Hubungan Curah Hujan dengan Longsor a. Persebaran titik longsor dengan curah hujan

5.2.5. Hubungan Curah Hujan dengan Longsor a. Persebaran titik longsor dengan curah hujan

Data curah hujan yang digunakan pada penelitian ini diambil dari data atribut Peta Land System RePPProT, 1987 yang selanjutnya dilakukan proses tumpang tindih overlay tdengan persebaran titik longsor. Berdasarkan hasil analisis ini diketahui bahwa daerah dengan curah hujan 1500-2000 mmtahun tidak terdapat titik longsor sedangkan pada kelas curah hujan yang lain ditemukan beberapa titik longsor. Hal ini disebabkan pada kelas curah hujan 1500-2000 mmtahun berada pada lahan yang datar dataran antar pegunungan yang terdapat di Bagian Utara Kabupaten Garut. Berikut disajikan persebaran titik longsor jumlah dan frekuensi terhadap kelas curah hujan Tabel 24. Tabel 24. Sebaran Titik dan Kejadian longsor pada Curah Hujan Curah hujan mmtahun Titik Longsor Total Kejadian Longsor 1500-2000 2000-2500 8 14 2500-3000 15 36 3000-3500 8 22 3500-4000 12 30 Dari Tabel tersebut terlihat bahwa jumlah titik longsor banyak terdapat pada kelas curah hujan 2500-3000 mmtahun dan 3500-4000 mmtahun, masing- masing sebesar 15 dan 12 titik longsor dan dengan frekuensi kejadian longsor masing-masing 22 dan 30. Berdasarkan Gambar 31 terlihat bahwa persebaran kedua kelas curah hujan di atas berada di wilayah bagian Selatan Kabupaten Garut. Pola persebaran curah hujan yang demikian tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi topografi, dimana perbukitan dan pegunungan di wilayah Selatan ini menyebabkan terjadinya hujan orografis yang berlimpah di bagian Selatan. Seperti diketahui bahwa curah hujan adalah anasir yang bersifat sebagia pemicu terjadinya longsor, apalagi terhadap tanah-tanah yang berusia lanjut di wilayah tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryaatmojo dan Seodjoko 2008, bahwa curah hujan bersifat meningkatan kadar air tanah, sehingga mengakibat menurunnya ketahanan material tanahbatuan, dan menyebabkan terbentuknya bidang gelincir sebagai pemicu tanah longsor. Gambar 31. Peta Sebaran Titik Longsor pada Kelas Curah Hujan 60

b. Kerapatan Titik Longsor Terhadap Curah Hujan

Dokumen yang terkait

Extension of Farmers in Marginal Land The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

1 20 286

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

3 56 279

Examination of Land Degradation based on Erosion Potential using Revised Universal Soil Loss Equation (A Study Case of Bandung Regency, West Java, Indonesia)

0 9 200

Land Use Classification with Back Propagation Neural Network and The Maximum Likelihood Method: A Case Study in Ciliwung Watershed, West Java, Indonesia.

0 13 228

The Method of Economic Valuation of Environmental Damage Caused by Land and Forest Fires (A Case Study in Sintang Regency, West Kalimantan)

1 34 272

Extension of Farmers in Marginal Land: The Innovation Adoption Case Study on Integrated Dry-Land Farming in Cianjur and Garut Regencies, West Java Province

0 14 556

Local Institution: A Form of Socio-Ecological Adaptation in Landslide-Prone Areas (A Case of Landslide-Prone Community in Sukaraksa Village, Bogor Regency, West Java Province).

0 7 313

An Analysis of Potential Hazard and Risk for Flood and Landslide (Case Study in West Java Province)

2 19 308

Spatial Landuse Planning of Soybean Plantation as Analyzed by Land Evaluation and Dynamic System: a Case Study of Karawang Regency, West Java, Indonesia

0 7 5

Access to land in Sundanese Community : Case Study of Upland Peasant Hausehold in Kemang Village, West Java Indonesia

0 3 6