lebih kompleks. Hal ini senada dengan teori yang dikembangkan oleh August Comte dengan unliner teheoris of evolution, yang memandang bahwa manusia
dan masyarakat senantiasa mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan- tahapan tertentu dari bentuk kehidupan yang sederhana ke bentuk kehidupan
yang sempurna kompleks. Seperti halnya masyarakat Baduy luar yang lambat laun sudah mengalami perkembangan dari yang bermula tradisiona lis
menuju masyarakat yang kompleks dengan kehadiran teknologi informas i sebagai salah satu wujud perkembangan budaya dari haril penetrasi dengan
kebudayaan luar.
2. Konvergensi Penggunaan Teknologi Informasi Masyarakat Panamping
Era globalisasi telah menjadikan situasi dunia menjadi amat transparan.
Globalisasi bagaikan “jendela” untuk melihat kejadian‐kejadian di seluruh penjuru dunia terdapat hampir di setiap rumah. Apa yang terjadi di
salah satu sudut bumi dalam waktu singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia,
“pintu gerbang” antarnegara semakin terbuka, sekat‐sekat budaya menjadi hilang, budaya antarbangsa semakin membaur, melebur; serta
saling mempengaruhi. Inilah yang melahirkan hal yang disebut oleh John Naisbitt sebagai
“gaya hidup global” yang ditandai dengan keterpurukan dan tersingkirnya budaya local. Ki Hadjar mengemukakan proses peleburan yang
terjadi akibat pengaruh dari budaya lain adalah proses konvergensi yang
merupakan :
adalah berarti datang berkumpulnya aliran-aliran yang pada permulaannya berlainan azas, dasar serta tujuan, akan tetapi karena
aliran itu bersama-sama menempati alam serta zaman yang satu, lambat laun terpaksalah saling mendekati manusia berkumpul
kelaknya, dimana telah nampak ada kepentingan-kepntingan bersama.
Maksud dari penjelasan di atas adalah upaya menyatukan antara dua hal yang berebeda baik dalam segi apapun. saling berhubungan dan menjadi
satu. Manusia menjadikan sebuah kebudayaan maju berkembang maka hal
pokok yang harus dilakukan adalah dengan cara berbaur dengan kebudayaan yang lain. Dengan tetap menyesuakan diri agar tidak terbawa arus kebudayaan
lain, sehingga nilai-nilai yang dimliki tetap terpatri dan terimplementasi dalam setiap aturan kehidupan.
Proses yang dialami oleh masyarakat Baduy luar saat ini, merupakan hasil dari perpaduan antara kedua budaya yang saling berkomunikasi atau
berinteraksi secara massif. Sehingga masyarakat Baduy luar mengena l, bahkan mempraktekan penggunaan alat teknologi informasi tersebut, didasari
oleh karena faktor kebutuhan masyarakat Baduy. Namun proses pembauran teknologi tidak serta mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Sehingga pengaruh penggunaan alat teknologi tidak mampu mengubah pola perilaku masyakat Baduy yang tradisional, dan lain sebagainnya.
Dalam Konvergensi
Budaya, Henry
Jenkins memberika n
perhatiannnya kepada empat aspek konvergensi yaitu ekonomi, teknologi sosial dan budaya. Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara
baru dalam kehidupan, dari kehidupan itu dimulai sampai dengan berakhir , kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah
dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan dengan fasilitas elektronik. Lahirnya konsep konvergensi budaya agar mengubah tatanan hidup masyarakat agar
lebih praktis, efisien dalam pemanfaatan ataupun melengkapi kehidupannya sehari-hari misalnya mengenai pengelolaan ekonomi. Arus informasi yang
begitu cepat mampu mengubah pola prilaku masyarakat dalam bekerja, mengelola keuangan, perdagangan dengan bantuan e-commerce, e-banking.
Membantu pekerjaan bidang kepemerintahan yang dikenal dengan e- government, segala aspirasi masyarakat dan juga sebagai wahana sosialisas i,
interaksi yang terangkul dalam fasilitas ini. Dalam bidang pendidikan e- learning, e-education e-library, e-journal dalam bidang kedokteran, e-
medicine, e-laboratory, e-biodiversity, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika
Dalam konteks masyarakat Baduy proses akulturasi atau konvergens i terjadi karena terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sukar
berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing covert culture, dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur -
unsur kebudayaan asing overt culture. Covert culture misalnya: 1 sistem nilai- nilai budaya, 2 keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap
keramat, 3 beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat, dan 4 beberapa adat yang mempunya i
fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sedangkan overt culture misalnya kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna,
tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berguna dan memberi kenyamanan
Salah satu wujud dari akulturasi dari perlatan dan teknologi terliha t dari seni bangunan candi yang mengandung unsur budaya India. Akan tetapi
keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi
perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis. Dalam konteks masyarakat Baduy, kehadiran teknologi nformasi tidak serta merta dapat mempengaruhi dan
menghilangkan teknologi informasi tradisional yang sudah menjadi budaya setempat, hanya saja dapat memberikan kemudahan dalam menjalanka n
aktivitas mobilitas sosial mereka.
Gambar. 4.7. Proses Akulturasi Budaya
Sumber : Elly Setiadi, 2013 Gambar di atas menunjukkan terjadinya proses konvergensi atau
kontak budaya luar dengan masyarakat setempat menjadikan masyarakat Baduy mulai menegenal kebudayaan lain. Namun tidak mengubah seluruh
sistem-sitem atau norma yang dibangun oleh masyarakat setempat dalam menjalankan roda kehidupannya. Inilah yang disebut dengan proses
akulturasi yang dialami oleh masyarakat Baduy. Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
dan juga meliputi usaha-usaha manusia mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentinga n-
kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Proses yang dialami oleh masyarakat Baduy Luar dengan masyarakat
luar Baduy merupakan contoh adanya proses asimilasi yang saling memberikan perubahan terhadap budayanya masing- masing. Masyarakat
Baduy luar seiring perkembangan zaman mulai merasakan bagaimana manfaat dari penggunaan teknologi informasi yang biasa digunakan oleh
masayarakat modern, begitupun dengan masyarakat Luar Baduy yang juga Unsur-unsur kebudayaan dari maasing- masing kebudayaan yang berbeda
saling bercampur satu sama lain sebagai akibat dari pergaulan atau interaksi
yang intensif dalam waktu yang lama, namun tidak
menyebabkan muncul budaya baru.
sama-sama merasakan manfaat dari kehadiaran alat teknologi informa s i tradisionalnya masyarakat Baduy, seperti kehadiaran alat musik khas
Baduy pantun, angklung, dll sebagai media komunikasi masyarakat Baduy saat perayaan keagamaan memebrikan manfaat tersendiri untuk
masyarakat luar Baduy.
3. Konsentris Penggunaan Teknologi Informasi Masyarakat Panamping