longsor dan kerapatan frekuensi longsor yang dihitung berdasarkan jumlah titik longsor dan frekuensi kejadian terhadap luasan masing-masing kelas pada
parameter biogeofisik seperti tersebut di atas. Satuan luasan yang digunakan untuk menghitung nilai kerapatan adalah 100 km². Hal ini dilakukan untuk menghindari
banyaknya digit angka di bawah nol.
c. Penetapan kelas bahaya longsor
Bahaya longsor adalah suatu kondisi dimana proses longsor dapat terjadi dalam waktu dekat, bisa dalam hitungan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan,
sehingga mengindikasikan bahwa proses longsor dapat terjadi sewaktu-waktu dikarenakan oleh sifat biogeofisik yang dimiliki yang dapat mengancam jiwa
manusia atau menimbulkan kerugian yang lain. Penilaian bahaya longsor dalam penelitian ini bersifat parametrik, dimana
pada setiap parameter dikelaskan menjadi beberapa kelas yang menggambarkan besarnya kontribusi terhadap proses longsor. Adapun setiap kelas yang telah
dibuat, dari kelas sangat rendah hingga kelas sangat tinggi, masing-masing diberi skor dari 1 hingga 5. Dalam penelitian ini bahaya longsor direpresentasikan
sebagai penjumlahan skor dari masing-masing parameter pada suatu wilayah tertentu. Dengan demikian formulasi bahaya longsor dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan : KBL = Kelas Bahaya Longsor L = Lereng
E = Elevasi G = Geologi
T = Tanah L = Lahan
CH = Curah Hujan
Untuk skor dari masing-masing kelas setiap parameter disajikan pada Tabel 3, dimana skor 1 mencerminkan kontribusi yang sangat kecil terhadap
proses longsor sebaliknya untuk skor 5 mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap proses terjadinya longsor. Untuk mengetahui kelas bahaya longsor
berdasarkan formulasi di atas, maka diperlukan klasifikasi bahaya longsor yang didasarkan pada kelas interval Kelas interval dirumuskan sebagai berikut :
Rumus KBL = L + E + G + T + L + CH
Dalam Penelitian ini kelas bahaya longsor selanjutnya dibagi menjadi lima, yaitu kelas bahaya sangat rendah, rendah, menengah, tinggi, dan sangat tinggi.
Bedasarkan ketentuan-ketentuan ini dan nilai skor yang telah ditentukan dalam Tabel 3, maka besarnya kelas interval adalah :
Interval Kelas Bahaya Longsor = 30-6 = 4,8 atau setara 5 5
Berdasarkan nilai interval tersebut, selanjutnya dapat dibuat klasifikasi bahaya longsor yang didasarkan pada besarnya nilai yang diperoleh dan hasilnya
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 21. Parameter Longsor Berdasarkan Faktor Biogeofisik No Variabel
Kriteria Skor
Keterangan
1 Kelas
Lereng 0-8
1 Sangat Rendah
8-15 2
Rendah 15-25
3 Menengah
25-45 4
Tinggi 45
5 Sangat Tinggi
2 Curah
hujan mmtahun
1500-2000 1
Sangat Rendah 2000-2500
2 Rendah
2500-3000 3
Menengah 3000-3500
4 Tinggi
3500-4000 5
Sangat Tinggi
3 Jenis
Batuan Batuan Aluvial
1 Sangat Rendah
Batuan Kapur 2
Rendah Batuan sediment
3 Menengah
Batuan Vulkanik 4
Tinggi
Interval Kelas Bahaya Longsor = Nilai tertinggi
– Nilai terendah Jumlah Kelas
Batuan sediment dan Batuan
Vulkanik 5
Sangat Tinggi
4 Jenis Tanah
Aluvial 1
Sangat Rendah Latosol dan Renzina 2
Rendah Regosol dan Litosol 3
Menengah Andosol dan
Regosol 4
Tinggi
Podsolik dan Regosol
5 Sangat Tinggi
5 Elevasi
1000m 1
Sangat Rendah 1000-1500m
2 Rendah
1500-2000m 3
Menengah 2000-2500m
4 Tinggi
2500m 5
Sangat Tinggi
6 Penggunaan
Lahan Perairan,Perkebunan
dan Sawah 1
Sangat Rendah
Semak belukar dan Lahan Terbuka
2 Rendah
Hutan dan Pemukiman
3 Menengah
Ladang 4
Tinggi Kebun Campuran
5 Sangat Tinggi
Tabel 4. Klasifikasi Kelas Bahaya Longsor Kelas Bahaya
Interval Keterangan
1 6-10
Sangat rendah 2
11-15 Rendah
3 16-20
Menengah 4
21-25 Tinggi
5 26-30
Sangat Tinggi
e. Penetapan kelas resiko longsor