Latar Belakang Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Sungai Pesanggrahan Pada Sektor Komersil (Studi Kasus: Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan)

2 akibat tindakan oleh manusia seperti pencemaran lingkungan dan ekstraksi air tanah yang berlebihan Firman et al 2011. Jakarta memiliki luas daratan sekitar 40 24.000 ha yang letaknya lebih rendah dari permukaan laut Sakethi, 2010 sehingga dapat dipastikan Jakarta merupakan wilayah yang rawan banjir. Adapun penyebab umum banjir di Jakarta tersebut dipengaruhi oleh beberapa penyebab inti diantaranya adalah kurangnya daya dukung pengendalian banjir, pengurangan kapasitas sistem yang ada untuk mengontrol pembuangan sampah, pengurangan lahan serapan air hujan akibat urbanisasi dan laju kerusakan hutan dan sistem banjir kanal kota yang tidak memadai Steinberg 2007. Infrastruktur yang sangat berguna untuk mengalirkan derasnya aliran air langsung menuju ke laut salah satunya adalah sungai. Sungai merupakan salah satu drainase utama yang memiliki fungsi penampung dan menyalurkan aliran dari suatu daerah aliran sungai DAS yang secara alami mengalir dari hulu ke laut. Debit pengaliran sangat dipengaruhi oleh bentuk dan luas sungai, pola aliran sungai utama dan anak sungai, keadaan topografi dan jenis tanah sungai Budi 2008. Penyimpangan penggunaan bantaran sungai, seperti terus bertambahnya bangunan-bangunan di pinggir sungai, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, sampah dan pengendapan zat lain, telah menyebabkan menyempitnya aliran sungai menuju ke laut. Hal tersebut meningkatkan vulnerability kerentanan terjadinya banjir di DKI Jakarta. Dampaknya adalah memicu meningkatnya risiko kerugian dan kerusakan akibat banjir khususnya pada sektor perekonomian DKI Jakarta dalam hal ini pelaku sektor UMKM dan UKM di kawasan Sungai Pesanggrahan Jakarta Selatan. Beberapa upaya pencegahan banjir telah dilakukan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta, diantaranya seperti pembangunan kanal banjir barat dan kanal banjir timur, pengembangan sistem peringatan banjir dan merehabilitasi daerah aliran sungai DAS dengan program reboisasi Steinberg 2007. Upaya mitigasi tersebut juga perlu ditunjang dengan adanya pengelolaan sistem drainase yang baik, pembangunan waduk dan normalisasi sungai. Normalisasi sungai dilakukan untuk menciptakan kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu, sehingga 3 sungai tersebut mampu mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu sehingga tidak terjadi luapan air dari sungai tersebut. Kegiatan normalisasi sungai dapat dilakukan dengan cara mengeruk sungai dari endapan lumpur dan memperdalam kedalaman sungai agar kapasitas sungai dalam menampung air dapat meningkat dan air tidak mengalami kemacetan di titik-titik tertentu Sakethi 2010. Namun tidak semua program normalisasi sungai berjalan dengan lancar, salah satu masalah yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan normalisasi sungai di DKI Jakarta adalah karena sebagian bantaran sungai telah digunakan sebagai pemukiman BAPPENAS 2007. Hal ini menjadikan pelaksanaan normalisasi sungai terhambat. Selain Normalisasi sungai upaya lain yang dapat diterapkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yaitu strategi adaptasi terhadap perubahan iklim. Faktor yang menentukan tingkat adaptasi masyarakat adalah persepsi risiko. Persepsi risiko mengacu kepada penilaian masing-masing individu dan kelompok yang sifatnya terbatas dan informasi tidak pasti Messner dan Meyer 2004. Penilaian terhadap persepsi risiko sangat bermacam-macam karena antar individu memiliki penilaian yang berbeda, hal tersebut disebabkan karena informasi yang dimiliki tidak sama terkait kemungkinan peristiwa bahaya banjir yang terjadi di wilayah masing-masing. Umumnya Individu yang memiliki persepsi risiko banjir rendah akan berdampak pada rendahnya kesiapan mereka dalam menghadapi banjir, sehingga individu dengan persepsi resiko banjir yang rendah cenderung akan mengalami tingkat kerugian di atas rata-rata atau kerentanan mereka terhadap terjadinya banjir cukup tinggi Messner dan Meyer 2004. Guna mengetahui sejauh mana pengaruh dari persepsi risiko dan kerentanan masyarakat terhadap kerugian banjir, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kerugian ekonomi akibat banjir. Salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui besaran kerugian akibat banjir yang terjadi di awal tahun 2013 pada sektor usaha mikro kecil menengah UMKM dan usaha kecil menengah UKM di Jakarta Selatan. Namun karena kerugian yang dirasakan sangat bervariasi antar pelaku sektor UMKM dan UKM maka perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terkait kerugian akibat banjir pada tahun 2013. 4

1.2 Perumusan Masalah

Banjir di Jakarta sering disebut dengan banjir siklus lima tahunan. Artinya, setiap dalam setiap kurun lima tahun sekali akan ada siklus banjir besar di Jakarta. Banjir di Jakarta pada tahun 2002 dan 2007 diperkirakan merupakan banjir terburuk yang telah melanda Ibukota dimana banjir telah melumpuhkan beberapa bagian Ibukota Firman et al 2011. Kerugian yang cukup besar dialami pada sektor ekonomi produktif dengan jumlah kerugian diperkirakan sebesar Rp 2 851 447 juta, yang terdiri dari sektor industri besar, usaha kecil menengah, usaha mikro informal dan perdagangan BAPPENAS 2007. Sektor komersil yang terletak di kawasan S.Pesanggrahan tepatnya di daerah Jakarta Selatan pun tak luput dari bencana banjir yang terjadi setiap tahunnya. Kawasan Sungai Pesanggrahan Jakarta Selatan merupakan salah satu daerah dimana sektor komersilnya dalam hal ini sektor UMKM dan UKMnya lumpuh akibat banjir. Tercatat pada tahun 2009 sektor komersil di Jakarta Selatan menyumbang sebesar 22.37 sumbangan persentase terhadap total produk domestik regional bruto PDRB DKI Jakarta BPS 2010. Banjir yang terjadi pada awal tahun 2013 juga telah menyebabkan banyak sektor penunjang kehidupan di DKI Jakarta khususnya Jakarta Selatan lumpuh. Dalam penelitian yang telah dilakukan di Inggris diketahui bahwa sektor komersil berpotensi mengalami kerugian dan kerusakan ekonomi lebih besar, yaitu 67 dibanding pada sektor pemukiman yang hanya 33 Tobin 1997. Banjir yang terus terjadi menyebabkan kerugian ekonomi yang semakin bersar tiap tahunnya sehingga menjadi penting untuk dilakukannya penilaian kerugian akibat banjir pada sektor komersil. Penilaian atas kerusakan dan kerugian banjir di Jakarta dimaksudkan untuk memberikan informasi dan gambaran kepada seluruh lembaga terkait instansi pemerintah pusat dan daerah, legislatif dan masyarakat luas, BAPPENAS 2007. Sehingga masyarakat dapat mempersiapkan diri sebelum terjadi banjir kembali. Kerentanan pelaku sektor komersil terhadap bencana banjir dipengaruhi oleh persepsi risiko, sedangkan persepsi risiko antar pelaku sektor komersil sangat berbeda sehingga penerapan strategi adaptasi sebagai upaya pencegahan bagi 5 masing-masing pelaku sektor komersil terhadap bencana banjir juga sangat berbeda. Kerusakan akibat banjir dapat dikategorikan ke dalam efek langsung dan tidak langsung, tangible dan intangible yang mengacu kepada kerugian. Namun kompleksnya permasalahan yang menjadi penyebab dan akibat dari terjadinya banjir yang rutin di Jakarta, menjadi dasar untuk dilakukan penelitian dan penghitungan lebih lanjut terkait kerugian akibat banjir yang terjadi. Secara khusus estimasi nilai kerugian ekonomi yang terjadi akibat banjir memberikan kontribusi yang besar dalam proses penentuan manajemen untuk meminimalisir risiko banjir Merz et al 2010. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut maka perumusan masalah dari penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana persepsi pelaku sektor komersil terhadap risiko banjir sungai ? 2. Berapa nilai kerugian ekonomi banjir sungai yang dialami oleh pelaku sektor komersil ? 3. Berapa prediksi penurunan kerugian ekonomi banjir sungai dengan adanya program JEDI ? 4. Apa saja strategi adaptasi terhadap banjir yang dilakukan pelaku sektor komersil dalam menghadapi banjir sungai ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi pelaku sektor komersil mengenai risiko banjir sungai. 2. Mengestimasi nilai kerugian ekonomi banjir sungai yang dialami pelaku sektor komersil 3. Memprediksi penurunan kerugian ekonomi banjir sungai dengan adanya program JEDI 4. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang dilakukan pelaku sektor komersil dalam menghadapi banjir sungai.