bentuk digital. Data ini lebih mudah dalam menyimpan informasi dibanding dalam bentuk peta, cetak, tabel atau bentuk konvensional lainnya. Dengan
dipakainya sistem komputer, maka bila diperlukan data dalam jumlah besar dapat dipanggil dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dan biaya per unit yang lebih
rendah dari pada dengan cara manual. Demikian pula dalam hal kemampuan memanipulasi data spasial dan mengkaitkannya dengan informasi atribut dan
mengintegrasikannya dengan berbagai tipe data dalam suatu analisis. Disamping hal tersebut, pemanfaatan SIG bertujuan untuk memecahkan
persoalan yang dibutuhkan dalam pengelolalan data yang berferensi geografi. Pada akhirnya SIG dipergunakan untuk membantu pemakai untuk mencapai
tujuannya yaitu pengambilan keputusan Barus dan Wiradisastra, 2000. Aplikasi sistem informasi geografis banyak dilakukan dalam berbagai
bidang, salah satunya adalah Wuryanta 2003 yang memanfaatkan SIG untuk mengindetifikasi wilayah berpotensi longsor dengan Citra Landsat ETM+. Penulis
lain seperti Jaya 2005 menggunakan SIG untuk mendeteksi lahan longsor menggunakan citra SPOT multiwaktu. Dari Penelitian tersebut didapatkan bahwa
SIG sangat membatu dalam kajian penanganan longsor lebih efisien dan bisa memprediksi terjadinya longsor untuk masa mendatang.
2.5 Interpretasi Citra
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti penting objek
terkait Estes dan Simonett, 1975 dalam Sutanto, 1986. Dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra diperlukan tiga rangkaian kegiatan yaitu deteksi,
identifikasi, dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas ada atau tidaknya suatu objek pada citra. Identifikasi adalah upaya untuk mencirikan objek yang dideteksi
dengan menggunakan keterangan yang cukup yaitu menggunakan unsur interpretasi citra pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut untuk
membuat kesimpulan Lint dan Simonett,1975 dalam Sutanto, 1986. Secara umum interpretasi citra secara visual dilakukan pada data
penginderaan jauh dalam bentuk peta analog seperti foto udara. Namun interpretasi visual juga dapat dilaksanakan pada data format digital yang tersedia
langsung pada komputer. Kelebihan dari interpretasi visual secara langsung di
komputer ini lebih mudah dan dapat mendeteksi obyek melalui pengaturan komposisi band citra. Menurut Lillesand dan Kiefer 1997, Citra Landsat
merupakan salah satu jenis citra multispektral yang banyak digunakan untuk berbagi studi. Citra ini mempunyai 7 saluran yang terdiri dari spektrum tampak
pada saluran 1, 2, dan 3, spektrum inframerah dekat pada saluran 4, 5, dan 7 serta spektrum inframerah termal pada saluran 6. Terdapat banyak aplikasi dari data
Landsat TM seperti pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, pemetaan suhu permukaan laut, dan lain-lain.
Untuk pemetaan penutupan dan penggunaan lahan data Landsat TM lebih dipilih daripada data SPOT multispektral karena terdapat band infra merah dekat yaitu
band 4, 5, dan 7. Landsat TM adalah satu-satunya satelit non-meteorologi yang mempunyai band inframerah termal. Data termal diperlukan untuk studi proses-
proses energi pada permukaan bumi seperti variabilitas suhu tanaman dalam areal yang beririgasi.
Menurut Sutanto 1987 Landsat banyak digunakan untuk identifikasi jenis tanaman. Identifikasi mencapai 95 keakuratan untuk daerah yang luas dan
seragam dan hingga 75 atau 85 bagi daerah yang rumit. Interpretasi digital dapat dilakukan dengan cepat, efisien dan sistematis, sehingga hasil interpretasi
mendekati kebenaran, nilai spektral pixel dapat dibedakan dengan tepat 0-255. Analisis dengan cara sistematik dan statistik dapat memperagakan hasil
manipulasi data dengan cepat dan menghasilkan gambar dengan cepat pula. Frekuensi perekaman ulang memungkinkan penyediaan Citra Landsat di dalam
berbagai musim. Beberapa aplikasi Citra Landsat telah banyak digunakan dalam studi
longsor, salah satunya oleh Sulistiarto dan Cahyono 2007 tentang identifikasi longsor dengan menggunakan Citra Landsat dan ASTER, serta oleh Wuryanta
2003 tentang identifikasi dan pemetaan lahan berpotensi longsor dengan menggunakan Citra Landsat 7 ETM+.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6°5649-7°4500 Lintang Selatan
dan 107°258-108°730 Bujur Timur. Secara Administrasi Kabupaten Garut mempunyai 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 403 desa.
Dalam penelitian ini persiapan dan pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departeman Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengolahan data sebelum kerja lapangan dilaksanakan mulai bulan Juni 2011 sampai bulan
Februari 2012, sedangkan kerja lapang dan wawancara dilaksanakan pada akhir Februari 2012. Untuk pengolahan data akhir dilaksanakan setelah kerja lapang
sampai bulan Mei 2012.
Gambar 7. Lokasi Penelitian