disamping oleh penambahan beban yang besar pada lereng akibat pertumbuhan vegetasi atau disebabkan oleh gerakan angin yang mengenai vegetasi, dan kerja
akar tanaman yang membantu membesarkan rekahan tanah Tejakusuma, 2007. Pramumijoyo dan Karnawati 2001 menyatakan bahwa pembukaan hutan,
penanaman jenis pohon yang tahunan dengan jarak tanam terlalu rapat, pemotongan tebinglereng untuk jalan dan pemukiman merupakan pola aktivitas
manusia yang dijumpai di daerah terjadinya longsor. Penanaman pohon dengan jenis tanaman tahunan, misalnya pohon durian, manggis dan bambu, serta
penanaman dengan jarak tanam terlalu rapat mengakibatkan penambahan beban terhadap massa tanah. Hal ini berarti akan menyebabkan tanah menjadi rentan
untuk longsor. Lebih lanjut diuraikan oleh Yunarto 2010 bahwa jenis penggunaan lahan
pemukiman yang mempunyai kepekaan tinggi terhadap longsor pada lahan berlereng bagian atas. Hal tersebut dikarenakan mempunyai gaya beban yang
berat, tidak adanya pengelolaan vegetasi yang efektif, serta mempunyai tingkat porositas air ke dalam tanah rendah. Pola penggunaan lahan kebun campuran
yang berada di lereng bagian atas dengan lereng curam dengan kondisi tanah yang gembur menyebabkan air mudah meresap ke dalam tanah, bobot tanah bertambah
sehingga tanah menjadi labil dan mudah bergerak mengakibatkan terjadinya longsor.
2.4 Sistem Informasi Geografis SIG
Sistem Informasi Geografis SIG adalah teknologi informasi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer yang berkaitan
dengan operasi pengumpulan, penyimpanan, dan manipulasi data. Komponen utama SIG dapat dibagi ke dalam tiga komponen menurut Barus dan Wiradisastra
2000 yaitu: 1 komponen keras, meliputi peralatan pemasukan data, peralatan untuk menyimpan dan pengolahan, dan peralatan mencetak hasil, 2 komponen
perangkat lunak, meliputi persiapan dan pemasukan data, manajemen, penyimpanan, dan pemanggilan data, manipulasi data dan analisis, dan pembuatan
produk SIG, dan 3 komponen organisasi. Lebih lanjut Barus dan Wiradisastra 2000 menyatakan bahwa
keuntungan memakai SIG adalah kemampuannya dalam memelihara data dalam
bentuk digital. Data ini lebih mudah dalam menyimpan informasi dibanding dalam bentuk peta, cetak, tabel atau bentuk konvensional lainnya. Dengan
dipakainya sistem komputer, maka bila diperlukan data dalam jumlah besar dapat dipanggil dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan biaya per unit yang lebih
rendah dari pada dengan cara manual. Demikian pula dalam hal kemampuan memanipulasi data spasial dan mengkaitkannya dengan informasi atribut dan
mengintegrasikannya dengan berbagai tipe data dalam suatu analisis. Disamping hal tersebut, pemanfaatan SIG bertujuan untuk memecahkan
persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolalan data yang berferensi geografi. Pada akhirnya SIG dipergunakan untuk membantu pemakai untuk mencapai
tujuannya yaitu pengambilan keputusan Barus dan Wiradisastra, 2000. Aplikasi sistem informasi geografis banyak dilakukan dalam berbagai
bidang, salah satunya adalah Wuryanta 2003 yang memanfaatkan SIG untuk mengindetifikasi wilayah berpotensi longsor dengan Citra Landsat ETM+. Penulis
lain seperti Jaya 2005 menggunakan SIG untuk mendeteksi lahan longsor menggunakan citra SPOT multiwaktu. Dari Penelitian tersebut didapatkan bahwa
SIG sangat membatu dalam kajian penanganan longsor lebih efisien dan bisa memprediksi terjadinya longsor untuk masa mendatang.
2.5 Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti penting objek
terkait Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986. Dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra diperlukan tiga rangkaian kegiatan yaitu deteksi,
identifikasi, dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas ada atau tidaknya suatu objek pada citra. Identifikasi adalah upaya untuk mencirikan objek yang dideteksi
dengan menggunakan keterangan yang cukup yaitu menggunakan unsur interpretasi citra pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut untuk
membuat kesimpulan Lint dan Simonett,1975 dalam Sutanto, 1986. Secara umum interpretasi citra secara visual dilakukan pada data
penginderaan jauh dalam bentuk peta analog seperti foto udara. Namun interpretasi visual juga dapat dilaksanakan pada data format digital yang tersedia
langsung pada komputer. Kelebihan dari interpretasi visual secara langsung di