasarkan karakteristik umum banjir yang umumnya fokus kepada durasi atau lama terjadinya banjir, kecepatan air banjir, ketinggian genangan banjir dan area yang terkena banjir. Kedua indikator ini mengarah kepada seberapa rentan suatu daerah terhadap bahaya banjir, karena semakin dekat indikator elemen yang berisiko dengan indikator exposure maka semakin rentan indikator elemen berisiko tersebut terkena bahaya banjir Messner dan Meyer 2004.

2.2.2 Indikator Kerentanan

Selain indikator exposure dan indikator elemen yang berisiko terhadap banjir ada satu indikator lagi yang digunakan dalam analisis kerentanan banjir, yaitu indikator kerentanan. Indikator kerentanan secara luas menggambarkan karakteristik sistem dan kondisi sosial yang membentuk terjadinya kerugian banjir. Antara lain adalah bagaimana kesiapan dan kesadaran individu dalam hal ini pelaku sektor komersil yang terkena banjir dan dampaknya sebelum, selama dan sesudah banjir terjadi serta upaya yang dilakukan guna memulihkan kembali kondisi fisik dan mental pasca banjir. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara indikator kerentanan, ekologi, sistem sosial dan ekonomi. Salah satu contoh adalah hubungan antara ketinggian genangan air dan durasi lamanya terjadi banjir dengan indikator elemen berisiko dalam hal ini dicontohkan dengan kategori bangunan milik pelaku sektor komersil. Tentu bangunan dengan bahan utama kayu akan lebih rentan bila terkena banjir dibandingkan dengan bangunan yang menggunakan beton atau batu bata, begitu juga jumlah lantai, bangunan dengan jumlah lantai lebih dari satu akan lebih mampu meminimalisir kerugian akibat banjir dibandingkan dengan bangunan yang hanya satu lantai. ketiga indikator tersebut