Interaksi yang intensif membuat masyarakat Baduy luar semakin terbuka dengan budaya luar, sehingga mempengaruhi pilihan penggunaa n
teknologi informasi sebagai pilihan utama disamping penggunaan teknologi informasi tradisonal, sebagai cara untuk mempermudah mobilitas, komunik as i
dengan yang lainnya. Inilah wujud konveregnsi budaya yang terdapat pada masyarkat Baduy luar, saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain, oleh
karena tedapat interaksi yang dibangun secara intensif. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi nilia-nilai yang selama ini dikembangkan, sebagai aturan
atau pedoman masyarakat Baduy luar dalam menjalani kehidupannya.
3. Analisa Konsentris Penggunaan Teknologi Informasi Masyarakat
Panamping
Konvergensi pada penggunaan
teknologi informasi
masyarakat panamping, dimana penggunaan
teknologi informasi
modern mula i didominasi oleh sebagain masayarakat Baduy, sehingga perlahan mula i
menghilangkan aturan pikukuh, namun kehadiaran teknologi informas i modern tidak berperan serta menghilangkan
keseluruhan nilai-ni la i
keperibadain masayarakat Baduy Luar dalam penggunaan teknologi informas i tradisional. Dibuktikan dengan adanya upaya yang secara stimultan dilakukan
oleh lembaga adat dalam mengontro l dan menjaga eksistensi aturan adat sebagai pedoman atau aturan yang tidak boleh hilang oleh karena
perkembangan zaman yang semakin modern. Di bawah ini akan dijelasakan secara detail beberapa hal yang tidak
mudah terpengaruhi oleh karena adanya unsur-unsur kebudayaan dari luar yang saling berkonvergensi dengan unsur budaya masyarakat Baduy luar.
Diantaranya adalah sebagai berikut : a. Pikukuh
Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy bersumber pada pikukuh atau aturan adat yang dilestarikan dan disepakati secara bersama
yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
dengan dielaborasi dengan kepercayaan-kepercayaan lainnya, seperti Hindu, Budha dan Islam. Isi terpenting dalam menjalankan pikukuhnya
adalah melestarikan keutuhan adat tanpa ada sedikit upaya untuk merubah dengan maksud apapun. Seperti halnya pameo yang terkenal di masyarakat
Baduy “Lojor henteu beunang di potong, pendek henteu benang disambung”Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh
disambung. Artinya, aturan adat yang dilestarikan bersifat mutlak untuk tetap dijaga keutuhannya, tanpa ada upaya untuk merubah, menggant i,
dengan aturan-aturan lainnya. Penerapan pikukuh berlangsung di setiap sektor keberlangsunga n
mobilitas sosial masyarakat Baduy luar, tentu berkaitan dengan masalah penggunaan teknologi informasi.
Pembatasn penggunaan teknologi
informasi modern merupakan pengejawantahan dari aturan pikukuh yang tidak memperbolehkan masyarakat Baduy Luar menggunakan secara
berlebihan untuk keperluan diluar dari masalah yang berkaitan dengan eksistensi adat. Pembatasan itu dibuat dalam bentuk normaketent ua n
penggunaan teknologi informasi, seperti pembatasan untuk menonton televisi, menggunakan laptop pada saat jam kerja dan tidak diperkenakan
untuk dibawa ke dalam dusun, pemeriksaan secara berkala ke setiap dusun oleh dewan lembaga adat berkaitan dengan penggunaan teknologi
informasi, sehingga kehadiran teknologi informasi tidak lantas menganggu eksistensi adat. Kehadiran lembaga adat yang bertugas mengingatka n,
mengontrol berperan sangat vital sebagai penyampai pesan kepala adat kepada masyarakat Baduy Luar agar tidak berlebihan dalam mengguna ka n
teknologi informasi
modern yang
dapat mengancam eksistensi
keberlngsungan adatpikukuh. b. Upacara Adat
Upacara adat merupakan kegiatan sakral yang harus dilestarika n sebagai titipan leluhur, dijalankan pada periode tertentu menurut
penganggalan yang
disepakati bersama.
Kehadiaran teknologi
informasi memberikan dampak tersendiri bagi publikasi kegiatan seremonial ini, melelui jaringan internet akses informasi yang berkaitan
dengan masalah adat dapat terpublikasaikan secara luas kepada khalayak ramai, untuk diketahui dan dipahami sebagai bagain dari adat
yang tidak boleh hilang dari masyarakat Baduy. Sehingga masyarakat luas, semakin banyak mengetahui bagaimana pola
adat yang tetap dilestarikan oleh masyarakat Baduy dan juga sebagai medai untuk menyampaikn pesan berupa nilai-nilai yang dijadikan ruh
dalam melaksanakan
mobilitas sosial
mereka. Dalam hal ini akan dijelasakan, bentuk kegiatan sakral yang tetap
dilestarikan oleh masyarakat Baduy Luar, diantaranya adalah : 1 Upacara Kawalu
Yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang idanggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat
Baduy melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa, Karo dan Katiga.
133
2 Upacara Perkawinan Sistem perkawinan pada masyarakat Baduy menggunakan sistem
perjodohan oleh sepuh. Bagi peria yang hendak melangsungka n pernikahan harus mengikuti prosedur adat yang ada, berbicara
kepada puun kemudian dicarikan oleh puun pasangan. Proses pelamaran dibutuhkan waktu 1 tahun dengan 3 kali melamar.
Setelah itu, mempelai pria dan salah seorang kerabatnya pergi ke kampung Cicakalgirang, kampung muslim yan gberada di Baduy.
Untuk kemudian menghadap ke amil dan membaca sadat
133
Ivan Masdudin, Keunik an Suk u Baduy di Banten, Banten: Talenta Pustaka Indonesia,2011, cet II, hal. 24
panamping,
134
dalam bahasa sunda kuno, agak serupa dengan syahadat Islam pad umumnya. Proses perkawinan sama halnya
dengan masyarakat pada umumnya mengundang sanak kerabat, menghadirkan hiburan untuk memeriahkan panggung acara.
135
3 Seba yakni berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan untuk memperkuat tali silaturahim antar masyarakat
Baduy dengan pemerintah, dan bentuk penghargaan terhadap pemerintah dari Baduy.
136
Namun kehadiran teknologi biasanya menghasilkan kejutan budaya yang pada akhirnya memunculkan pola perilaku yang baru, pola perilaku yang
mungkin akan berdampak pada kehilangan keperibadiannilai- nilia tradsional yang menjadi pijakan masyarakat Baduy luar. Hal tersebut mungkin bisa
terjadi, apabila tidak ada upaya strategis dilakukan oleh masyarakat Baduy luar dalam menghadapi adanya upaya pertentangan dengan nilai-nilia tradisiona l
yang dilakukan oleh unsur budaya. Upaya untuk mengantisipasi terjadinya dekadensi nilai-nilai keperibadian masyarakat Baduy merosot sebab pengaruh
adanya teknologi yang massif. Maka di Baduy adanya lembaga adat berfungs i sebagai dewan pengarah yang berfungsi mengadakan sebuah pertemuan
khusus untuk membahas masalah-masalah tentang keadatan, yang langsung dipimpin oleh puun, Jaro Tujuh, Kepala Desa, dan beberapa tokoh adat lainnya.
134
Merupakan pengucapan lafadz syahadatain dengan menggunakan bahasa Sunda Kuno, dalam tradisi masyarakat Baduy ketika prosesi perkawinan berlangsung, salah satu syarat adalah mengucapkan
kalimat syahadat tersebut. Ini menandakan secara jasad bahwa masyarakat Baduy sudah mengakui Islam sebagai agamanya, namun belum mampu menjalankan ibadahkewajiban muslim pada umumnya.
Adapun bunyi syahada tersebut adalah sebagai berikut ; “Asyhadu Alla ilaha illalah wa asyhadu anna
Muhammad da Rasulullah isun netepkeun k u ati yen taya deui Allah di dunya ieu iwal ti Pangeran Gusti Allah
jeung taya deui iwal ti Nabi Muhammad”
135
Ivan Masudidin, loc,cit.,
136
Ivan Masdudin,
Sehingga apa yang terjadi pada masyarakat Baduy luar, dalam keadaan apapun harus tetap meneguhkan ketaatan dalam menjalankan pikukuhnya. Adapun
yang dibahas adalah mengenai masalah adat istiadat, penaggalan tahun, penanggalan bulan, dan beragam masalah yang ada di Baduy luar untuk di
komunikasikan melalui musyawarah lembaga adat yang melingkupi masalah kebijakan pemerintah Daerah dan Pusat, yang berkaitan dengan keterlibata n
masyarakat adat dan atau berkaitan dengan masalah kesukuaan. Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, adanya
keterikatan antara teori yang diungkapkan oleh Ki Hadjar mengenai masalah kebudayaan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat saat ini. Penulis
mengambil studi kasus masyarakat Baduy luar yang sudah diberikan kelonggaran dalam menerima unsur budaya dari luar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa teori Trikon dengan ketiga konsepnya kontinyuita s, konvergensi, dan konsentris masih tetap relevan untuk di implementasika n
sebagai pengetahuan baru mengenai masalah budaya di Indonesia dengan realita masyarakat budaya saat ini, yang hari ini mengalami globalisasi dari
setiap sektor kehidupan. Ketiga konsep tersebut merupakan strategi untuk mempertahanka n,
menjaga keperibadian karakter budaya bangsa yang mulai mengala mi konvergensi dengan budaya luar, sehingga budaya luar tersebut tidak lantas
menghilangkan karakter budaya sendiri, tapi mampu mengambil kesempatan untuk lebih bahkan mendominasi budaya luar saat ini. Henricus Suparlan
menjelaskan bahwa ketiga konsep tersebut turut ambil memberikan khazanah pemikiran tentang Budaya yang ada di Indonesia melalui pemikiran Ki Hadjar
Dewantara kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri. Artinya, secara
kontinyu kebudayaan harus diestafetkan atau diberikan kepada generasi penerus secara terus-menerus. Kemudian konvergen dengan budaya
luar. Artinya, penerima nilai- nilai budaya dari luar dengan selektif dan
adaptif dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang kon-sentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian
sendiri
.
137
Dari keterangan di atas dapat dismpulkan berarti bahwa dalam upaya yang dilakukan oleh masyrakat Baduy luar bisa menjadi rujukan bagi
masyarakat luar Baduy dalam menjaga keluhuran budaya Bangsa Indonesia saat ini, ditengah arus modernisasi yang kian membudahkan terjadinya
interaksi antar budaya sehingga berpotensi terjadinya akulturasi kedua budaya, yang juga berpotensi menghilangkan keperibadian budaya bangsa sendiri.
Ini terbukti dengan yang terjadi saat ini, sikap pragmatis, koruptif intoleransi, merupakan sifat yang tidak bersumber dari Budaya timur milik
Bangsa Indonesia, namun nampak terjadi saat ini di banyak kalangan masyarakat Indonesia
C. Pembahasan
1. Kontinyuitas Penggunaan Teknologi Informasi Masyarakat Panamping
Dalam sejarah hidup, manusia senantiasa menghadapi masalah- masa la h baru. Dalam setiap perjalanan waktu manusia senantiasa menghadap i
persoalan-persoalan baru yang lebih rumit. Kerumitan ini yang kemudian menuntut manusia untuk senantiasa berpikir agar dapat mencari kerangka
yang solutif. Misalnya dalam konteks masyarakat Baduy luar saat ini, saat mereka dihadapkan oleh kesulitan untuk berkomunikasi dengan sahabat dekat
yang berada diluar Desa Kanekes, atau yang sedang melakukan perjalanan panjang untuk menjual komoditasnya, saat itu mereka mulai berfikir
bagaimana komunikasi agar tetap bisa berjalan meskipun dalam keadaan jarak dan ruang yang jauh, kemudian mereka memulai menggunakan alat teknologi
137
Henricus Suparlan, Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia, Jurnal Filsafat Vol.25, Nomor 1, April 2014, hal. 11