rumbia, dan ijuk, jarang terjadi bencana kebakaran hebat; dan 4 wilayah Baduy yang termasuk dalam daerah rawan gempa Jawa bagian Barat, tidak
terjadi kerusakan bangunan akibat bencana gempa. Kearifan lokal dalam mitigasi bencana yang dimiliki masyarakat Baduy sejatinya didasari oleh
pikukuh ketentuan adat yang menjadi petunjuk dan arahan dalam berpikir dan bertindak. Pikukuh merupakan dasar dari pengetahuan tradisional yang arif dan
bijaksana, termasuk juga dalam mencegah bencana. Dari kedua hasil penelitian di atas, dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif yang menekankan pada sisi bagaimana kearifan lokal masyarakat Baduy melalui aturan pikukuhnya yang merupakan sebagai pijakan
atau pedoman dalam menjalankan kehidupannya, masih sangat relevan untuk diterapkan dan dilaksanakan sampai saat ini, disaat zaman sudah mulai
menerima modernitas dalam proses pembentukan karakter masyarakatnya, serta pada pola penerapan mitigasi bencana.
Yang membedakan dengan penelitian ini dapat dilihat dari sisi perpaduan antara dua budaya yang saling berinteraksi secara intensif antara
masyarakat Baduy Luar dengan masyarakat luar Baduy dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi informasi dalam kacamata teori Trikon yang
digagas oleh Ki Hadjar Dewantara. Sehingga dapat dianalisa bagaimana bentuk kontinyuitas penggunaan teknologi informasi masyarakat Baduy, dibagian
mana terjadinya proses konvergensi dan konsntris penggunaan teknologi informasi.
E. Kerangka Berfikir
Sebagai bagian dari proses, kebudayaan akan selalu mengala mi perkembangan. Tidak ada suatu kebudayaan yang akan mengalami statis.
Selalu mengalami perkembangan dan perubuhan, karena sejatinya kebudayan merupakan hasil dari ide atau gagasan yang diciptakan oleh manusia, dan hal
itu terwujud karenanya ada interaksi antar satu kebudayaan dengan kebudayaan
lainnya. Sekalipun objeknya adalah masyarakat yang terisolasi, namun yang membedakan adalah hanya pada waktu saja.
Seperti halnya masyarakat kelompok lainnya yang ada di dunia. Masyarakat Baduy adalah salah satu dari bagian itu yang mempunya i
kebudayaan atau kearifan lokal sendiri, yang sampai saat ini masih dijunj ung tinggi sebagai suatu aturan atau hukum adat yang harus dilestarikan, karena
bagi mereka ini adalah amanah dari nenek moyang mereka. Baduy terbagi dalam beberapa kelompok atau batasan, yaitu Baduy Dangka dengan Baduy
Panamping. Masyarakat Baduy Dangka masih erat melestarikan kearifannya dan menjalankan aturan adatnya. Sedangkan masyarakat yang berada di
Panamping sudah sedikit membaur dengan beberapa penduduk yang ada yang terbilang modern kehidupan masyarakat yang berada di dusun panamping akan
jauh lebih terbuka dengan masyarakat Baduy dalam. Kebutuhan
akan kehadiran teknologi
informasi yang modern
merupakan suatu yang diharapkan oleh sebagian besar penduduk masyarakat Baduy luar, karena mereka menganggap
bahwa teknologi informas i
memberikan kemudahan dalam menjangkau setiap akses informasi di belahan dunia. Di satu sisi kehadiran teknologi akan memberikan dampak positif dan
juga negatif, oleh karenanya pada penelitian ini akan dikaji secara rinci bagaimana proses perkembangan budaya dari unsur lama kepada unsur yang
lebih modern. Sedikit sekali literatur atau penelitian yang mengkaji bagaimana pola
yang dilakukan oleh masyarakat Panamping dalam melestarikan adatanya, ditengah uapya manusia tetap beradaptasi dengan masyarakat Modern, yang
kemudian diaktikan dengan teori yang bersumber dari Ki Hadar Dewanta ra mengenai teori system kebudayaan, yang dikenal dengan teori atau asas trikon.
Melalui prinsipnya, yaitu kontinyuitas atau prinsip kebelerlanjutan manus ia mempertahankan kebudayaannya, dan dengan cara menyesuaikan nilai-ni la i
yang sedang berkembang sebagai upaya manusia kemajuan peradaban.
Tabel 2.1. Kerangka Berfikir
Baduy Luar
Teknologi Informasi
Kontinyuitas Konvergensi
Konsentris
Interaksi yang terjalin sangant
intesif dengan masyarakat luar
Baduy, mempengaruhi
tingkat kebutuhan
masayarakat Baduy
Terjadinya konvergensi tidak
serta merta
menghilangkan unsur
budaya lama, dibuktikan
dengan penggunaan
teknologi informasi
konvensional Ada proses
lanjutanperkemb angan dari unsur
penggunaan teknologi
informasi lama ke arah
penggunaan teknologi
informasi baru modern
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian akan dilakukan pada masyarakat Panamping Baduy Luar, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” –
6°30’0” LS dan 108°3’9” 106°4’55”. Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegununga n
Kendeng 600 m di atas permukaan laut DPL tersebut berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45, yang
merupakan tanah vulkanik di bagian utara, tanah endapan di bagian tengah, dan tanah campuran di bagian selatan. suhu rata-rata 20 °C.
65
Secara administratif masyarakat Baduy dibatasi oleh 11 Desa dari 6 Kecamatan.
66
Sebelah Utara dibatasi oleh :
a. Desa Bojongmenteng b. Desa Cisimeut Raya
c. Desa Nayagati Sebelah Barat dibatasi oleh
: a. Desa Parakan Besi
b. Desa Kebon Cau c. Desa Karangnunggal
Sebelah Selatan dibatasi oleh : a. Desa Cikate
65
Ivan Masdudin, Keunik an Suku Badui di Banten, Banten: Talenta Pustaka Indonesia, 2011, hal. 6
66
Ahmad Sihabuddin, Saatnya Baduy Bicara Banten: Bumi Aksara, 2013, hal: 58