1. Creadibility dan Transferability
Creadibility dan transferability atau validitas desain menunjukka n tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan.
Sedangkan validitas desain kualitatif menunjukan sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang
sesuai antara parti sipan dengan penelitiā.
81
2. Dependabilityauditability
Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas dipengaruhi oleh: a status dan kedudukan peneliti di kalangan anggota kelompok yang diselidikida n
hubungan pribadinya dengan partisipan, b pilihan informan, c situasi dan kondisi sosial yang mempengaruhi informasi yang diberikan, d definis i
konsep, e metode pengumpulan dan analisis data pengumpulan. Usaha yang dilakukan manusia mempertinggi reliabilitas interna l
adalah : a uraian deskriptif yang konkrit, b membentuk tim peneliti c menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti d, meminta
pertimbangan ahli lain, e pencacatan data atau infoemasi dengan alat mekanis. Reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan manusia
mempertajam uraian deskriptif yang konkrit, yaitu pengungkapan data wawancara dan dokumen dengan konfirmasi berulang-ulang terhadap
responden, meminta pendapat dan pertimbangan peneliti lain yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan pencatatan data atau informa s i
dengan alat mekanis menggunakan komputer
82
.
3. Confrimability
Data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalama n,
81
Pedoman Penulisan Sk ripsi FITK, Jakarta:Tanpa Penerbit, hal.72
82
Pedoman Penulisan Sk ripsi FITK, hal. 75
kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecendrunga n- kecendrungan tertentu.
Confrimability atau objektivitas dalam penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat, didengar, ditangkap, dan
dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka.
83
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung penelit i akan menggunakan beberapa kriteria keabsahan data dengan menggunaka n
teknik pemeriksaan sebagaimana telah disebut di atas untuk dapat membuktikan keabsahan data. Yaitu dengan kehadiran peneliti itu sendiri
sebagai instrumen, mencari tema atau penjelasan berdasarkan pengamatan. Demikianlah penjelasan mengenai metode penelitian, dimana dalam
bab ini memaparkan secara menyeluruh hal-hal yang berkaitan dengan objek dan waktu penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, serta
teknik dan langkah- langkah dalam mengelola dan menganalisis data yang diperoleh dalam menemukan relevansi teori trikon ini terhadap budaya
penggunaan teknologi di Baduy Luar.
83
Pedoman Penulisan Sk ripsi FITK, hal. 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Masyarakat Baduy
Masyarakat Baduy menetap secara mengelompok di dalam satu desa. Mereka hidup berdampingan satu sama lain, hubungan keakrabatan terjalin
dengan erat dan sehat. Seperti halnya yang banyak orang ketahui bagaimana masyarakat Baduy membuat kelompok-kelompok sosial, mulanya mereka
hanya mendiami satu kelompok saja, sejalan dengan perkembangan zaman dan pesatnya pengaruh dari luar, mulai terjadi pelonggaran-pelongga ra n
terhadap aturan masyarakat Baduy. Orang Baduy yang semula hanya satu komunitas atau kelompok akhirnya dibagi menjadi dua. Dua kelompok besar
yang mendiami wilayah Kanekes yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.
84
Namun ada sumber lain yang menyatakan bahwa Masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga kelompok yakni, tangtu, panamping, dan dangka.
85
Kelompok Tangtu adalah kelompok yang biasa dikenal dengan sebutan Baduy dalam, yang paling kuat dalam menjalankan ketentuan adatnya, mereka
adalah yang bermukim di tiga kampung di Desa Kanekes, yakni Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Dapat disebut juga bahwa kelompok masyarakat
Baduy dalam merupakan represenatsi dari masyarakat Baduy masa lalu yang mendekati para pewaris asli budaya dan pengemban amanah kesukuan
mereka.
86
Hal tersebut menurut penulis dapat dilihat secara jelas bahwa adanya garis teritorial pembatas ketiga kampung tersebut di atas dengan
kampung lainnya merupakan bukti bahwa amanah pengemban kesukuan hanya di khususkan oleh mereka yang tinggal di ketiga kampung tersebut.
84
Ivan Masduddin, hal.8
85
Ahmad Sihabudin, Saatnya Baduy Bicara,Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hal. 24
86
Ivan Masdudin, op, cit., hal. 10