Kerapatan Titik Longsor Terhadap Curah Hujan

b. Kerapatan Titik Longsor Terhadap Curah Hujan

Berdasarkan hasil pemetaan persebaran titik longsor terhadap curah hujan dan masing-masing luasanya didapatkan suatu nilai kerapatan titik longsor seperti yang tersaji pada Tabel 25 dan Gambar 32. Tabel 25. Titik Longsor pada Berbagai Curah Hujan Curah hujan mmtahun Luasha luas Titik Longsor Kerapatan titik100km² 1500-2000 36851 11.95 2000-3000 172930 56.1 23 1.3 3000-4000 98466 3.94 20 2.0 Gambar 32. Hubungan Kerapatan Titik Longsor pada Berbagai Curah Hujan Berdasarkan Tabel 25 dan Gambar 32 di atas terlihat bahwa peluang terjadinya longsor berbading lurus dengan besarnya curah hujan. Berhubung persebaran curah hujan yang tinggi di Kabupaten Garut berada di Bagian Selatan, maka wialayh Selatan ini perlu mendapat perhatian atau kewaspadaan tersendiri terhadap longsor terutama pada lereng-lereng yang curam. Tabel 26 menunjukan kejadian longsor pada masing-masing kelas curah hujan yang banyak terdapat pada kelas kemiringan lereng 25-45. Hasil analisis di atas memperlihatkan bahwa peluang terjadinya longsor di daerah penelitian memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin besar curah hujan maka semakin besar pula peluang terjadinya longsor seperti yang 0.5 1 1.5 2 2.5 1500-2000 2000-3000 3000-4000 T it ik 1 k m ² Curah hujanmmtahun Density ditunjukkan oleh banyaknya titik longsor pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Zakaria 2011 bahwa curah hujan mempengaruhi kadar air dan kejenuhan air sehingga memicu terjadinya longsor. Hujan dapat meningkatkan kadar air dalam tanah dan menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-ubah. Kenaikan kadar air tanah akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah yang mempengaruhi kondisi internal tubuh lereng dan menurunkan faktor keamanan lereng. Tabel 26. Hubungan Sebaran Titik Longsor pada Berbagai Curah Hujan Berdasarkan Kelas Lereng Curah hujan mmtahun kelas Lereng Titik Longsor Persentase 1500-2000 0-8 8-15 15-25 25-45 45 2000-3000 0-8 8-15 3 15 15-25 7 30 25-45 12 50 45 1 5 3000-4000 0-8 8-15 2 10 15-25 8 40 25-45 10 50 45

c. Kerapatan Frekuensi Longsor Terhadap Curah Hujan

Dokumen yang terkait

Extension of Farmers in Marginal Land The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

1 20 286

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

3 56 279

Examination of Land Degradation based on Erosion Potential using Revised Universal Soil Loss Equation (A Study Case of Bandung Regency, West Java, Indonesia)

0 9 200

Land Use Classification with Back Propagation Neural Network and The Maximum Likelihood Method: A Case Study in Ciliwung Watershed, West Java, Indonesia.

0 13 228

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

1 34 272

Extension of Farmers in Marginal Land: The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry-Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

0 14 556

Local Institution: A Form of Socio-Ecological Adaptation in Landslide-Prone Areas (A Case of Landslide-Prone Community in Sukaraksa Village, Bogor Regency, West Java Province).

0 7 313

An Analysis of Potential Hazard and Risk for Flood and Landslide (Case Study in West Java Province)

2 19 308

Spatial Landuse Planning of Soybean Plantation as Analyzed by Land Evaluation and Dynamic System: a Case Study of Karawang Regency, West Java, Indonesia

0 7 5

Access to land in Sundanese Community : Case Study of Upland Peasant Hausehold in Kemang Village, West Java Indonesia

0 3 6