juga ladang-ladang tersebut umumnya menempati lereng yang miring, sehingga longsor sering terjadi secara berulang Tabel 30.
5.3 Analisis Bahaya Longsor
Dalam penelitian ini kelas bahaya longsor dibagi menjadi lima kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, tinggi dan sangat tinggi. Untuk mendapatkan
kelas tingkat bahaya longsor, formula seperti berikut dibawah ini digunakan seperti yang telah diuraikan pada bab metodologi penelitian. Begitu pula nilai-
nilai skor pada masing-masing parameter yang digunakan untuk menilai bahaya longsor.
Keterangan : KBL = Kelas Bahaya Longsor L = Lereng
E = Elevasi G = Geologi
T = Tanah L = Lahan
CH = Curah Hujan
Berdasarkan hasil analisis bahaya longsor yang dilakukan sesuai dengan formula tersebut, didapatkan bahwa secara dominan daerah penelitian mempunyai
kelas bahaya sedang, seperti disajikan pada Gambar 36. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa bahaya sangat tinggi sangat sempit hanya menempati
0.1 dari total luas daerah penelitian, bahaya tingg 33.5, bahaya sedang 42.1, bahaya rendah 19, dan bahaya sangat rendah 5.3. Untuk mengetahui
gambaran persebaran spasial dari kelas-kelas bahaya tersebut dapat dilihat pada Gambar 37.
Dari Gambar 37 dapat diketahui bahwa bahaya sangat tinggi berlokasi di Kabupaten Garut bagian Selatan, dimana pada lokasi ini kelas kemiringan lereng
45 cukup dominan dan dengan pula nilai skor untuk masing-masing parameter yang lain. Untuk bahaya tinggi juga tersebar hampir merata di Kabupaten Garut
bagian Selatan, dimana di wilayah ini curah hujan relatif tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan berperan besar dalam menentukan tingkat
bahaya longsor, disebabkan kondisi dari parameter-parameter lain mempunyai
Rumus KBL = L + E + G + T + L + CH
nilai yang relatif agak seragam terutama dari sisi lereng dan relief. Berdasarkan kondisi bahaya longsor tersebut di atas, maka semakin jelas bahwa Kabupaten
Garut bagian Selatan sangat memerlukan perhatian dan pengelolaan lingkungan yang baik, bertujuan untuk menanggulangi bencana longsor.
Jika dilihat dari batas adminitrasi, maka wilayah yang mempunyai kelas bahaya longsor yang tinggi ini meliputi kecamatan-kecamatan Bungbulang,
Cikajang, Kecamatan, dan Pamulihan. Untuk mengetahui lebih rinci besarnya luas wilayah bahaya longsor di masing-masing wilayah adminitrasi dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 6. Secara umum dapat disimpulkan di sini bahwa Kabupaten Garut bagian
Utara, mempunyai luasan tingkat bahaya longsor yang jauh lebih rendah daripada wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan. Pola sebaran kelas bahaya longsor dari
hasil analisis penggabungan masing-masing parameter menunjukan pola yang spesifik, yaitu menyebar pada wilayah bertopografi perbukitan sampai
pegunungan dengan kemiringan lereng dari miring sampai terjal dan dengan variasi berbagai faktor biogeofisik lainnya, seperti elevasi tinggi, penggunaan
lahan kebun campuran, curah hujan tinggi, formasi geologi Tersier, dan jenis tanah yang mempunyai tekstur liat. Bedasarkan hal tersebut kelas bahaya tinggi
mengikuti pola sebaran daerah di sekitar gunungapi dan perbukitan. Untuk lebih jelasnya agar bisa mengetahui sebaran daerah dan luas masing
masing kelas bahaya longsor dapat dilihat pada Gambar 37 dan Gambar 38 berikut.
Gambar 37. Grafik Sebaran Luas Kelas Bahaya Tanah Longsor
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
Sangat Rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
5.3 19
42.1 33.5
0.1
Luas
Gambar 38. Peta Bahaya Longsor
72
5.9 Analisis Resiko Longsor