V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemetaan Titik-Titik Longsor di Kabupaten Garut
Pemetaan titik-titk longsor di daerah penelitian dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Titik-titik longsor yang dituju didasarkan pada
informasi longsor dari Bappeda Kabupaten Garut, informasi penduduk lokal, dan peta bahaya longsor tentatif sebelum dilakukan observasi lapangan, terutama pada
area yang mempunyai kemiringan lereng sedang hingga tinggi. Dalam penelitian ini peta jalan sangat diperlukan untuk mengetahui rute guna menuju titik-titik
longsor yang akan diteliti. Dari hasil pengamatan lapangan didapatkan sebanyak 43 titik longsor yang
meliputi titik-titik longsor baru belum lama terjadi maupun yang sudah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya Gambar Lampiran 1 dan Tabel Lampiran 2.
Persebaran titik-titik longsor tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 yang disajikan dengan latar belakang Citra GDEM resolusi 30 meter, dimana terlihat bahwa
mulai dari G. Cikurai ke Utara hanya terdapat 10 titik longsor, selebihnya 33 titik longsor terdapat di wilayah Selatan Kabupaten Garut dari Gunung Cikurai ke
Selatan. Banyaknya titik-titik longsor di wilayah Selatan tersebut dibandingkan
dengan di wilayah Utara Kabupaten Garut disebabkan oleh kondisi morfologi di wilayah Utara didominasi oleh daerah landai sampai datar sekitar 30 dari luas
total daerah penelitian sedangkan di wilayah Selatan sekitar 45 dari luas total daerah penelitian berupa daerah perbukitan. Titik-titik longsor yang ditemukan di
Kabupaten Garut bagian Utara tersebut tersebar pada daerah perbukitan dan pegunungan vulkanik, baik di sisi Timur maupaun sisi Barat wilayah ini. Untuk
persebaran titik-titik longsor di wilayah selatan tampak mempunyai pola memanjang berurutan, ke arah Selatan maupun ke arah Barat Gambar17, dan
ditemukan pada morfologi perbukitan dan pegunungan. Pola memanjang ini sesungguhnya lebih disebabkan oleh pola jalan yang dipakai untuk mencari titik-
titik longsor, karena longsor banyak ditemukan tidak jauh dari tepi jalan. Dengan demikian sesungguhynya masih dimungkinkan terdapat titik-titik longsor lain
yang belum dapat ditemukan dikarenakan tidak adanya aksesibiltas untuk mencapai titik-titik tersebut dan sulit medan di wilayah Kabupaten Garut Bagian
Selatan. Jika persebaran titik-titik longsor tersebut ini dilihat berdasarkan batas administrasi kecamatan, maka Kecamatan Cisewu mempunyai titik longsor
terbanyak. yaitu sebanyak 10 titik longsor, sedangkan Kecamatan Banjarwangi, Kadungora, Leles, Sucinaraja, Karangpawitan, dan Cisurupan mempunyai titik
longsor terendah sebesar 1 titik longsor Gambar 17 dan Tabel 8. Dengan demikian kecamatan Cisewu perlu mendapat perhatian tersendiri dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Garut terkait dengan program pengurangan korban bencana alam atau mitigasi bencana longsor.
Tabel 8. Sebaran titik longsor menurut batas administrasi
No Kecamatan
Titik Longsor 1 Banjarwangi
1 2 Kadungora
1 3 Leles
1 4 Sucinaraja
1 5 Karangpawitan
1 6 Cisurupan
1 7 Pakenjeng
2 8 Bungbulang
2 9 Cigedug
2 10 Cihurip
2 11 Caringin
3 12 Malangbong
4 13 Pamulihan
6 14 Cisompet
6 15 Cisewu
10
Gambar 17. Peta Sebaran Titik Longsor
36