Kerapatan Titik Longsor Terhadap Formasi Geologi

b. Kerapatan Titik Longsor Terhadap Formasi Geologi

Berdasarkan hasil analisis kerapatan titik longsor terhadap formasi geologi didapatkan beberapa nilai kerapatan titik longsor seperti tersaji pada Tabel 17. Adapun gambaran grafis dari kerapatan titik longsor tersebut disajikan pada Gambar 26. Tabel 17. Titik Longsor pada Berbagai Formasi Geologi Formasi Geologi Luasha Luas Titik Longsor Kerapatan titik100km² Endapan Remah Lepas Gunung Muda Tak Terurai 1766 0.57 1 0.6 Endapan Piroklastik 46498 15.08 4 0.9 Batuan Gunungapi Muda 60899 19.76 11 1.7 Breksi Hasil Batuan Gunungapi Tua 23277 7.55 4 1.8 Anggota Tufa dan Breksi 86946 28.21 23 2.6 Gambar 26. Hubungan Kerapatan Titik Longsor pada Berbagai Formasi Geologi Data tersebut di atas menunjukan bahwa nilai kerapatan titik longsor atau peluang terjadinya longsor di daerah penelitian terutama berada pada Formasi Anggota Tufa dan Breksi, kemudian pada Formasi Breksi Hasil Gunungapi Tua, dan pada Formasi Batuan Gunungapi Muda. Hal ini menyiratkan bahwa peluang terjadinya longsor di daerah penelitian banyak ditentukan oleh tipe batuan atau litologi yang mempunyai komposisi adanya bahan piroklastik halus tufa yang 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Endapan Remah Lepas Gunung Muda Tak Terurai Endapan Piroklastik Batuan Gunungapi Muda Breksi Hasil Batuan Gunungapi Tua Anggota Tufa dan Breksi ti ti k 1 k m ² Formasi Geologi Density dapat bertindak sebagai bidang luncur dan juga umur geologi batuan yang menggambarkan cukup lamanya proses pelapukan telah berlangsung pada batuan. Peluang ini untuk daerah peneltian diperbesar lagi oleh besarnya kemiringan lereng. Hal ini terlihat pada Tabel 18 dimana pada kemiringan lereng 15 hingga 45 terdapat sebanyak 20 titik longsor. Tabel 18. Hubungan Sebaran Titik Longsor Pada Berbagai Formasi Geologi Berdasarkan Kelas Lereng Formasi Geologi Kelas Lereng Titik Longsor Persentase Endapan Remah Lepas Gunung Muda Tak Terurai 0-8 8-15 15-25 1 100 25-45 45 Endapan Piroklastik 0-8 8-15 1 25 15-25 25-45 3 75 45 Breksi Hasil Batuan Gunungapi Tua 0-8 8-15 1 75 15-25 3 25 25-45 45 Batuan Gunungapi Muda 0-8 8-15 2 15 15-25 5 45 25-45 3 35 45 1 5 Anggota Tufa dan Breksi 0-8 8-15 3 10 15-25 9 40 25-45 11 50 45

c. Kerapatan Frekuensi Longsor Terhadap Formasi Geologi

Dokumen yang terkait

Extension of Farmers in Marginal Land The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

1 20 286

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

3 56 279

Examination of Land Degradation based on Erosion Potential using Revised Universal Soil Loss Equation (A Study Case of Bandung Regency, West Java, Indonesia)

0 9 200

Land Use Classification with Back Propagation Neural Network and The Maximum Likelihood Method: A Case Study in Ciliwung Watershed, West Java, Indonesia.

0 13 228

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

1 34 272

Extension of Farmers in Marginal Land: The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry-Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

0 14 556

Local Institution: A Form of Socio-Ecological Adaptation in Landslide-Prone Areas (A Case of Landslide-Prone Community in Sukaraksa Village, Bogor Regency, West Java Province).

0 7 313

An Analysis of Potential Hazard and Risk for Flood and Landslide (Case Study in West Java Province)

2 19 308

Spatial Landuse Planning of Soybean Plantation as Analyzed by Land Evaluation and Dynamic System: a Case Study of Karawang Regency, West Java, Indonesia

0 7 5

Access to land in Sundanese Community : Case Study of Upland Peasant Hausehold in Kemang Village, West Java Indonesia

0 3 6